Pendahuluan: Sebuah pesan
dari dalam kubur
Apakah kubur Tuhan kita Yesus Kristus telah ditemukan? Apakah berita penemuan kubur Yesus Kristus merupakan sebuah kebenaran? Ataukah berita penemuan kubur Yesus itu hanya sebuah hoax belaka? Suatu kisah isapan jempol yang dikarang oleh orang-orang yang ingin menyangkal kebenaran bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh bangkit. Tulisan berikut ini akan mencoba mengetengahkan berita penemuan kubur Yesus Kristus itu dan bagaimana kekristenan harus menerima, mencerna dan menanggapi berita tersebut? [Baca juga: Kesaksian sejarah sekuler tentang Yesus Kristus. Klik disini.]
Dapatkan Buku: Siapakah Yesus?.
Berita
penemuan kubur yang disebut-sebut sebagai kubur Yesus telah menuai cukup banyak
kontroversi di dunia beberapa waktu yang lalu. Memang persoalan tersebut seakan
agak tenggelam akhir-akhir ini, namun bukan berarti keragu-raguan terhadap
kebangkitan Yesus telah dapat diselesaikan begitu saja. Tidak kurang seorang
James Cameron, sutradara film yang pernah sukses luar biasa melalui Titanic, pernah membuat sebuah naskah film tentang DNA Yesus yang ditemukan
dalam sebuah kubur.
Kalangan
Kristen tentu menolak berita tersebut, sementara orang-orang yang sejak semula
menentang Kristus, dengan senang hati merangkul berita semacam ini.
Melengkapi
sepak terjang Cameron, sebuah saluran televisi yang terkenal dengan kajian
ilmiah seperti Discovery Channel, bekerja
sama dengan Cameron untuk mengetengahkan temuan spektakuler dari sebuah kubur
berisi tulang belulang yang berasal dari
sekitar 2000 tahun yang lalu. Acara yang membahas tentang The
Talpiot Tomb itu, yaitu nama kubur yang diduga adalah kubur
Yesus beserta keluarganya, ditayangkan secara resmi pada tanggal 4 Maret 2007.
Jika
kemasan yang biasa dibawa oleh Cameron dalam bentuk film, dapat lebih mudah
ditepis dan dimasukkan dalam kategori fiksi (terlepas dari perbuatan tidak etis
yang dilakukannya pada masyarakat Kristen yang biasanya lebih memilih diam
daripada protes keras), maka kemasan ilmiah yang diusung oleh Discovery Channel mau tidak mau memberi
semacam legitimasi bahwa temuan ini adalah suatu kebenaran. Konsekuensinya,
iman Kristen yang selama ini meyakini bahwa Yesus sudah bangkit dari kematian,
tidak lain dan tidak bukan adalah kebohongan belaka.
Bagaimana
kita harus mencerna dan memahami situasi seperti ini?
Ada banyak Yesus, namun
hanya satu yang bergelar Kristus
Sebelum kita memutuskan apakah kubur Yesus Kristus telah ditemukan ataukah berita penemuan kubur itu merupakan kebohongan, maka kita perlu memahami kebenaran tentang siapakah Yesus Kristus itu? Ada
banyak Yesus, tapi hanya satu Kristus. Itu sebabnya siapa saja dapat mengatakan
bahwa mereka telah menemukan tulang-tulang di dalam kubur yang diberi nama
Yesus, tanpa harus merujuk pada Yesus Kristus yang diberitakan oleh Alkitab.
Tulisan ini akan menjelaskan bahwa nama Yesus adalah nama yang umum, namun
Kristus adalah gelar yang unik. Sehingga di dalam sejarah hanya satu orang yang
pantas disebut sebagai Yesus Kristus, yaitu Dia yang telah lahir di Betlehem,
mati di Yerusalem, dikuburkan dalam sebuah kubur batu yang masih baru dan
bangkit pada hari ketiga.
