Sunday, January 13, 2019

Eksposisi singkat terhadap Lukas 1:5-25 : Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis



Eksposisi singkat Lukas 1:5-25
 
Oleh: Izar Tirta

Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea,
 
Lukas adalah seorang sejarahwan. Kita sudah diberitahu sebelumnya bahwa ia melakukan penyelidikan secara seksama lalu membukukan secara teratur. Itu sebabnya dalam tulisannya Lukas mencoba menjelaskan kisahnya di dalam suatu kerangka sejarah.

Alkitab kita memang adalah Firman Tuhan. Dan peristiwa yang ada didalam Firman itu, bukanlah peristiwa yang berupa angan-angan saja. Atau kisah saleh hasil perenungan orang tertentu saja, melainkan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di dalam sejarah

Zaman Herodes adalah sebuah zaman yg dapat ditelusuri dalam sejarah sekuler sekalipun.

Herodes adalah seorang raja. Dalam pandangan manusia, dia adalah orang hebat, orang besar, orang terpandang. Tapi Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Allah berkenan kepadanya.

(5) adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. (6) Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. (7) Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. (Lukas 1:5-7)

Sebagai kontras dari Herodes raja Yudea, dikatakan disitu ada seorang imam bernama Zakharia (Namanya itu mengandung arti “dia yang diingat oleh Yehova”) yang bukan siapa-siapa, dia hanyalah satu orang di dalam rombongan imam, yaitu rombongan Abia. Dalam 1 Tawarikh 24:7-18 disebutkan bahwa ada 24 rombongan. Rombongan Zakharia hanyalah 1 dari 24 rombongan, ia bukan terbilang sebagai orang penting.

Dan Alkitab menjelaskan bahwa Zakharia dan Elisabet tidak punya anak. Bagi orang di zaman itu (dan mungkin di zaman kita juga) tidak memiliki anak adalah suatu tanda bahwa orang itu kurang diperkenan oleh Tuhan. Bahkan masyarakat suka mencap orang yang mandul sebagai orang yang dihukum Tuhan karena dosa mereka.

[Baca juga: Pembahasan Lukas 1:1-4. Klik disini]
 
Lebih lagi, tambahan informasi bahwa mereka sudah tua, semakin menurunkan nilai mereka di mata manusia. Usia tua melambangkan kelemahan, suatu tanda bahwa seseorang sudah masuk ke dalam kategori orang-orang yang kurang berguna, kurang produktif, kurang dapat diharapkan. Bagaimana mungkin ada suatu berkat atau kebaikan atau manfaat yang dapat kita harapkan dari orang yang sudah tua?

Zaman kita sekarang adalah zaman yang telah sangat dipengaruhi oleh Kapitalisme, sehingga nilai manusia seringkali juga diturunkan menjadi semacam nilai sebuah produk atau nilai sebuah investasi. Kita menginjili orang-orang muda, mendidik mereka dengan suatu keyakinan bahwa anak-anak muda adalah harapan bangsa, harapan gereja. Tetapi kalau orang yang sudah tua? Apa gunanya? Bisa apa mereka? Tetapi Alkitab tidak pernah menilai orang dari usianya.

Pada zaman itu (dan zaman kita juga) orang senantiasa menilai tanda-tanda keberuntungan lahiriah sebagai tanda berkat atau perkenanan dari Allah. Tanda-tanda lahiriah itu adalah:
-
Uang dan kepemilikan atas materi
-
Jabatan yg terpandang (status sosial tinggi)
-
Pendidikan yang tinggi
-
Relasi yang luas (diterima dimana2)
-
Anak (keturunan)
-
Usia yang masih muda

Dan mungkin saja gagasan semacam ini juga telah kita adopsi di gereja juga. Kita mulai percaya bahwa gereja yang diberkati adalah gereja yang:
-
Kaya raya ( Padahal Yesus mengkritik jemaat Laodikia karena merasa dirinya kaya)
-
Memiliki organisasi yang besar dan berpengaruh (Padahal Yesus mengkritik jemaat Sardis yang merasa dirinya hidup, padahal di mata Tuhan mereka mati)
-
Jemaatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan (Padahal Yesus mengkritik jemaat Efesus yang memiliki keteguhan dalam doktrin tetapi kurang dalam belas kasihan)
-
Gereja yang diterima di mana-mana dalam pergaulan (Padahal Yesus mengecam Jemaat Laodikia yang suam-suam kuku)
-
Memiliki jumlah jemaat yang besar. (Padahal jemaat Filadefia sangat kecil, tetapi justru di puji oleh Yesus Kristus)

Kita perlu hati-hati dalam menilai apa yang penting dan apa yang tidak penting. Alkitab tdk pernah mengajarkan bahwa orang yg tidak memiliki tanda-tanda lahiriah di mata dunia adalah pasti orang yg tidak diberkati oleh Tuhan.

