Thursday, February 15, 2018

Eksposisi Wahyu Pasal 1 ayat 3: Apa yang dimaksud dengan “waktunya sudah dekat?”

Renungan dari Wahyu 1:3
Apakah waktunya sudah dekat berarti kita sebentar lagi akan kiamat?
Apakah kita sedang di akhir zaman?
Apakah beda antara akhir zaman dan zaman akhir?




Apakah kita sudah dekat kiamat


Pendahuluan
Dalam Wahyu pasal 1 ayat 1 hingga ayat 3 kita mendapati dua ungkapan yang berkaitan dengan waktu. Yang pertama kita jumpai dalam ayat 1 dengan ungkapan “apa yang harus segera terjadi” dan yang kedua kita jumpai di dalam 3 sendiri melalui ungkapan “waktunya sudah dekat.” Hanya dalam satu pasal saja kita menjumpai dua ungkapan yang serupa seperti ini, maka dapat kita simpulkan bahwa ada suatu sense of urgency dari apa yang ingin disampaikan di dalam Wahyu tersebut.
 
 
Buku "Lebih Dari Pemenang" Klik disini.

Dan lagi, dengan adanya fakta bahwa muncul dua ungkapan yang sama-sama mengesankan suatu jangka waktu yang pendek, muncul pertanyaan di dalam benak kita, sesegera apakah hal-hal tersebut akan terjadi? Dan sedekat apakah waktu untuk terjadinya hal-hal yang akan diungkap dalam wahyu?

Kita akan merenungkan kedua ungkapan yang mengisyaratkan adanya kemendesakan dari segi waktu ini dengan mencoba mencari apa artinya serta mencoba mencari referensi yang serupa di dalam Alkitab.

Semoga dengan cara itu, kita dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan Wahyu melalui ungkapan tersebut.

Kekeliruan yang paling umum di dalam memikirkan berita Wahyu
Dalam kaitan dengan waktu yang diberikan oleh kitab Wahyu saya memperhatikan bahwa ada kekeliruan yang cukup umum terjadi di kalangan orang Kristen.

Ada orang Kristen tertentu yang terlalu ekstrem menekankan bahwa berita Wahyu adalah tentang segala sesuatu yang telah terjadi di masa lampu, oleh karena itu bagi kita sekarang ini seolah-olah sudah tidak ada maknanya lagi.

Sementara ada pula orang Kristen tertentu yang terlalu ekstrem menekankan bahwa berita Wahyu adalah tentang segala sesuatu yang belum terjadi, dan baru akan terjadi di masa depan, sehingga bagi kita sekarang ini seolah-olah berita itu belum terlalu memiliki makna yang relevan.

Menurut pendapat saya, berita Wahyu itu sebetulnya menunjuk baik pada peristiwa-peristiwa di masa lalu, di masa mendatang dan lebih lagi berita Wahyu ini pun bahkan relevan pula untuk masa sekarang.

Berita-berita yang disampaikan di dalam Wahyu tidak senantiasa kita baca dari kacamata sebuah kisah yang dituturkan dalam urutan waktu yang kronologis, melainkan lebih merupakan gambaran-gambaran yang saling paralel, saling mengisi dan saling menguatkan antara pesan yang satu dengan pesan yang lain.

Dalam sudut pandang kebudayaan Yunani, waktu tidak selalu dilihat sebagai kronos, yaitu dimana yang ditekankan adalah kaitan antara waktu dengan urut-urutan peristiwa yang terjadi dalamnya. Dalam kebudayaan Yunani, waktu juga dapat dilihat dalam pengertian kairos, yaitu dimana yang ditekankan adalah arti penting dari peristiwa yang sedang terjadi di dalam waktu tertentu.

Kita orang Indonesia mungkin tidak terbiasa memahami waktu dari dua pengertian yang berbeda ini, kairos dan kronos. Namun untuk membantu kita memahami hal ini, saya coba berikan sebuah contoh sederhana yang mudah-mudahan dapat membantu.

Mari kita ambil contoh: “belajar di sekolah dasar,” sebagai peristiwa yang mau kita kaitkan dengan kairos dan kronos. Dari sudut pandang kairos: belajar di sekolah dasar itu terdiri dari urut-urutan peristiwa mulai dari kelas 1, lalu lanjut ke kelas 2, kelas 3, kelas 4 dan seterusnya hingga kelas 6. Sementara dari sudut pandang kronos, belajar di sekolah dasar itu akan tepat sekali jika dilakukan pada usia muda, yaitu antara usia 6 hingga 12 tahun. Mengapa? Karena pada usia-usia semacam itulah kegiatan belajar di sekolah dasar tepat sekali dilakukan. Bukan berarti bahwa seseorang tidak bisa bersekolah dasar di usia 40 tahun misalnya. Secara kronos dan secara teknis, seseorang bisa saja karena satu dan lain hal baru sempat sekolah dasar di usia 40 tahun. Namun secara kairos, hal itu sangat tidak tepat untuk dilakukan. Di usia 40 tahun kita punya hal-hal penting lainnya yang harus kita lakukan dan tanggung jawab kita juga biasanya sudah jauh lebih besar daripada hal-hal mendasar yang dapat kita pelajari dari sekolah dasar.

Kalau boleh saya simpulkan dalam bahasa sederhana, kronos berbicara tentang waktu dari sudut pandang strukturnya, sedangkan kairos berbicara tentang waktu dari sudut pandang isinya atau arti pentingnya.

