Wednesday, March 16, 2022

Mengapa orang Kristen tidak menyimpan teks Kitab Suci yang asli?


 

 

Alkitab adalah sebuah buku yang sangat penting bagi kehidupan orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Sebab bagi orang percaya, Alkitab bukanlah buku sembarang buku, melainkan Firman atau Perkaataan Tuhan sendiri.

Pada saat ini, kita tidak lagi berjumpa dengan Tuhan Yesus dalam wujud Manusia, seperti yang terjadi pada zaman ketika rasul Petrus, Yohanes dan rasul lainnya hidup, mereka melihat Tuhan Yesus dengan mata kepala mereka sendiri, sedangkan kita yang hidup di abad ke 21 ini tidak. Tuhan Yesus sudah naik ke sorga dan meskipun pada suatu saat kita percaya Tuhan akan datang kembali, tetapi saat tersebut belum tiba bagi kita.

Jika demikian apakah orang Kristen sama sekali tidak dapat berjumpa dengan Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat manusia itu? Jawabannya adalah dapat. Dan cara kita berjumpa dengan Tuhan Yesus adalah melalui Firman-Nya yang tertulis, yaitu Alkitab.

Melalui Alkitab, kita mengenal Pribadi Kristus, kita belajar mengenal isi hati-Nya, pikiran-Nya, kehendak-Nya, perasaan-Nya dan rencana-Nya bagi kita maupun bagi seluruh dunia ini. Melalui Alkitab, kita dapat bergaul secara pribadi dengan Allah Tritunggal.

Meskipun sedemikian pentingnya peran Alkitab bagi orang Kristen, teks Kitab Suci yang sekarang ini dimiliki dan masih disimpan di museum bukanlah teks yang asli, melainkan kumpulan dari salinan-salinan terhadap teks yang mula-mula. Mengapa demikian? Mengapa orang Kristen tidak menyimpan teks Kitab Suci yang asli?

Ada dua alasan utama mengapa orang Kristen tidak menyimpan atau mempunyai naskah asli teks-teks Kitab Suci mereka.

Alasan pertama adalah karena Yerusalem kuno telah dua kali dihancurkan. Pertama oleh kerajaan Babel. Kedua oleh orang Romawi. Hampir mustahil untuk mempertahankan teks kuno yang berusia ratusan bahkan ribuan tahun tanpa mengalami kerusakan.

Alasan kedua adalah tradisi Yahudi kuno sangat menghormati teks Kitab Suci mereka begitu rupa sehingga ketika ada naskah asli kuno yang cacat, entah karena waktu ataupun karena terkena sesuatu maka orang Yahudi akan mengubur teks tersebut dengan ritual yang sama seperti mereka menguburkan seseorang yang wafat. Tentu saja sebelum dikuburkan, mereka terlebih dahulu membuat salinan dari teks-teks tersebut.

Dari dua alasan ini saja, kita dapat membayangkan betapa tidak mungkinnya kita memiliki teks-teks asli tersebut. Akan tetapi kita tahu pasti bahwa meskipun yang kita miliki adalah salinan, tradisi Yahudi memastikan bahwa salinan itu sama isinya dengan yang asli.

Dalam tulisan saya yang berjudul “Bagaimana kita bisa yakin bahwa Alkitab yang kita miliki berisi berita yang benar?” [Klik disini.] saya sudah menguraikan argumentasi yang cukup kuat sehingga kita bisa meyakini bahwa Alkitab yang miliki itu berisikan berita yang benar. Meskipun demikian, saya harus katakan bahwa faktor utama yang membuat kita punya keyakinan bahwa Alkitab adalah Firman Allah, bukanlah segala bukti-bukti eksternal tersebut dan bukan pula karena pola pikir dan logika manusia yang sangat pandai, melainkan terutama bergantung pada kesaksian Roh Kudus di dalam hati kita.

Kebergantungan kita terutama adalah pada Pribadi Tuhan sendiri yang memberi kesaksian bahwa Firman-Nya adalah kebenaran. Penjelasan secara logis dan pengajaran akan adanya bukti-bukti tentang kebenaran Alkitab memang sangat membantu untuk membangun iman dan keyakinan seseorang, akan tetapi tanpa orang itu terlebih dahulu disentuh oleh Roh Kudus, maka logika dan penjelasan apapun tidak akan ada gunanya.

Iman Kristen tidak bergantung pada ada atau tidaknya naskah asli yang pertama-tama ditulis oleh Musa atau Daud atau Matius, Petrus, Yohanes atau Paulus. Iman Kristen bergantung semata-mata pada belas kasihan Roh Kudus yang membuka hati dan pikiran seorang manusia sehingga mereka mendengar Suara Allah dan melihat Kehadiran-Nya yang nyata di dalam hidup mereka saat ini.

Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Oleh: Izar Tirta)