Dalam anugerah-Nya, Tuhan bisa memilih siapa pun. Dan mata Tuhan tidak akan luput dalam memperhatikan orang-orang pilihan-Nya itu. Sekalipun di mata dunia orang-orang tersebut terlihat biasa saja atau bahkan seperti terlihat malang.

(6) Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.
 
Alkitab tidak bicara apa-apa tentang Herodes yang besar itu, tetapi secara khusus berbicara tentang Zakharia yang bukan masuk bilangan orang penting. Zakharia dan Elisabet di nilai benar di hadapan Tuhan, sementara Herodes tidak mendapat predikat itu.

Selain benar, Zakharia dan Elisabet juga disebut memiliki hidup menurut perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Kita yang dengan latar belakang teologi Reformed kadang alergi dengan istilah-istlah yang beraroma perbuatan baik. Kita menekankan sekali pada prinsip anugerah sampai pada taraf di mana aspek perbuatan seolah kurang berarti. Bahkan Martin Luther sendiri pernah menganggap bahwa Surat Yakobus adalah surat sampah karena amat menekankan pada perbuatan sehingga seolah-olah bertentangan dengan Sola Fide. Tapi sikap ini sama sekali tidak bijaksana.

Injil Matius memberi ruang yang cukup besar pada pentingnya aspek perbuatan manusia. Demikian pula Injil Lukas yang kita sedang gumulkan ini. Aspek tanggung jawab manusia di hadapan Tuhan amat ditekankan oleh Lukas, tanpa harus mengganggu, atau menghancurkan prinsip Anugerah yang diajarkan oleh Paulus. Inilah kelimpahan Alkitab yang harus kita gumulkan seumur hidup kita.

Kalimat dalam ayat ini tidak berbenturan sama sekali dengan prinsip anugerah.

Kita tahu bahwa Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita dibenarkan berdasarkan anugerah, bukan karena prestasi kita atau pun karena perbuatan kita. Akan tetapi Alkitab juga tidak mengajarkan agar marilah kita berbuat dosa seliar-liarnya agar anugerah Tuhan datang sebesar-besarnya. Itu pasti bukan ajaran Alkitab.

Zakharia dan Elisabeth dinyatakan benar oleh Allah, bukan oleh diri mereka sendiri. Ini adalah penghakiman Ilahi atas diri seorang manusia, di mana manusia lain tidak berhak untuk mempertanyakan. Tidak ada manusia yang dapat membenarkan dirinya sendiri, kecuali dibenarkan oleh Allah. Dan sebagai tanda bahwa mereka sudah dibenarkan di hadapan Allah, hidup keseharian mereka juga terlihat dari kesetiaan mereka dalam menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.

Sebagai orang yang sudah dibenarkan, kitapun bertanggung jawab untuk hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.  Ini adalah jiwa dari Alkitab.

Ephesians 5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Visi Kerajaan Allah adalah untuk membentuk sebuah jemaat yang kudus. Kekristenan yang mengajarkan bahwa mentang-mentang kita sudah diselamatkan, maka kita boleh hidup sembarangan adalah kekristenan yang sesat.

Tetapi di sisi lain, ayat ini juga tidak boleh menjadikan kita sebagai orang yang memiliki self righteousness, merasa suci sendiri, merasa benar sendiri. Ini bahaya dari sisi yang lain

Orang yang tidak bercacat di hadapan Allah justru adalah orang yang sadar bahwa dirinya adalah orang yang cacat di hadapan Allah. Ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak bercacat, maka ironisnya pada saat itulah dirinya menjadi cacat.

