Dalam perenungan sebelumnya kita membahas tentang permohonan Tuhan Yesus kepada Bapa untuk mengampuni orang-orang berdosa. Dalam perenungan kali ini kita melihat alasan mengapa Tuhan Yesus memohon pengampunan bagi orang yang menyalibkan-Nya, yaitu sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34).
Dengan berkata seperti ini kita diingatkan bahwa sebagai manusia kita memang seringkali tidak tahu apa yang kita perbuat di hadapan Tuhan. Seringkali kita berpikir terlalu tinggi tentang diri kita. Kita pikir kita ini saleh. Kita pikir kita ini baik. Kita pikir kita tidak ada masalah. Tapi kita tidak sadar betapa banyaknya dosa dan kesalahan kita di hadapan Tuhan.
Penilaian Tuhan Yesus kepada orang-orang disekeliling salib-Nya sungguh tepat, mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka tidak tahu karena mereka itu buta. Dan kebutaan semacam inilah yang disebut dengan kebutaan rohani.
Banyak orang yang mata jasmaninya tidak buta. Tapi justru mata rohani merekalah yang buta. Dalam kebutaan itu manusia gagal melihat dirinya sendiri. Dan dalam kebutaan itu manusia terutama juga gagal melihat Allah Yang Mahasuci. Sekaligus dalam kebutaan itu manusia akhirnya gagal melihat uluran kasih Allah yang mahabesar.
Orang-orang di Golgota itu, banyak yang tidak sadar siapakah Kristus. Mereka juga tidak sadar siapakah diri mereka di hadapan Tuhan. Mereka pikir mereka baik-baik saja. Mereka pikir mereka sedang menjalankan tugas biasa. Mereka pikir, Yesus dari Nazaret, yaitu orang yang tersalib itulah yang merupakan penjahat.
Alkitab pernah menjelaskan tentang kebutaan rohani yang sedemikian mengerikan yang dapat terjadi di dalam diri seseorang, sehingga mereka bukan saja tidak tahu apa yang mereka perbuat, melainkan mereka merasa yakin bahwa perbuatan mereka justru adalah kebaikan.
Rasul Yohanes pernah menulis: Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (Yohanes 16:2)
Perhatikan tulisan Yohanes di atas dan kita akan terkejut melihat sedemikian butanya manusia hingga perbuatan keji pun bisa dianggap sebagai perbuatan yang suci. Uniknya, istilah yang dipakai dalam ayat tersebut adalah “berbuat bakti bagi Allah.” Artinya, pembunuhan tersebut terjadi bukan karena persoalan ideologi politik, bukan terjadi karena alasan harta, bukan terjadi karena persaingan tempat tinggal, tapi terjadi karena ingin “berbuat bakti bagi Allah.” Inilah yang terjadi apabila sebuah agama tidak dikaitkan dengan kelahiran baru. Seperti inilah agama jika hanya dilihat sebagai kumpulan ritual, tetapi tidak pernah masuk ke dalam persekutuan pribadi dengan Allah yang penuh kasih itu.
Bukankah sangat tepat apabila Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang-orang ini tidak tahu apa yang sedang mereka perbuat?
Jika Tuhan Yesus tidak memiliki kasih, maka tidak satupun dari kita yang luput dari neraka. Tetapi kasih itu sabar. Orang yang sabar itu bukan orang yang tidak pernah marah. Orang yang sabar juga bukan orang yang tidak pernah menegur. Orang yang sabar adalah orang yang memberi kesempatan, mau menunggu. Menunggu hingga orang yang dikasihi itu berubah.
Dan di dalam kesabaran-Nya Tuhan memberi kesempatan bagi orang buta itu untuk bertobat. Dalam kesabaran-Nya Tuhan bahkan mau mati ketika kita masih seteru. Rasul Paulus pernah menulis: Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Roma 5:10)
Ketika masih seteru, kita diperdamaikan oleh kematian Kristus. Artinya Tuhan sudah berbuat sesuatu untuk kita bahkan ketika kita tidak tahu apa yang kita perbuat terhadap Tuhan. Sama persis seperti orang yang menyalibkan Yesus itu.
Lalu jika demikian, apakah Tuhan mengampuni seseorang semata-mata karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat? Tidak.
