Monday, May 1, 2023

Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6)

 Akulah jalan dan kebenaran dan hidup....

Yesus Kristus satu-satunya jalan dan kebenaran dan hidup

Di tengah masyarakat yang majemuk sekarang ini, kita mungkin bertanya-tanya: “Mengapa aku harus memilih percaya pada Yesus Kristus, padahal ada begitu banyak aliran kepercayaan di dunia ini?”

Di tengah situasi di mana kita sulit menaruh kepercayaan pada para pemimpin, pada institusi maupun individu, mungkin kita jadi bertanya: Masih adakah manusia yang dapat benar-benar diandalkan?

Di tengah kehidupan yang sarat dengan berita kematian, kehancuran, penderitaan, kita mungkin bertanya: Masih adakah suatu kehidupan indah yang boleh diharapkan?

Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kita bersyukur bahwa Tuhan Yesus telah memberi jawaban. Tuhan Yesus berkata : Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6)

 


Rekomendasi Buku
"Siapakah Yesus? - Mengenal Dia Secara Berbeda."
Klik di sini.

Melalui kalimat yang Tuhan Yesus ucapkan tersebut, kita tahu bahwa Dia sendirilah yang sungguh-sungguh merupakan satu-satunya harapan bagi seluruh umat manusia. Dan menurut Alkitab, hanya orang yang mau percaya dan menerima undangan Tuhan Yesus sajalah yang benar-benar dapat menikmati apa Ia tawarkan itu.


Akulah jalan

"Life will find a way" : kata Dr Malcom, seorang ahli matematika yang ikut ke kebun binatang Dinosaurus dalam film Jurassic Park pertama. Walaupun hanya dalam sebuah film tetapi kalimat itu ada benarnya. Kehidupan akan terus menerus mencari jalan, demikian makna yang lebih tepat. Artinya, kehidupan tidak akan pernah statis, melainkan selalu mengalami perubahan, selalu bergerak, selalu mencari jalan keluar.

Itu sebabnya, manusia tidak pernah puas dengan keberadaannya saat ini. Ia terus menerus merasa kurang, bahkan kosong. Sehingga ia terus menerus mencari segala sesuatu untuk memenuhi kekosongan di dalam dirinya. Perasaan kosong dan tidak pernah puas ini dialami oleh semua orang, meskipun tidak semua orang tahu apa penyebabnya.

Hanya melalui terang Firman Tuhan, kita dapat mengetahui bahwa penyebab utama dari perasaan itu adalah keterpisahan dari Allah. Sebab pada hakekatnya, manusia diciptakan untuk hidup bersama Allah. Tetapi dosa telah memisahkan manusia dari Allah, sehingga kini manusia harus menanggung suatu kehidupan yang tidak lengkap. Ada yang hilang dalam diri manusia. Ada yang kosong, dan manusia melakukan berbagai upaya untuk mengisi kekosongan itu.

Segala bentuk upaya untuk mengisi kekosongan itu kemudian melahirkan konsep agama dalam diri manusia. Itu sebabnya, agama dalam pengertiannya yang paling mendasar adalah usaha manusia untuk menemukan yang ilahi. Manusia mencari jalan untuk kembali pada yang ilahi.

Ini adalah problem yang universal bagi manusia. Alam sadar maupun alam bawah sadar manusia mengatakan bahwa ada sesuatu di luar sana yang bersifat tidak terbatas. Dan bahwa diri kita yang terbatas ini suatu saat akan ditelan oleh yang tidak terbatas itu. Akan tetapi, dalam keterbatasannya, manusia tidak tahu persis apakah atau siapakah yang tidak terbatas itu?

Dua hal ini, yaitu usaha untuk menemukan yang ilahi dan ketidakmampuan untuk mengenal yang ilahi itu, melahirkan agama-agama yang ada di dunia. Baik agama-agama besar yang diakui dunia. Maupun agama-agama yang kita temukan dalam masyarakat primitif seperti Animisme dan Dinamisme

Bahkan masyarakat yang mengaku Atheis sekalipun, tidak dapat lari dari konsep ilahi tersebut. Buktinya? Fakta bahwa mereka berkata Tidak ada Allah justru menunjukkan bahwa di dalam benak mereka sebenarnya sudah terdapat suatu konsep ilahi. Sebab bagaimana mungkin mereka dapat menolak suatu konsep yang tidak pernah ada di dalam pikiran mereka?