Sebaliknya, orang yang karena sadar bahwa dirinya adalah orang yang cacat, lalu kemudian malah memutuskan untuk senantiasa melakukan segala kecacatan, maka itu juga sudah pasti tidak dapat dibenarkan oleh Allah.

Prinsip:
Orang yang tidak bercacat di hadapan Allah adalah orang yang menerima keadaan dirinya yang berdosa, lalu hidup bergantung pada anugerah dan belas kasihan Tuhan untuk mengampuni dia. Sambil secara aktif berusaha hidup menyenangkan hati Tuhan melalui relasi yang intim dengan Dia.

(8) Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. (9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.  (10) Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan. (Lukas 1:8-10)

Zakharia hanyalah 1 Imam dari puluhan ribu Imam yg ada pada waktu itu. Dikatakan dia dari rombongan Abia. Dalam 1 Tawarikh 24:7-18 disebutkan bahwa ada 24 rombongan dan untuk setiap rombongan bisa berisikan sekitar 1.000 orang imam (menurut laporan dari Josephus seorang sejarahwan sekuler Yahudi yang hidup di zaman Yesus). Bayangkan betapa banyaknya jumlah imam yang tersedia? Ada sekitar 24.000 orang Imam. Itu sebabnya, untuk masuk ke dalam Bait Suci mereka harus mengundi siapa yang mendapat giliran.  Dan menurut catatan dari para penafsir, setiap orang Iman mendapat giliran hanya 1 kali seumur hidupnya untuk masuk ke dalam Bait Suci tersebut.

Fakta ini berbicara pada kita suatu kenyataan bahwa Zakharia bukan orang penting. Dia hanya 1 manusia yg menang undian utk menjalankan tugas keimaman di Bait Allah pada saat itu. Di mata manusia, Zakharia bukan orang yang istimewa.

Allah berdaulat untuk memilih momen yang tepat untuk bicara dengan Zakharia. Zakharia masuk ke dalam Bait Allah karena ia menang undian. Apakah kita mau bilang bahwa ini adalah kebetulan? Orang skeptis bisa bicara begitu. Tapi kita percaya bahwa itu semua ada di dalam kedaulatan Allah.

Berdoa adalah 1 dari 3 kebiasaan yang utama dalam hidup keagaaman orang Yahudi, selain berpuasa dan memberi sedekah. Dalam bagian ini kita membaca bahwa seluruh umat berkumpul untuk berdoa dengan diwakili oleh Zakharia yang membakar dupa. Pembakaran dupa juga merupakan suatu simbol dari doa-doa yang dinaikkan oleh umat kepada Allah. (Keluaran 30:6) Asap yang membumbung dari mezbah pembakaran ukupan menuju ke langit, adalah gambaran doa yang dinaikkan oleh jemaat kepada Allah. (Wahyu 8:3)

Lukas 1:11 Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.

Di sini Lukas menggambarkan bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa-doa yang selama ini di panjatkan oleh bangsa Israel. Dan bukan suatu kebetulan jika sebelumnya kita diberitahukan bahwa Zakharia adalah orang yang telah dibenarkan di hadapan Tuhan.

Jangan lupa, doa orang benar akan dijawab oleh Tuhan, menurut waktu yang Tuhan sendiri tentukan. Amsal 15:29 TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.

Seluruh umat berdoa, tetapi Tuhan secara khusus menjawab doa Zakharia, karena dia adalah orang benar.

Tuhan akan menjawab doa, masalahnya adalah apakah kita ini:
-
Sudah dibenarkan?
-
Sudah tekun berdoa?

Yakobus 5:16  Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Bagian Alkitab ini mengingatkan kita kembali akan kuasa doa. Bagi Tuhan doa-doa kita sebagai orang yang dibenarkan itu amat dinantikan. Banyak orang yang berdoa di dunia ini. Tetapi telinga Tuhan mencari doa orang benar tersebut.

Maukah kita lebih tekun berdoa?
Maukah kita bersabar menanti waktu Tuhan untuk menjawab doa kita?

(12) Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut.  (13) Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.  (14) Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. (Lukas 1:12-14)

Mengapa Zakharia terkejut?
 
