Wednesday, April 2, 2025

Di dalam Taurat ada ajaran kasih karunia, di dalam ajaran anugerah pun ada Tauratnya

Dalam Taurat adalah anugerah. Dalam anugerah pun ada Tauratnya.


Orang Kristen sering mensalahartikan maksud dari kebebasan
.

Tidak sedikit orang Kristen yang keliru dalam memahami arti dari kebebasan Kristen. Mereka mengetahui bahwa berita anugerah adalah berita yang membebaskan manusia dari tuntutan hukum Taurat. Tetapi pemahaman mereka itu seringkali kurang lengkap, kurang pada tempatnya, sehingga akhirnya menimbulkan salah sangka tentang inti dari iman Kristen. [Baca juga: Apa arti dari kebebasan? Klik di sini.]

Salah sangka yang terjadi di antaranya adalah sikap orang Kristen terhadap Hukum Taurat. Bagi kebanyakan orang Kristen, Hukum Taurat disangkakan sebagai semacam kurungan atau penjara yang membuat manusia sengsara. Hukum Taurat diberi konotasi atau image yang sangat negatif sehingga perlu dibuang jauh-jauh dari kehidupan orang Kristen. Apabila ada orang Kristen yang membicarakan tentang Hukum Taurat, maka orang tersebut akan dianggap sama seperti orang Farisi atau orang Kristen yang legalis. Padahal tidak tentu seperti itu adanya. [Baca juga: Kemerdekaan sejati menurut pandangan Kristen. Klik di sini.]

Di sisi lain, istilah “kasih karunia” dipandang sebagai sebuah kunci kebebasan, berperan seperti pahlawan yang membebaskan pikiran orang Kristen dari kurungan Hukum yang menyengsarakan tadi. Lalu orang Kristen berpikir bahwa setelah kasih karunia membebaskan mereka dari Hukum Taurat, maka hal itu berarti bahwa mereka benar-benar bebas untuk melakukan apapun. Padahal tidaklah demikian adanya.

Hukum Taurat tidaklah sedangkal seperti yang disangkakan oleh orang Kristen. Dan Kasih Karunia Ilahi pun tidaklah semurah itu. Sehingga makna dari kebebasan Kristen, tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan oleh orang Kristen.

BUKAN HUKUM TAURAT ITU YANG BURUK, TETAPI …
CARA ORANG ISRAEL MEMPERLAKUKAN HUKUM TAURAT ITULAH YANG BURUK ADANYA.

Yang menjadi persoalan utama bukan bahwa Hukum Taurat itu buruk. Yang menjadi persoalan utama adalah cara orang Yahudi, terutama pemimpin agama mereka, mengajarkan dan mengaplikasikan Hukum Taurat itu di dalam kehidupan sehari-hari orang Israel. Hukum Taurat yang seharusnya merupakan Hukum Ilahi yang baik, telah disalah gunakan menjadi semacam identitas bangsa, lambang kebanggaan orang Israel karena merasa lebih superior dari bangsa lain yang tidak mempunyai Hukum Taurat. Selain itu, Hukum Taurat telah dijadikan sebagai ukuran untuk menilai seorang manusia, berdasarkan kepatuhan meraka dalam menjalankan ritual agama.

Di satu sisi, Hukum Taurat memang pertama-tama telah diberikan kepada orang Yahudi sebagai suatu hak istimewa. Tetapi di sisi lain, hak istimewa ini bukan dimaksudkan sebagai faktor kebanggaan yang kosong, merasa lebih hebat dari bangsa lain, melainkan dimaksudkan sebagai sebuah tanggungjawab untuk dijadikan pedoman hidup dan diajarkan atau diwartakan pula kepada orang lain yang tidak menerima langsung dari Tuhan.

Di satu sisi, Hukum Taurat memang mengandung banyak ritual di dalam ibadah. Tetapi di sisi lain, tidak seharusnya ritual ibadah itu dijadikan sebagai tujuan utama, apalagi dipakai sebagai alat ukur untuk menilai kerohanian seseorang. Ritual agama hanyalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu mengenal Tuhan secara pribadi. Orang yang menjalankan ritual yang baik, seharusnya adalah orang yang mengenal Tuhan lebih baik dan sepatutnya mempunyai keluasan hati seperti Tuhan untuk menolong orang lain yang belum memiliki kehidupan rohani yang baik, bukan sebaliknya, yaitu dipakai untuk menjelek-jelekkan orang yang gagal di dalam menjalankan ritual.

DI DALAM TAURAT ADA KASIH KARUNIA
DI DALAM KASIH KARUNIA PUN ADA HUKUM TAURAT

Berbeda dengan pandangan umum dari orang Kristen mengenai Hukum Taurat dan Kasih Karunia yang seolah-olah berseberangan, Alkitab mengajarkan bahwa di dalam Hukum Taurat pun terdapat ajaran tentang Kasih Karunia dan di dalam ajaran tentang Kasih Karunia pun, Hukum Taurat tetap merupakan Hukum Ilahi yang penting dan harus diperhatikan oleh orang Kristen sejati.

Taurat mengajarkan tentang kasih karunia

Meskipun fakta ini kurang populer di kalangan orang Kristen pada umumnya, tetapi Alkitab sendiri dengan jelas memberitakan bahwa di dalam Hukum Taurat pun ada pengajaran tentang Kasih Karunia. [Baca juga: Mengapa Injil Matius banyak bicara tentang Taurat?. Klik disini.]

  • Kejadian 6:8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
  • Keluaran 33:19 …. “Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
  • Bilangan 6:24-26 24TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; 25TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; 26TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
  • Yunus 3:5-10 5Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. 6Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. 7Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. 8Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. 9Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." 10Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

kasih karunia pun, Mengajarkan taurat

  • Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
  • Matius 7:21-23 21Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Oleh karena itu, hidup di bawah kasih karunia sama sekali bukan tiket untuk hidup seenaknya, atas nama kebebasan. Sebab kita diselamatkan melalui iman yang sejati, bukan iman yang palsu… dan … Iman yang sejati, tidak mungkin menghasilkan hidup yang seenaknya seperti itu. Iman yang sejati pasti akan melahirkan ketertarikan pada Tuhan yang sejati. Iman yang sejati pasti akan memunculkan kesenangan terhadap perintah yang ada di dalam Firman Tuhan. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Pemazmur demikian: 1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mazmur 1:1-2)

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Baca juga:
Seperti apakah wujud nyata dari kasih Allah? Klik disini.
Apakah Tuhan merestui hubungan cinta di antara kaum LGBTQ ? Klik disini.