Ada banyak Yesus…
Orang yang mengatakan bahwa kubur Tuhan Yesus telah ditemukan harus memahami bahwa pada zaman ketika Yesus Kristus hidup, ada banyak orang yang mempunyai nama Yesus. Bagi
orang Kristen sejak abad pertama sampai dengan abad ini, nama Yesus adalah nama
yang sungguh berbeda. Nama itu begitu agung, suci serta tiada bandingnya. Dan
memang demikianlah adanya bagi kita yang percaya kepada-Nya.
Akan
tetapi harus diakui bahwa pada abad pertama, khususnya sebelum pekerjaan Yesus
Kristus menjadi nyata bagi orang-orang di zaman itu, nama Yesus adalah nama
yang cukup umum dipakai.
Ambillah
satu contoh dari perkataan Pilatus misalnya, yaitu ketika dihadapan orang
banyak ia bertanya: "Siapa yang kamu
kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas
atau Yesus, yang disebut Kristus?"
(Matius
27:17b)
Kita
sering mendengar nama Barabas, bukan? Saya bahkan cukup sering mendengar orang
keliru menyebut Barabas dengan Barnabas (teman sepelayanan rasul Paulus,
perhatikan tambahan huruf “n” di tengah). Tapi saya kira sungguh jarang orang
mengingat bahwa nama depan Barabas adalah Yesus. Jika berpikir tentang
seseorang penjahat yang dibebaskan demi agar Yesus Kristus bisa disalibkan,
maka nama Barabas-lah yang pertama-tama muncul di pikiran kita. Ia jarang kita
sebut atau ingat dengan nama lengkapnya, Yesus Barabas.
Tidak
mengherankan juga mengapa hal itu terjadi, karena pada faktanya tidak semua
versi Alkitab mencantumkan nama Yesus Barabas. LAI mencantumkan nama itu,
tetapi versi-versi lain Alkitab seperti NIV (New International Version) atau KJV (King James Version) tidak mencantumkannya. Ada sedikit polemik
memang tentang sebutan Yesus di depan nama Barabas. Ada yang mengatakan bahwa
itu memang nama depan Barabas seperti yang tertera pada teks aslinya, tetapi
ada pula yang mengatakan bahwa sebutan itu sengaja ditambahkan oleh penafsir atau
penyalin yang terkemudian dengan tujuan untuk mengkontraskan Barabas, penjahat
yang dibebaskan dari hukuman, dengan Yesus, Orang Benar yang dijatuhi hukuman
demi orang lain.
Harus
saya akui, ketika membaca teks Alkitab dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani,
saya tidak bisa menghindar dari nuansa keraguan terhadap ada atau tidaknya kata
Yesus di depan nama Barabas. Dalam teks Yunani tersebut ada tertulis demikian: Tina delete apoluso humin [Iesoun ton]
Barabban he Iesoun ton legomenon Christon.
Para
pakar manuskrip kuno memberi rating
{C} untuk penggalan teks dari Matius 27 ini dan sesuai konsensus di kalangan
ahli-ahli manuskrip, khususnya manuskrip Perjanjian Baru, rating {C} ini menunjukkan adanya suatu tingkat keragu-raguan yang
diakibatkan sedikitnya kuantitas manuskrip lain yang mencantumkan istilah
tersebut. Akan tetapi, meskipun tidak banyak manuskrip kuno yang
mencantumkannya, istilah tersebut muncul pada beberapa manuskrip Alkitab (codex) yang cukup penting seperti versi Synaiticum Syria (yang disimpan di museum
Paris) serta tulisan bapa gereja abad ke-2 bernama Origen. Origen hidup antara
tahun 185 sampai 254 M sehingga tulisannya dapat dianggap memiliki keterandalan
yang tinggi karena masih cukup dekat dengan peristiwa yang berkenaan dengan
Yesus Kristus. Mungkin itulah sebabnya mengapa LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)
akhirnya memutuskan untuk tetap mencantumkan nama tersebut dalam Alkitab
Indonesia.