Keadaan Zakharia yang tidak punya anak, pasti menimbulkan perasaan sedih tertentu, yaitu perasaan tidak layak dan tidak berkenan di mata Allah. Zakharia dan Elisabet sadar bahwa mereka dipandang masyarakat sebagai orang yang memiliki aib (ayat 25). Dan pastinya perasaan ini membuat Zakharia memohon belas kasihan Tuhan agar diberikan anak.

Keadaan Zakharia yang kurang itu, telah membawa dia ke dalam keadaan yang merendahkan diri di hadapan Allah, dan justru karena hal itulah ia mendapat perkenanan dari Allah.

Prinsip:
Ada kalanya Tuhan mengizinkan hal-hal yang negatif dalam diri kita tetap ada, untuk membantu kita tetap rendah hati.

Itu sebabnya ketika Tuhan izinkan kita mengalami kesulitan atau keadaan yang kurang beruntung (menurut ukuran dunia), janganlah kita bersungut-sungut. Karena mungkin sekali melalui kesulitan itu justru akan membuat kita menjadi semakin mengenal Allah kita.

2 Corinthians 12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Zakharia terkejut karena ia tidak menyangka bahwa Tuhan akan menemui dia dengan cara seperti itu. Tuhan memang adalah Dia yang sering memberikan sesuatu yang melampaui apa yang kita bayangkan.

Mungkin Zakharia terkejut karena sekalipun telah sungguh-sungguh berdoa, ia tidak sepenuhnya yakin bahwa Tuhan berkenan menjawab dia, apalagi dia sadar bahwa dirinya dan istrinya sudah tua.

Mengapa Zakharia menjadi takut?
 
Adalah reaksi yang wajar bagi seorang manusia untuk menjadi takut dengan kehadiran Tuhan (walaupun diwakili oleh malaikat saja). Ini justru adalah ciri-ciri dari orang yang telah mendapat anugerah dari Tuhan, yaitu perasaan takut kepada Tuhan.

Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan
Luke 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
Wahyu 1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,

Orang yang tidak takut pada kehadiran Tuhan adalah:
-
Orang yang tidak mengenal siapa dirinya.
-
Orang yang tidak mengenal siapa Tuhan.

Saya setuju bahwa Tuhan itu baik dan mau menjadi sahabat kita. Tetapi saya yakin bahwa respon kita yang paling mungkin ketika bertemu dengan Tuhan adalah merasa takut. Jika kita tidak lagi merasa takut ketika bertemu dengan Tuhan, maka justru itu adalah kondisi yang menakutkan.

Takut akan Allah artinya suatu sikap hati yang sadar bahwa kita ini tidak pantas untuk berada dekat dengan Allah, sikap tunduk sepenuhnya, sikap sadar bahwa kita bukan makhluk yang setara.

Mengapa malaikat berkata: "Engkau akan bersukacita dan bergembira?"
 
Wajar jika Zakharia bersukacita dan bergembira, karena ia telah lama menantikan hal tersebut. Orang yang menantikan sesuatu dan akhirnya mendapat apa yang dinantikan itu, pasti akan jauh lebih bersukacita dan bergembira ketimbang orang yang tidak pernah menanti lalu tiba-tiba mendapat.

Yang tidak menanti tetapi mendapat, akan bersuka cita juga, tetapi sukacitanya tidak akan sepenuh dan sebesar orang yang bergumul, menanti, berharap, memohon dan akhirnya mendapat.

Mazmur 126:5-6 (5) Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. (6) Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.

Mazmur ini mengajarkan pada kita untuk senantiasa bergumul, berupaya dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Bergumul di dalam doa termasuk di dalam pengertian ini. Dan Mazmur menjanjikan bahwa pergumulan kita itu, pada waktunya akan menghasilkan suatu sorak sorai.

Ini tidak mengartikan bahwa orang harus selalu berusaha agar berhasil, sehingga seolah-olah Tuhan hanya mau memberi kepada mereka yang berusaha saja. Seolah-olah tidak ada prinsip anugerah di sini.

Mazmur 127:2  Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Kepada orang-orang yang congkak karena merasa bahwa dirinya lah yang paling bisa mendapatkan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri, harus sadar bahwa Tuhan bisa memberi roti kepada anak-Nya ketika mereka sedang tidur.

Tetapi kepada orang-orang yang malas bergumul bersama Tuhan, perlu pula membaca Mazmur tentang menabur benih dengan air mata.

Alkitab harus dibaca secara seimbang agar kita menjadi bijaksana.

banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu
 
Yohanes akan menjadi berkat bagi manusia. Dia adalah pendahulu Kristus. Dia adalah yang menyiapkan jalan bagi Kristus. Melalui Yohanes, hati Israel dipertobatkan, dipersiapkan untuk menerima Yesus Kristus.

Apakah ada pekerjaan yang sedemikian mulia dibandingkan dengan hal ini?
Tuhan Yesus sendiri berkata tentang Yohanes:
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, (Matius 11:11)

Sungguh luarbiasa judgement dari Yesus tentang Yohanes ini.

Kita semua selalu memandang kebesaran hidup seseorang dari:
-
Kekayaannya.
-
Jabatannya.
-
Prestasinya

Yohanes Pembaptis?
-
Tinggal di padang gurun, makan madu dan belalang hutan.
-
Menjadi nabi yang membawa pesan pertobatan dan membaptis orang.
-
Bukan menjadi makin besar, tetapi malah menjadi semakin kecil, (mempermuliakan Kristus) tidak terkenal (tidak memperdulikan kemuliaan diri sendiri) dan mati dengan kepala dipenggal (sebagai bukti kesetiaannya pada panggilan hidupnya sebagai nabi yang menegur dosa)

Betapa jauh sekali cara pandang kita terhadap kehidupan ini, dibandingkan dengan cara pandang Yesus Kristus bukan?

Kita mungkin tidak dipanggil untuk tinggal di padang gurun dan makan belalang.
Tetapi setidaknya mari kita kita tinggalkan cara pandang materialistis yang selama ini kita pegang jika kita mau bertobat.

Kita mungkin tidak menjadi nabi yang teriak-teriak di jalan dan membaptis orang.
Tetapi setidaknya mari kita mulai belajar untuk memperkenalkan Kristus pada orang lain. Dan berusaha setia pada panggilan itu walau risikonya adalah kita harus menanggung kesulitan.

(15) Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; (16) ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, (17) dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas 1:15-17)

Ini adalah alasan mengapa banyak orang akan bersuka cita atas Yohanes:
-
Besar di hadapan Tuhan àbukan besar di hadapan manusia
-
Tidak minum anggur à Penguasaan diri
-
Penuh Roh Kudus àmempermuliakan Kristus
-
Membuat orang berbalik pada Tuhan à bukan membuat orang kecewa pada Tuhan
-
Roh dan kuasa Elia à menegur dosa, membawa orang pada pertobatan.

(18) Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." (19) Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. (20) Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." (Lukas 1:18-20)

Kesalahan Zakharia adalah, dalam PL sudah ada contoh kasus seorang yang sudah lanjut usia dan memiliki istri yang mandul namun pada akhirnya memiliki anak. Orang itu adalah Abraham.

Allah menghukum Zakharia karena ketidakpercayaannya.
Ajaran tentang Allah yang menghukum dan menegur ini, sungguh tidak mengenakkan.
Itu sebabnya kita sering melewatkan bagian ini.
Kita tenggelam dalam romantisme kebaikan Tuhan yang mendayu-dayu.
Kita tergila-gila pada sosok Allah yang menggendong kita, membalut luka kita, meneguhkan kita, buluh yang patah tidak diputuskan, dan seterusnya.
Bukan karena hal itu semua adalah salah. Alkitab memang mengajarkan hal-hal seperti di atas.

Tetapi adalah tidak seimbang jika kita mengabaikan fakta bahwa Allah bisa menegur kita jika kita kurang percaya pada-Nya. Atau punya pikiran negatif tentang Dia.
Dan kita harus ingat bahwa ketika Allah menegur kita, hal itu bukanlah karena Dia membenci kita.
Yesus sendiri pernah berkata:
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19)

Kita senantiasa menegur anak kita karena kita sayang dan karena dia adalah anak kita.
Kita tidak menegur anak tetangga karena dia bukan anak kita.

Jika dalam hidup ini kita tidak pernah merasa di tegur oleh Tuhan, maka ada pasti bukan karena kita sudah sempurna. Sebab tidak ada seorang pun yang sempurna.
Kemungkinannya adalah:
1.
Kita terlalu tuli dan tidak mau mendengar teguran itu. Kita mengeraskan hati.
2.
Kita memang bukan dipandang sebagai orang yang Dia kasihi.