Tuhan memang berbuat sesuatu, Ia telah menjadi korban. Tuhan memang berbuat sesuatu, Ia berdoa untuk pengampunan kita. Tapi penting untuk dicatat bahwa pengampunan Allah bukan datang dengan tiba-tiba kepada orang yang tidak tahu apa-apa itu. Tidak ada orang yang diampuni semata-mata karena mereka tidak tahu. Tidak ada orang yang diampuni semata-mata karena mereka buta.
Ketika pengampunan akan diberi, maka Allah membuka mata orang itu. Orang itu akan melihat kemuliaan Tuhan. Sehingga mereka melihat bahwa mereka telah berdosa, jauh dari kemuliaan Allah. Lalu kesadaran akan dosa itu membawa pertobatan. Dan pertobatan membawa mereka pada pengampunan. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa pengampunan diberikan kepada orang yang tidak bertobat. Tidak pernah ada ajaran seperti itu yang kita temukan di dalam Alkitab.
Berita pertobatan selalu datang mendahului berita pengampunan. Bukan suatu kebetulan jika Yohanes datang lebih dulu daripada Tuhan Yesus. Dan bukan tanpa pertobatan jika kemudian Allah membatalkan rencana-Nya untuk menungangbalikkan Niniwe. Rencana semula adalah dalam 40 hari, Niniwe akan dihancurkan karena kejahatannya. Tapi Niniwe bertobat dan Yahwe pun memberi ampunan. Sekali lagi tidak pernah ada pengampunan yang diberikan kepada orang yang tidak merasa bersalah, dan tidak bertobat. Ciri awal dari orang yang mendapat anugerah adalah bahwa dia memiliki hati yang bertobat.
Apakah doa Tuhan Yesus akhirnya dijawab oleh Bapa? Ya. Darimana kita tahu? Orang yang disalib disebelah Tuhan kita kemudian menunjukkan tanda-tanda pertobatan. Belakangan setelah Tuhan kita wafat, kepala pasukan pun menunjukkan tanda-tanda pertobatan. Dan kitab Lukas juga menyebutkan tanda-tanda awal dari pertobatan banyak orang yang hadir di sekitar salib. Lukas menulis: Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. (Lukas 23:48)
Apakah doa Tuhan Yesus itu juga berlaku bagi kita? Apakah karya Tuhan Yesus di atas salib telah melahirkan suatu pertobatan yang nyata di dalam diri kita? Dan apakah pertobatan itu pun telah membawa kita pada pengampunan yang nyata pula?
Apakah ada ciri yang dapat kita temukan dalam diri kita bahwa kita adalah orang yang sudah bertobat? Salah satu ciri dari orang yang sudah bertobat adalah munculnya kebencian terhadap dosa. Apakah sekarang kita menjadi orang yang membenci dosa? Ataukah dosa masih memiliki daya tarik yang besar di dalam diri kita?
Apakah ada tandanya bahwa kita adalah orang yang sudah diampuni? Salah satu ciri dari orang yang sudah diampuni adalah ketika orang itu pun kini dimampukan untuk mengampuni orang lain. Inikah realita yang sudah terjadi di dalam diri kita? Ataukah hal tersebut masih sebatas konsep-konsep semata saja dalam hidup kita? Kiranya Tuhan Yesus menolong kita.
Mari kita berdoa: Bapa terima kasih untuk Firman-Mu. Terima kasih untuk pengorbanan Anak-Mu, Yesus Kristus Tuhan kami. Kami adalah orang berdosa, musuh Allah. Tapi Kristus telah mati bagi kami ketika kami masih seteru. Dan Kristus telah berdoa bagi kami ketika kami tidak tahu apa yang kami perbuat. Kami berharap kami termasuk orang-orang yang diampuni itu. Oleh karena itu tolong agar kami sungguh2 memiliki hati yang bertobat. Hati yang mengasihi Tuhan. Mengasihi sesama. Mengampuni sesama. Dan membenci dosa. Terima kasih Bapa dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin
Versi Audio dari tulisan ini dapat didengarkan melalui link:
- Spotify atau
- Anchor
Baca juga:
Yesus Kristus adalah Dia yang senantiasa hadir bagimu
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan..