Monday, October 24, 2022

Mengapa kita mau menjadi pengikut Yesus Kristus?


 

Meskipun Yesus Kristus adalah tokoh yang populer dan tidak pernah melakukan suatu tindak kejahatan, tidak semua orang di dunia ini lantas bersedia untuk mengikut Dia. Ada orang-orang yang entah mengapa melihat Tuhan Yesus beserta ajaran-Nya justru sebagai suatu ancaman dan bukan sebagai sesuatu yang baik atau sebagai berkah bagi kehidupan manusia. [Baca juga: Kepedulian Tuhan Yesus pada manusia sungguh tanpa pamrih. Klik disini.]

Pada suatu sore yang indah ketika sedang berjalan-jalan bersama istri di tepi sebuah danau yang cukup luas, saya berpapasan dengan seorang pemuda yang memakai kaus bertuliskan: Bad Religion. Dan untuk menegaskan religion mana yang dimaksudkan, maka ditaruh pula gambar salib yang dicoret, bersebelahan dengan tulisan tersebut. Kita tidak perlu menjadi ahli bahasa atau ahli iconography untuk memahami apa atau siapa yang dimaksud oleh pemuda itu, bukan? [Baca juga: Ketika kita sedang tidak punya apa-apa untuk ditawarkan. Klik disini.]

Meskipun secara pribadi, dapat dikatakan bahwa tulisan dan gambar itu telah menghina kepercayaan yang saya anut, tetapi saya tidak melihat alasan untuk menjadi marah atau mengamuk karena hal tersebut. Jika Tuhan yang saya kenal selalu memberi ruang kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang yang membenci-Nya sekalipun, mengapa saya tidak diharapkan mampu untuk bersikap serupa? Lagipula, semakin kita menjadi marah dan apalagi sampai mengamuk, atau melaporkan hal itu kepada yang berwajib, maka bukankah tindakan tersebut justru akan semakin membuktikan bahwa kita ini memang penganut sebuah bad religion? Atau setidaknya a bad follower of a not so good religion?

Kita harus menerima kenyataan bahwa kita tinggal di sebuah negara di mana seorang pemuda bisa saja memakai kaus seperti itu untuk berjalan-jalan di public area. Dan dia pasti bukannya tidak tahu bahwa mungkin saja akan berpapasan dengan orang-orang yang menganut kepercayaan yang sedang ia hina melalui kaus yang dipakainya itu. Tetapi pemuda tersebut tidak peduli, dia jalan santai saja tanpa merasa ada beban apapun.

Apa yang saya temukan itu hanya satu contoh kecil saja dari bagaimana sikap dunia kepada Kristus. Alkitab sendiri mencatat perkataan Tuhan Yesus bahwa dunia memang akan membenci kita, oleh karena itu jika kita bertemu dengan orang yang membenci kepercayaan kita maka bukankah hal itu justru semakin menegaskan bahwa perkataan Tuhan Yesus adalah kebenaran? Kebencian yang tidak masuk akal terhadap Tuhan Yesus bukan hanya terjadi di zaman sekarang. Sejak Tuhan Yesus masih hidup pun Dia sudah sering dibenci orang dan bahkan disingkirkan ke luar kota untuk dibunuh.

Meskipun demikian, dari Alkitab kita belajar bahwa dunia ini tidak selalu terbagi ke dalam dua kelompok manusia saja. Ada orang yang membenci Yesus Kristus, ada orang yang mengasihi Tuhan Yesus tetapi ada pula yang kelihatannya seperti mengikut Dia tetapi untuk alasan yang keliru, dan menurut saya kelompok ketiga inipun sebetulnya tidak kalah memprihatinkannya dibandingkan dengan kelompok haters tadi.

Dalam suatu peristiwa, Tuhan Yesus berada di tepi danau Tiberias dan orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Sungguh suatu pemandangan yang cukup membesarkan hati, bukan? Sebagai orang Kristen kita tentu merasa senang jika melihat banyak orang datang berbondong-bondong mengikut Tuhan Yesus. Dan sungguh merupakan suatu kebahagiaan juga apabila diri kita pun termasuk di dalam kumpulan tersebut, yaitu kelompok orang yang mengikuti Yesus Kristus.