Selain
Barabas, ada orang orang lain yang tercatat di Alkitab memiliki nama Yesus. Di
kota Pafos yang terletak di pulau Siprus misalnya, ada seorang tukang sihir dan
nabi palsu dari keturunan Yahudi yang bernama Bar-Yesus (Kisah Rasul 13:6). Berdasarkan
tinjauan terhadap naskah aslinya, tidak ada keraguan mengenai nama ini
dibandingkan dengan Yesus Barabas. Dalam teks aslinya jelas tertulis Bariesou.
Dalam
Kolose 4:11,
muncul pula seorang lain bernama Yesus yang merupakan teman seperjalanan rasul
Paulus. Dalam teks aslinya, kalimat tersebut tertulis demikian: Kai Iesous ho
legomenos Ioustos yang secara harafiah saya terjemahkan menjadi: “Dan Yesus, dia yang dipanggil Yustos.”
Ketika
Paulus terjun di dalam pelayanan, Yesus Kristus telah naik ke sorga. Oleh
karena itu, jelas Yesus yang dipanggil Yustos ini bukanlah Yesus Kristus
melainkan Yesus yang lain.
Lagipula,
fakta bahwa Yesus seringkali dikaitkan dengan sebutan tambahan seperti “orang
Nazaret” atau bahkan “Kristus” cukup menjelaskan pada kita bahwa penulis Injil
tidak ingin pembacanya keliru dengan Yesus-Yesus lain yang hidup pada masa itu.
Beberapa
arkeolog Yahudi yang hidup sezaman dengan kita, juga mengakui bahwa nama Yesus
adalah nama yang umum. Sebut saja Amos Kloner, dari Israeli Antiquities Authority, bersama rekannya sesama arkeolog
bernama Joe Zias, mereka berdua ikut meneliti ke Talpiot, tempat makam itu berada. Namun mereka tidak setuju bahwa
makam itu adalah makam yang pernah ditempati oleh Yesus Kristus dua ribu tahun
yang lalu. Kloner mengatakan: “the names marked on the coffins were very common
at the time.” (Amos Kloner, The
Lost Tomb of Jesus: A Critical Look). Sementara Zias berpendapat: "hyped up
film which is intellectually and scientifically dishonest."
Pendapat
serupa dikemukakan juga oleh William Dever, seorang arkeolog lain yang telah hampir
lima puluh tahun menghabiskan hidupnya dalam berbagai ekskavasi di padang gurun
Timur Tengah. Kepada Washington Post,
Dever mengatakan: “I
just think it's a shame the way this story is being hyped and manipulated.”
Lalu ia melanjutkan dengan kalimat yang serupa dengan Kloner: "All of
the names [contained in the tomb] are common." (William
Dever, Washington Post, 28 Feb 2007)
Dan
bukan pada abad ini saja, para ahli sudah menyadari fakta ini. Dr Edward
Robbinson yang hidup pada abad 19 juga mengatakan: Jesus was not an uncommon name among
the Jews, dalam bukunya yang ditulis pada tahun 1833.[1]
Kata
“Yesus” merupakan sebuah nama, persis seperti setiap kita yang diberi nama oleh
orang tua kita ketika dilahirkan. Nama Yesus adalah bentuk Yunani dari nama
Yosua atau Yeshua dalam bahasa Ibrani. Sedangkan nama Yeshua sendiri adalah
bentuk pendek dari Yehoshua yang artinya “YHWH is salvation” (TUHAN
adalah Penyelamat). Oleh karena itu, arti nama Yesus pun dikonotasikan sebagai “TUHAN
adalah Penyelamat.”
Sekalipun
pada awal abad pertama nama itu pada faktanya umum dipakai oleh orang Yahudi,
namun seperti yang dilaporkan oleh I.H. Marshal PhD, seorang Professor ahli Exegesis
Perjanjian Baru dari Universitas Aberdeen,
nama itu lenyap dari peredaran setelah abad pertama. Marshal berpendapat bahwa
hal ini terjadi karena bagi orang Kristen, nama itu sudah bukan menjadi nama
yang biasa lagi, melainkan nama Juruselamat mereka yang amat mereka hormati.
Tidak ada orang Kristen yang berani memakai nama itu untuk nama anak-anak
mereka.
Sedangkan
bagi orang Yahudi, juga menurut Marshal, mereka tidak mau memakai nama Yesus
karena mereka merasa (maaf) “jijik” dengan nama itu karena nama tersebut
mengingatkan mereka pada seseorang yang telah mempermalukan diri mereka serta
menjadi batu sandungan bagi keyakinan iman mereka.
Pada
masa kini, kita bisa mendengar bahwa nama Yesus sering pula dipakai oleh banyak
orang di berbagai belahan dunia, khususnya oleh orang Kristen (atau yang merasa
dirinya Kristen atau yang entah mengapa tertarik dengan budaya Kristen, walau
mungkin tidak benar-benar paham, apa artinya menjadi Kristen. Atau bahkan pula
oleh mereka yang sengaja ingin menyamakan dirinya dengan Yesus Kristus). Sebut
saja beberapa contoh seperti Jesus Jones seorang pentolan grup band aliran
keras. Atau José Luis de Jesús Miranda,
seorang pendiri lembaga pelayanan Creciendo en Gracia yang mengaku bahwa
hidup dan ajarannya lebih tinggi dari hidup dan ajaran Yesus Orang Nazaret.
Oleh karena itu, apabila kita bertanya apakah kubur Yesus Kristus telah ditemukan? Maka jawabannya mungkin saja memang telah ditemukan kuburan milik seseorang bernama Yesus, tetapi pasti bukan Yesus yang diberitakan oleh Alkitab sebagai Tuhan dan Juruselamat itu. Sebab Yesus yang diberitakan oleh Alkitab adalah Yesus yang mati di kayu salib namun bangkit kembali dari kematian pada hari yang ketiga. Yesus yang diberitakan oleh Alkitab pasti tidak mungkin tetap tinggal di dalam kuburan itu, seperti yang dipaksakan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya.
… namun hanya satu yang
bergelar Kristus
Orang yang mengaku percaya bahwa kuburan Yesus Kristus telah ditemukan beserta tulang belulang-Nya adalah orang yang menolak kebenaran berita Alkitab tentang Yesus. Orang-orang semacam itu bahkan tidak mengerti bahwa apa makna dari istilah "Kristus." Berbeda
dengan kata “Yesus” yang merupakan sebuah nama, “Kristus” bukanlah sebuah nama,
melainkan sebuah gelar. Misalnya Presiden Abraham Lincoln, Abraham Lincoln
adalah namanya, namun Presiden adalah gelar yang sedang dijabatnya. Gelar bisa
diperoleh karena jabatan pekerjaan seperti Presiden atau Pendeta atau Guru
Injil atau Majelis atau Direktur. Tapi bisa juga diperoleh melalui pendidikan
seperti PhD, Dr, SH, SE dan lain-lain.
Seseorang
bisa diangkat atau dinobatkan menjadi seorang pendeta oleh jemaat atau sinode, demi
menjalankan suatu fungsi tertentu atau karena telah mencapai prestasi tertentu.
Tetapi untuk menyandang gelar PhD, anda harus buktikan terlebih dulu
ketrampilan akademis yang memadai. Tidak ada orang yang diangkat menjadi PhD
tanpa proses pendidikan yang sesuai untuk seorang PhD.
Sebagai
perbandingan, Kristus adalah juga gelar yang bukan diperoleh karena pendidikan
melainkan suatu gelar yang diberikan sebagai jabatan pekerjaan atau lebih
tepatnya, peranan. Lalu apa bedanya gelar Kristus dengan gelar-gelar lain yang
diperoleh melalui suatu penobatan?
Bedanya
adalah bahwa di dunia ini ada banyak orang yang dinobatkan atau diangkat menjadi
Presiden, ada banyak Pendeta, Direktur, Guru Besar yang diangkat atau
dinobatkan demi fungsi-fungsi tertentu dan tujuan-tujuan tertentu, tetapi di
dunia ini hanya ada satu Orang yang boleh dan mampu menyandang gelar sebagai
Kristus, yaitu Yesus orang Nazaret.
Hanya
Yesus itulah, yang telah mati bagi manusia, yang bisa menyandang gelar sebagai
Kristus. Hanya Yesus itu yang benar-benar pantas menyandang gelar ini. Tidak
ada satu manusia pun yang mampu dan pantas menyandang gelar tersebut. Bedanya
lagi, gelar Kristus bukan semata-mata diberikan oleh manusia, melainkan
diberikan langsung oleh Allah.
Istilah
“Kristus” adalah juga istilah dari bahasa Yunani christós yang artinya
“Dia Yang Diurapi.” Dalam zaman Perjanjian Lama, pengurapan diberikan baik
kepada benda maupun kepada manusia untuk memegang jabatan tertentu. Dengan
dilakukan pengurapan, berarti benda atau orang itu ditandai kesuciannya atau
kekhususannya bagi Allah. Karena kita sedang berbicara tentang Yesus, maka kita
langsung saja membahas tentang pengurapan yang diberikan pada manusia dan
mengesampingkan uraian tentang pengurapan terhadap benda-benda
Dalam
Perjanjian Lama, hanya ada tiga jabatan yang diberikan pengurapan dari Allah
yaitu, raja (Hak 9:8; 2 Sam2:4),
imam besar (Kel 28:41) dan nabi (1 Raj 19:16). Dan dalam Perjanjian
Lama tidak pernah disebutkan bahwa ketiga gelar itu disandang sekaligus oleh
satu orang manusia. Daud yang dikenal sebagai raja Israel yang paling agung
pun, tidak pernah menyandang gelar itu sekaligus dalam hidupnya.
Hanya
Yesus orang Nazaret-lah yang menyandang ketiga gelar itu sekaligus. Yesus
adalah Raja artinya Ia memegang kuasa untuk memerintah. Yesus adalah Imam,
artinya Ia menjadi wakil manusia untuk datang kepada Allah dengan membawa
korban keselamatan. Kitab Ibrani mengatakan bahwa tidak seperti imam lainnya
yang membawa persembahan setiap tahun dengan darah binatang, Yesus adalah Imam
Agung yang sebagai wakil umat manusia datang menghadap Allah dengan
mempersembahkan darah-Nya sendiri. Yesus adalah Nabi, karena Ia adalah Pribadi
yang datang untuk menyampaikan segala amanat, pesan dan perintah dari Allah
untuk manusia.
Seorang
pendeta Buddha yang sangat dihormati bernama Daisetz Teitaro Suzuki mengajarkan
bahwa setiap orang yang mencapai suatu tingkat kerohanian yang tinggi,
mempunyai kemungkinan untuk menjadi Kristus. Suzuki mengajarkan:
“The doctrine
of causes and effects awakens in man the inner power which makes him to be
himself and transforms him into his own creator with responsibilities and
obligations. In other words, the doctrine of causes and effects liberates man
from the ruling power of person God, dogmas and theology. Once liberated, man
would understand that he has to be responsible for all the consequences of his
own psychological states and volitional actions and should not look for any
salvation outside himself.”
Sekalipun
Suzuki beberapa kali mengutip Alkitab, namun dapat dipastikan bahwa Alkitab
tidak pernah mengajarkan bahwa kita dapat menjadi mesias (kristus) bagi diri
sendiri. Alkitab tidak pernah menyebutkan satu orang pun di dunia ini sebagai
Kristus kecuali Yesus orang Nazaret. Dan orang Kristen, sebagaimanapun
salehnya, tidak mungkin kelak akan menjadi Kristus. Kristus adalah gelar yang
unik, satu-satunya di dalam sejarah.
Akhir kata
Nama Yesus akan terus bergema di dunia ini, entah melalui mulut orang-orang yang percaya kepada-Nya, maupun dari mulut orang yang membenci-Nya. Tidak ada satu manusia yang begitu dicintai sekaligus begitu dibenci dan sering disalahpahami selain Dia. Coba saja anda renungkan, ada berapa banyakkah buku atau film yang membicarakan hal-hal yang buruk tentang Siddharta Gautama, Sai Baba, Vishnu dan pendiri agama lainnya? Pernahkah ada yang berani (atau paling tidak sekedar meluangkan waktu) untuk mengolok-olok kedatangan Batara Vishnu dalam wujud berbagai manusia (entah itu Sri Rama, Sri Kresna, Arjuna Sasrabahu atau entah apalagi) sebagai sesuatu pernyataan iman yang primitif, tidak berdasar logika, tidak historis dan oleh karenanya tidak layak untuk dipercaya? Dapat dikatakan hampir tidak ada. Semua orang menerima begitu saja hal-hal demikian tanpa repot-repot mempertentangkannya.
Tetapi
bagaimana dengan Yesus? Media massa seperti berlomba-lomba untuk mengemukakan
cerita-cerita yang bertujuan untuk mendiskreditkan Dia. Cerita-cerita tentang
Dia, dicap sebagai pernyataan iman yang primitif (oleh karena itu tidak terlalu
cocok untuk zaman teknologi maju seperti sekarang ini), perbuatan-perbuatan Dia
terus dikecam sebagai perbuatan yang anti-logika (oleh karena itu tidak perlu
ditanggapi secara serius), riwayat hidup-Nya terus dipertanyakan tentang ke-absah-an
historisnya (oleh karena itu siapa saja bebas membuat cerita-cerita aneh
tentang Dia) dan masih banyak lagi cara-cara lainnya.
Ada
pula orang yang kehabisan akal untuk mencerca Yesus begitu rupa sampai memakai
kemasan ilmiah semacam: “Telah Ditemukan
DNA Yesus Kristus.” Tetapi, bagaimana mungkin mereka dapat memastikan bahwa
DNA yang ditemukan itu adalah DNA Yesus Kristus jika kita bahkan tidak pernah
memiliki DNA asli-Nya sebagai pembanding? Terus terang, bagi saya Jurassic Park saja masih terasa lebih
masuk akal daripada berita tersebut.
Yesus
Kristus adalah Manusia, tetapi Dia bukan Manusia sembarangan, sebab Dia adalah
Allah yang menjadi Manusia. Memang ada banyak orang bernama Yesus, tetapi Yesus
yang disembah oleh orang-orang yang percaya pada ajaran Alkitab adalah Yesus
yang bergelar Kristus. Dan tidak ada satu orang di dunia ini yang memiliki
gelar Kristus, selain Yesus Orang Nazaret itu. Kehadiran-Nya pun bukan suatu
kebetulan di dalam sejarah. Ada ribuan tahun sejarah manusia yang harus terjadi
sebagai pendahuluan untuk memperkenalkan sosok Kristus ini. Siapakah tokoh
sejarah, baik dulu maupun sekarang yang bisa menandingi Dia?
Ketika
pada saat ini kita mengaku percaya kepada Dia, kita tidak diharapkan untuk
memiliki suatu pengakuan yang kosong atau iman yang buta. Alkitab meminta kita
untuk memeriksa iman kita dan menyandarkan iman itu pada objek (sasaran) yang
jelas dan pasti, yaitu Yesus Kristus. Alkitab sama
sekali tidak menghargai iman yang buta, sebab dengan hati kita
percaya namun dengan akal budi kita mengerti. Anselmus mengatakan fides quaerens intellectum yang artinya
biarlah iman memimpin pengertian kita. Iman memimpin, tetapi pengertian
berjalan dibelakangnya untuk memastikan agar iman tidak salah arah. Namun
pengertian pun tidak selamanya dapat mencapai finalisasi, oleh karena itu iman
yang harus memimpinnya. Suatu kerjasama yang sangat indah antara iman dan
pengertian. Hilangkan yang satu, maka yang lain tidak akan berfungsi dengan
semestinya.
Semoga
melalui tulisan singkat ini, keyakinan kita pada Yesus Kristus dapat semakin
diperkaya. Tuhan memberkati.
Baca juga:
Mengapa Yesus Kristus harus menjadi Manusia? Klik disini.
[1] Loan
Stack ed., A Dictionary of the Holly
Bible - For General Use in the study of the Scripture (New York: American
Tract Society, 1859), p 228.