Dari konsep agama yang manusia miliki itu, lalu muncullah berbagai peraturan agama. Manusia menciptakan larangan dan perintah yang menurut mereka dapat menjadikan dirinya lebih baik, lebih suci dan terutama lebih berhak untuk sampai kepada Allah dan diterima oleh-Nya. Manusia berpikir bahwa jika mereka berbuat baik maka Allah pasti mau menerima mereka di hadirat-Nya.

Tetapi Tuhan Yesus berkata Akulah jalan. Dalam bahasa Inggris, kata-kata Tuhan ini berbunyi: I am The Way. Tambahan kata "the" di sana menunjukkan bahwa Tuhan Yesus bukanlah satu jalan di antara banyak jalan lain yang manusia cari. Melalui perkataan tersebut, Tuhan Yesus mengumumkan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan yang ada di dunia. Artinya, jalan untuk sampai kepada Allah bukan melalui usaha manusia tetapi melalui Pribadi Yesus Kristus.

Di dalam kalimat tersebut, kita tidak menemukan indikasi bahwa Tuhan Yesus sendiri pun sedang berada di sebuah jalan yang menuju kepada Bapa. Seolah-olah Tuhan Yesus pun belum tiba, masih berusaha mencari atau masih berusaha berjalan menuju Bapa-Nya. Tidak demikian.

Yang Tuhan Yesus katakan adalah bahwa Ia sendiri Sang Jalan itu. Jika Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia sedang ada di sebuah jalan menuju Bapa, maka Ia tidak lebih dari kita semua yaitu makhluk-makhluk yang sedang mencari sang ilahi. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa Ia-lah jalan itu. Artinya Tuhan Yesus-lah sarana yang memungkinkan seseorang untuk sampai kepada Bapa. Tuhan Yesus-lah Sang Pengantara itu.

Apa yang Yesus Kristus katakan ini jelas menentang konsep agama-agama lain di dunia. Agama lain mengatakan bahwa untuk mencapai yang ilahi, seseorang harus berbuat baik dan mengikuti semua aturan dalam perintah agama. Tetapi Tuhan Yesus tidak menunjuk pada cara atau aturan atau metode. Yang pertama-tama Tuhan Yesus tunjuk adalah diri-Nya, Pribadi-Nya. Tidak ada cara atau metode lain kecuali diri-Nya Pribadi yang dapat membawa seseorang kepada Bapa.

Itu sebabnya kekristenan yang sejati menekankan pada hubungan pribadi dengan Yesus Kristus sebagai landasan utama untuk hidup. Orang Kristen sejati bukan dilahirkan dari peraturan, melainkan dari Oknum Allah. Peraturan berfungsi untuk mendidik agar kita yang sudah dibenarkan ini dapat hidup dengan benar. Tetapi peraturan itu sendiri tidak mungkin dapat melahirkan kehidupan.

Bahaya yang sedang dihadapi saat ini oleh gereja di antaranya adalah ketika kekristenan melulu hanya menekankan pada aturan gereja (bahkan aturan Alkitab sekalipun) tanpa adanya suatu hubungan pribadi pada Yesus Kristus. Kekristenan semacam itu tidak ada bedanya dengan agama-agama lain di dunia. Yang membuat kekristenan unik, justru bukanlah segudang peraturannya, melainkan Pribadi Yesus Kristus. Sebab Dia-lah jalan itu.


Akulah kebenaran

Sekarang ini, orang banyak menyerukan semangat Pluralisme, yaitu suatu konsep yang mengatakan bahwa ada banyak jalan, ada banyak cara, ada banyak kebenaran (Plural = jamak = banyak = majemuk). Dalam bahasa sehari-hari, orang yang menganut Pluralisme adalah dia yang berkata : "Semua agama sama saja (Jangan dikira orang semacam ini tidak ada di dalam gereja)

Ketika kita bertemu dengan kalimat semacam itu, maka sebenarnya kita diperhadapkan pada persoalan tentang kebenaran. Sebab ketika dikatakan bahwa semua agama sama saja maka itu berarti manusia ingin berkata bahwa semua agama sama-sama mengandung kebenaran tentang Allah. Tetapi apakah pemikiran semacam ini masuk akal? Sebab faktanya semua agama memiliki keunikannya sendiri-sendiri atau caranya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Budha tidak kenal konsep Allah yang berpribadi, bagi mereka allah adalah semacam suatu kekuatan di alam semesta. Penganut Islam mengakui Allah sebagai Oknum yang berpribadi tetapi hanya ada satu Pribadi. Sementara itu, kekristenan mengatakan bahwa Allah adalah satu esensi yang esa tapi terdiri dari tiga Pribadi yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus. Bagi penganut Islam, Tuhan Yesus bukan Allah. Tetapi bagi orang Kristen, Yesus Kristus adalah Allah. Sekarang bagaimana mungkin kita dapat berkata bahwa kesimpangsiuran semacam ini sama benarnya? 

Bukankah ketika perang Irak dan Amerika berlangsung kita menemukan bahwa Irak dan Amerika mengatakan hal-hal yang simpang siur? Irak mengatakan bahwa Amerika kalah di berbagai kota. Amerika mengatakan bahwa mereka berhasil menguasai kota-kota besar. Lalu mungkinkah kita mengatakan bahwa mereka dua-duanya pasti benar? Jelas tidak mungkin. Pasti ada satu yang benar dan ada satu yang salah. Atau bahkan mungkin saja kedua-duanya salah. Sesuatu yang jelas-jelas memiliki perbedaan yang hakiki, tidak mungkin dikatakan sama.

Tuhan Yesus juga tidak pernah mengatakan bahwa ada banyak kebenaran. Dengan tegas dan jelas Dia berkata Akulah kebenaran. Dan sama seperti yang sebelumnya, Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa Ia adalah satu kebenaran di antara kebenaran yang lain, melainkan satu-satunya kebenaran (bukan a truth, melainkan the truth). Kebenaran Tuhan Yesus adalah mutlak, bukan pilihan

Jika Ia katakan bahwa Ia adalah satu-satunya kebenaran, maka Ia pasti menolak yang lain sebagai kebenaran. Sebab jika tidak, maka Tuhan Yesus adalah pribadi yang patut dipertanyakan kredibilitas dan integritas-Nya, jangan-jangan Yesus penipu atau tidak waras atau plin-plan. Namun sepanjang hidup-Nya di bumi, tak seorangpun dapat membuktikan bahwa Yesus orang Nazareth itu adalah pendosa ataupun orang yang tidak waras. Sehingga tidak mungkin ada kebohongan dalam kata-kata-Nya itu. Kata-kata tersebut diucapkan-Nya dengan penuh kesadaran. 

Jika Tuhan Yesus bukan penipu dan bukan orang yang tidak waras, maka sekarang hanya tinggal satu kemungkinan yang tersisa, yaitu bahwa Ia sungguh-sungguh adalah kebenaran. Sebagai konsekuensinya, ajaran yang lain di luar ajaran Tuhan Yesus, pasti bukan kebenaran.

Sejarah agama-agama juga membuktikan bahwa di seluruh dunia ini tidak ada orang, seberapapun agungnya dia, yang berani berkata bahwa dirinya adalah kebenaran. Mungkin ada yang berani berkata bahwa ajarannya adalah benar, tetapi tidak ada yang berani mengatakan bahwa dirinya adalah kebenaran. Konfusius (Kong Hu Cu), tokoh filsafat Cina yang besar, tidak berkata bahwa dirinya adalah kebenaran. Dia justru mengaku sedang mencari kebenaran itu. Sidharta Gautama tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah kebenaran. Mohammad pun tidak pernah mengatakan bahwa dirinya adalah kebenaran. Mungkin beliau mengatakan bahwa ajarannya benar, tetapi beliau tidak pernah berkata bahwa dirinya adalah kebenaran. Maria ibu Tuhan Yesus pun tidak berani berkata bahwa ia adalah kebenaran, melainkan dengan jujur ia mengakui bahwa Yesus Kristus adalah juruselamatnya. Maria sadar bahwa dirinya juga butuh diselamatkan oleh Sang Mesias, sama seperti yang lain.

Tetapi Tuhan Yesus berkata : Akulah kebenaran. Yesus Kristus menunjuk pada Pribadi-Nya sendiri. Jika Pribadi-Nya adalah kebenaran, maka sudah pasti ajarannya juga benar. Inilah keunikan Tuhan Yesus yang tidak mungkin ditemukan dalam pribadi manapun di dunia. Dan karenaTuhan  Yesus adalah kebenaran, maka kita bisa mengandalkan Dia atas segala karya-Nya, atas segala perkataan-Nya dan janji-Nya. Di seluruh dunia, kita temukan begitu banyak kebohongan, tetapi di dalam Yesus Kristus hanya ada kebenaran. Itu pengakuan-Nya sendiri.


Akulah hidup

Semua orang di dunia ini menghadapi satu prospek yang sama. Entah dia kaya ataupun miskin. Entah dia berpendidikan ataupun tidak. Entah dia seorang prajurit yang gagah perkasa ataupun seorang bocah sakit-sakitan. Mereka semua, termasuk kita, suatu saat akan mati.

Apa artinya mati? Secara fisikal, mati artinya tidak hidup. Oke, tetapi apa artinya tidak hidup? Tidak hidup berarti kita tidak bisa melakukan apa yang kita lakukan selama kita hidup. Apa yang kita lakukan selama kita hidup? Banyak sekali, kita bisa tertawa, kita bisa berbicara, berkarya, berteman, bermain, berkumpul, membaca, memasak dan banyak lagi. Nah, jika kita mati, kesempatan itu tidak akan ada lagi.

Secara spiritual, mati artinya tidak ada lagi hubungan antara manusia dengan Allah yang sejati. Ia tidak bergaul dengan Allah, tidak memperdulikan lagi kehadiran-Nya. Secara fisikal, bisa saja orang ini masih hidup, tetapi ketika seseorang tidak menjalin hubungan pribadi yang benar dengan Allah, maka menurut Alkitab orang itu sudah mati.

Ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia sama saja dengan orang-orang lain yang mati. Tubuh-Nya terkulai dan menyangkut pada kayu salib. Tuhan Yesus tidak bisa lagi bergerak-gerak. Dia tidak bisa lagi berbicara pada Petrus, atau makan bersama murid-murid-Nya. Dia tidak bisa lagi berjalan ke sana kemari menyusuri jalanan berdebu Palestina sambil memberi pengajaran dan penghiburan. Pada saat itu, Tuhan Yesus mati lalu menetap di kuburan.

Tetapi semuanya tidak berhenti sampai di situ saja. Karena berbeda dengan orang lain yang sudah mati, Tuhan Yesus bangkit lagi dari kematian. Dia hidup dalam arti yang sebenarnya. Dia bisa bercakap-cakap lagi dengan para murid. Dia makan ikan panggang di pinggir pantai bersama mereka. Dia bisa berjalan kaki bersama dua orang murid ke arah Emaus. Dia hidup lagi.

Tuhan Yesus bangkit dan tidak pernah mati lagi. Mengapa? Karena Dia adalah hidup itu sendiri. Tuhan Yesus adalah Sang Pemberi Kehidupan. Dan kehidupan yang diberikan oleh-Nya bukanlah kehidupan sementara seperti yang kita kenal dan alami sekarang ini. Tetapi suatu kehidupan kekal, artinya kita dapat menikmati hidup untuk selama-lamanya tanpa penderitaan, tanpa air mata kesedihan.

Orang lain mungkin berkata bahwa mereka memiliki jalan. Orang lain mungkin berkata bahwa ajaran mereka mengandung kebenaran. Tetapi tidak satupun orang berani menjanjikan bahwa mereka akan memberi hidup bagi orang lain. Karena mereka semua sadar bahwa hidup mereka ini kelak tidak lagi menjadi milik mereka dan mereka tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghindari kematian itu. Jika mereka sendiri tidak memiliki hidup, bagaimana mungkin mereka dapat memberi hidup pada orang lain? Hanya Tuhan Yesus yang mampu menjanjikan kehidupan bagi orang lain, dan sekaligus mampu pula untuk menepati janji-Nya itu.

Apa gunanya seseorang berkata bahwa dirinya tahu jalan yang benar, tetapi ia sendiri mati dan tidak dapat memastikan jalan yang benar itu? Tuhan Yesus hidup sampai sekarang, sehingga Dia pasti mampu untuk membuktikan bahwa Dia-lah jalan itu, Dia-lah kebenaran itu, Dia-lah hidup itu. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku : tegas-Nya lagi.


Akhir kata

Kita  sudah mengetahui bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa. Maka marilah datang kepada Jalan itu. Segala usaha kita untuk mencari jalan kepada Allah pasti akan sia-sia. Allah sudah menyediakan jalan-Nya bagi kita, Tuhan Yesuslah jalan itu.

Kita sudah melihat bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya kebenaran. Sekalipun kita tidak mampu lagi mempercayai dunia ini. Sekalipun kita barangkali sudah muak dengan segala janji dan ulah para penguasa. Sekalipun kita sulit percaya pada siapapun. Tetapi marilah tengok, Tuhan Yesus adalah kebenaran. Dia mati demi menjadikan kita benar di hadapan Allah.

Tuhan Yesus sudah berkata bahwa Dia adalah hidup. Di mana lagi manusia dapat memiliki harapan selain di dalam Dia? Biarkan Dia menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Hanya Dia yang mampu melakukan peran itu. Sebab hanya Dia yang telah bangkit dari kematian untuk dapat memberi kita kehidupan kekal. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

 


Rekomendasi Buku:
"Anda Tak Pernah Sendiri
"
Klik disini.