Dalam Injil Lukas ini, dan kita akan temukan saat-saat dimana Yesus tidak lagi menegur seseorang. Dan dapat dipastikan, bahwa saat dimana Tuhan tidak lagi menegur seseorang, maka itu adalah saat-saat yang menakutkan bagi orang itu.

(21) Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. (22) Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. (23) Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. (24) Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya: (25) "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." (Lukas 1:21-25)

Setiap pertemuan dengan Tuhan pasti membawa perubahan.
Yakub bertemu Tuhan, ia menjadi pincang
Musa bertemu Tuhan, wajahnya bercahaya.
Paulus bertemu Tuhan, matanya menjadi buta.
Zakharia bertemu Tuhan, ia menjadi bisu.

Perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh orang-orang ini adalah lambang atau simbol dari perubahan spiritual yang mereka alami.

Tidak semua dari kita mengalami perubahan fisik setelah bertemu Tuhan, tetapi biarlah spirit kita tetap mengalami perubahan.

Elisabet menunggu selama lima bulan untuk melihat bahwa janji Tuhan itu benar-benar sudah terbukti, sebelum akhirnya ia menampakkan diri di hadapan orang lain. Dahulu kala belum ada alat USG, orang harus menunggu tanda-tanda lahiriah untuk memastikan apakah mereka hamil atau tidak. Namun yang penting untuk diingat disini adalah bahwa setelah Elisabet tahu pasti akan perbuatan Tuhan, ia segera tampil untuk menyaksikan perbuatan Tuhan tersebut.

sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang
 
Alangkah indahnya jika kita sadar bahwa kita memiliki aib di hadapan Tuhan, sehingga kita dapat belajar bergantung pada anugerah-Nya. Dan apabila akhirnya Tuhan menghapus aib itu, maka sukacita kita pasti akan bertambah-tambah.

Orang yang tidak sadar bahwa mereka tidak memiliki aib apa-apa, tidak akan merasa membutuhkan Juruselamat. Sehingga sebagai akibatnya mereka pun tidak mungkin bersukacita ketika Sang Juruselamat itu menyelamatkan mereka.

Kiranya Tuhan memberkati kita.
Amin.

Summary prinsip
1.
Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tanda-tanda lahiriah yang memukau di mata manusia merupakan suatu tanda perkenanan dari Allah.
2.
Orang yang tidak bercacat di hadapan Allah adalah orang yang menerima keadaan dirinya yang berdosa, lalu hidup bergantung pada anugerah dan belas kasihan Tuhan untuk mengampuni dia. Sambil secara aktif berusaha hidup menyenangkan hati Tuhan melalui relasi yang intim dengan Dia
3.
Tuhan mengizinkan hal-hal yang negatif dalam diri kita tetap ada, untuk membantu kita tetap rendah hati.
4.
Takut akan Allah artinya suatu sikap hati yang sadar bahwa kita ini tidak pantas untuk berada dekat dengan Allah, sikap tunduk sepenuhnya, sikap sadar bahwa kita bukan makhluk yang setara,
5.
Orang yang menanti sesuatu dan akhirnya mendapat pasti akan jauh lebih bersukacita dan bergembira ketimbang orang yang tidak pernah menanti lalu tiba-tiba mendapat.
6.
Allah bisa menegur kita.
7.
Setiap pertemuan dengan Tuhan pasti membawa perubahan.
8.
Kita perlu menyaksikan perbuatan Tuhan dalam hidup kita.
9.
Alangkah indahnya jika kita sadar bahwa kita memiliki aib di hadapan Tuhan, sehingga kita dapat belajar bergantung pada anugerah-Nya

Kata kunci untuk tulisan ini:
Eksposisi dari Lukas 1:5-25
Bahan khotbah dari Lukas 1:5-25
Renungan dari Lukas 1:5-25
 
Beberapa pertanyaan untuk direnungkan:
Apa yang dimaksud dengan orang yang tidak bercacat di hadapan Allah?
Mengapa Tuhan mengizinkan hal negatif dalam diri kita tetap ada?
Apakah yang dimaksud dengan Takut akan Allah?
Mengapa Allah suka menegur kita?