Tetapi dalam peristiwa ini, Yohanes secara khusus mencatat pula alasan dari orang-orang itu dalam mengikut Tuhan Yesus, yaitu karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit (Yohanes 6:2). Yang jadi pertanyaan adalah, apakah merupakan suatu kesalahan apabila kita mengikut Tuhan Yesus karena alasan yang demikian?

Terhadap pertanyaan semacam ini, saya pikir kita tidak bisa menjawab secara sederhana (dan dingin) antara yes atau no, sebab jawabannya bisa saja yes dan sekaligus no. Dalam arti begini, jika Tuhan Yesus menyembuhkan anak saya dari sakit keras, maka apakah saya harus disalahkan jika kemudian jadi tertarik untuk mengikuti Dia? Jawabannya pasti tidak salah, bukan? Malah agak keterlaluan juga jika ada orang yang sudah ditolong oleh Tuhan tetapi masih saja tidak tertarik untuk mengikut Dia, bukan?

Akan tetapi kisah ini ditulis justru untuk menjadi semacam peringatan agar jangan sampai kita terjerumus ke dalam suatu kekeliruan yang bahkan bisa berakibat fatal. Dan bukan Yohanes saja yang mencatat peringatan semacam ini, tetapi Matius, Markus dan Lukas secara serempak juga membahas peristiwa di mana Tuhan Yesus melarang orang-orang memberitahukan bahwa Ia telah menyembuhkan mereka, baik menyembuhkan dari sakit penyakit, maupun dari roh-roh jahat.

Tentu bukan suatu kebetulan jika para penulis Injil tergerak untuk sama-sama membahas hal tersebut, bukan?  It must be so important and serious sehingga mereka semua kompak menulis seperti itu. Tetapi mengapa Tuhan Yesus begitu hati-hati dalam bertindak dan bersikap sangat rahasia sekali terhadap mukjizat yang Ia lakukan? Mengapa Tuhan Yesus tidak sama seperti orang-orang Kristen di zaman ini yang justru menjadikan mukjizat sebagai semacam teknik marketing yang jitu untuk membuat bangku-bangku gereja penuh terisi? Menurut Yohanes, dan menurut Tuhan Yesus sendiri, di manakah letak kesalahan dari orang-orang yang ingin ikut karena melihat Dia melakukan mukjizat?

Jawabannya adalah: Jika manusia mengikut Tuhan Yesus karena Ia bisa melakukan mukjizat, maka orang-orang itu sebenarnya mengikut Dia karena ingin menjadikan Dia sebagai sarana belaka. Kesembuhan atau kelepasan atau keberhasilan adalah tujuan utama di dalam hidup mereka, sedangkan Yesus Kristus hanyalah dipakai sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Apabila kita bandingkan dengan situasi modern saat ini, kita melihat bahwa gejala manusia datang berbondong-bondong mencari Tuhan Yesus karena tertarik oleh mukjizat adalah gejala yang cukup populer atau sering terjadi. Dan sedemikian lumrahnya hal tersebut sehingga kita menganggap bahwa hal itu merupakan suatu gejala yang biasa atau umum atau bahkan sederhana. Tetapi jika kita membaca Alkitab dengan lengkap dan teliti, kita akan tahu bahwa di mata Tuhan Yesus, hal ini sama sekali bukan persoalan sederhana, melainkan suatu problem yang serius.

Di dalam bukunya yang berjudul The City of God, Agustinus membagi manusia ke dalam dua kelompok: orang yang mengasihi dirinya sendiri dan orang yang mengasihi Allah. Orang yang mengasihi dirinya sendiri ditandai dengan ciri-ciri: have sought profit to their own body and soulsworshipped and served the creature more than the Creator. (chapter 28, halaman 407).

Menurut Agustinus dalam tulisan tersebut, ada orang-orang yang sudah pernah mendengar tentang Yesus, lalu mereka mencari Dia demi mendapat keuntungan bagi tubuh dan jiwa mereka. Dan Agustinus menilai bahwa orang-orang ini pada dasarnya bukan berniat untuk menyembah Kristus, tetapi mereka menyembah dan melayani ciptaan lebih daripada Sang Pencipta itu sendiri.

Oke, balik lagi ke pertanyaan di atas; apakah saya dapat disalahkan jika mengikut Yesus karena Yesus pernah menyembuhkan saya atau anak saya atau keluarga saya? Jawabannya; tidak harus selalu salah jika kita mengawali langkah awal pengikutan kita seperti itu, asalkan pada akhirnya kita semakin bertumbuh untuk mengenal dan mengasihi Dia. Tetapi hal itu bisa menjadi salah, apabila motivasi kita dalam mengikut Dia dari sejak awal terus saja tidak berubah, yaitu demi mendapat keuntungan bagi diri sendiri semata-mata.

Maria Magdalena adalah contoh yang tepat untuk kasus ini. Maria memulai perjalanannya mengikut Tuhan Yesus sejak ia disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit (Lukas 8:2). Tetapi Maria Magdalena tidak mengikut Tuhan Yesus karena ingin terus menerus mendapat keuntungan dari-Nya. Pada suatu titik di dalam kehidupan spiritualnya, Maria sunguh-sungguh jatuh hati kepada Tuhan Yesus. Dan kasih yang bersemi itu semakin lama semakin bertumbuh di dalam kehidupannya. Sedemikian rupa Maria mengasihi Yesus Kristus sehingga ia tercatat sebagai salah seorang perempuan yang paling setia menemani Tuhan Yesus hingga akhir hayat-Nya bahkan hingga Tuhan Yesus dikuburkan.

Sementara hampir semua rasul Kristus lari ketakutan (kecuali Yohanes), Maria Magdalena dengan setia tetap hadir di bawah salib Kristus, menyaksikan Dia yang dikasihinya itu mati. Dan Maria ini jugalah yang kemudian menjadi perempuan pertama yang berjumpa dengan Tuhan Yesus di pagi kebangkitan-Nya. Meskipun pada awalnya Maria menyangka Tuhan Yesus adalah penunggu taman, tetapi pada akhirnya ia melihat bahwa Dia itulah Yesus Kristus yang telah bangkit.

Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus semata-mata karena Dia adalah pembuat mukjizat, adalah orang yang pada suatu saat akan pergi meninggalkan Yesus, sebab Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus pun tidak senantiasa bersedia untuk membuat mukjizat. Tetapi orang yang percaya kepada Dia meskipun telah melihat-Nya mati di kayu salib, adalah orang yang akan mendapat perjumpaan pribadi paling indah dengan Kristus yang bangkit.

Sekarang saatnya masing-masing kita bertanya kepada diri sendiri, motivasi apakah yang telah mendorong kita selama ini untuk mengikut Yesus? Ada orang yang ikut Yesus supaya bisa selalu sehat. Atau agar selamat dari Covid. Supaya bisnisnya selalu lancar. Supaya lebih mudah mendapatkan jodoh. Bahkan ada juga yang berusaha untuk menjual nama-Nya, mumpung Dia masih cukup populer. Ada yang ikut Tuhan Yesus supaya dapat pekerjaan. Atau supaya bisa dituakan dan dihormati oleh orang lain. Supaya tidak dicoret dari daftar warisan keluarga. Supaya dapat beasiswa untuk sekolah.

Kita sendiri mengikut karena apa? Mirip dengan alasan-alasan di atas tadi? Atau kita mengikut Dia karena tidak tahu lagi bagaimana harus menjalani hidup ini tanpa kehadiran-Nya? Atau apa? Biarlah masing-masing kita berdiam diri di hadapan Tuhan dan menjawab dengan jujur pertanyaan ini. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.