Kitab Wahyu lebih banyak berbicara tentang berbagai peristiwa dari sudut pandang kairos ketimbang kronos (walau bukan berarti kronos tidak ada sama sekali). Dan oleh karena itu, segala yang disampaikan dalam kitab Wahyu dapat berlaku untuk dibaca di masa lalu, di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Penggenapan dari nubuat di dalam Wahyu terjadi dalam kurun waktu yang dekat, maupun jauh. Setiap zaman akan melihat bagaimana meterai Allah dibuka, bagaimana sangkakala peringatan ditiup dan bagaimana cawan murka Allah ditumpahkan kepada orang-orang yang jahat.

Perkecualian barangkali dapat dibuat pada beberapa hal yang memang belum terjadi saat ini yaitu misalnya kedatangan Yesus yang kedua kali, penghakiman terakhir, perjamuan kawin Anak Domba serta turunnya Yerusalem baru dari Allah.

Waktunya sudah dekat
Bagi para pembaca Wahyu di zaman Yohanes, apa yang dituliskan itu akan segera terjadi, bahkan ada yang sudah terjadi. Meskipun demikian, segala sesuatu yang terjadi tersebut bersifat cukup umum dan general, bukan sebagai sebuah peristiwa tunggal yang hanya terjadi di zaman itu, tetapi sebagai sebuah peristiwa yang sering terjadi, menjadi semacam pola di berbagai zaman. Yang menjadi point utama disini adalah bahwa segala sesuatu yang diberitakan disini diharapkan membuat pembacanya untuk selalu bersiap diri, waktu sudah dekat, jangan ditunda tunda lagi untuk melakukan apapun yang Tuhan ingin agar kita lakukan. Bersiap diri untuk mengalami segala bentuk kesulitan hidup kapan pun itu terjadi di dalam kehidupan. Bersiap diri untuk melayani Tuhan seperti yang dilukiskan di dalam Wahyu itu sendiri.

Pesan Alkitab yang berbunyi waktunya sudah dekat ini bukanlah secara eksklusif milik dari Kitab Wahyu. Kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru juga memuat pesan semacam ini sebagaimana yang akan saya singgung berikut ini.

Beberapa ayat di Alkitab yang menekankan pada prinsip “waktu sudah dekat”
Matius 3:7  7 Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?

Di dalam ayat ini dikatakan “murka yang akan datang,” kapankah datangnya murka itu? Tidak ada yang tau pasti kapan murka itu akan datang kepada orang-orang yang disebut keturunan ular beludak itu. Persoalannya bukan kapan murka itu datang sebab murka itu pasti akan datang apabila mereka tidak bertobat dan tetap hidup bagaikan ular beludak yang jahat. Orang Farisi dan Saduki tidak diberitakan menerima murka itu segera setelah kalimat itu disebutkan, tetapi kita tahu bahwa di dalam kekerasan hati mereka yang tidak mau bertobat itu saja sudah menunjukkan bahwa Allah sudah murka kepada mereka dan tidak melembutkan hati mereka.

Hingga hari Yesus disalibkan, kita tahu masih banyak orang Farisi yang mengeraskan hati. Ketimbang bertobat, mereka justru mengejek dan menghina Yesus yang tersalib. Kegagalan mereka dalam melihat Yesus sebagai Juruselamat saja sudah merupakan bentuk murka Allah bagi mereka saat itu, dan suatu saat setelah mereka mati maka mereka akan mendapati murka Allah menjadi semakin nyata.

Ada dua alasan mengapa murka Allah kepada orang jahat tidak segera terlihat sebagai sebuah hukuman:
a.       Kesempatan bertobat
b.      Menunggu kejahatan mereka menjadi genap.

Matthew 4:17   17 Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Di dalam ayat ini dikatakan “sejak waktu itu,” sejak kapankah? Sejak waktu Yohanes ditangkap. Dengan ditangkapnya Yohanes Pembaptis berarti berakhirlah era para nabi-nabi Allah yang memberitakan tentang kedatangan Yesus. Kini Yesus sendiri sebagai pusat dari berita para Nabi mulai memberitakan sebuah kabar yang baru yaitu Kerajaan Sorga sudah dekat.

Kerajaan Sorga adalah suatu kondisi atau sifat dimana hal-hal yang sorgawi meraja di dunia. Hal ini ditandai dengan hadirnya Yesus Kristus melayani dunia secara langsung sebagai manusia. Bukan manusia biasa, tetapi manusia sempurna perwakilan dari Sorga. Yesus adalah Raja, oleh karena itu ketika Yesus mulai melayani manusia, maka dapat dikatakan bahwa saat itulah Sorga mulai menjalankan fungsi kerajaannya secara lebih nyata.

Dikatakan sudah dekat, artinya belum tiba. Mengapa belum tiba? Karena Yesus belum mati dan bangkit dari kematian. Ketika Yesus sudah bangkit dari kematian, maka moment itulah Kerajaan Sorga sudah menjadi semakin nyata atau kita katakan sudah tiba.

Gereja adalah wujud nyata dari Kerajaan Sorga di bumi yang berdosa ini. Kita dapat mengatakan demikian karena Yesus Kristus sendiri adalah kepala gereja.

Matthew 24:33-34  33 Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.  34 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi.

Kalimat ini jelas sekali mengacu pada zaman dimana para murid dan orang-orang yang hidup di zaman itu masih ada. Mereka akan menjadi saksi mata bahwa apa yang Yesus katakan akan menjadi kenyataan. Dalam sejarah, hal tersebut menjadi nyata ketika Kaisar Nero (dan kaisar-kaisar lainnya yang membenci gereja) berkuasa dan menjalankan kekuasaannya dengan lalim serta membunuhi orang-orang percaya.

Apakah dengan demikian kalimat ini sudah tidak berguna lagi? Tentu tidak, karena sampai sekarang pun, banyak orang dan banyak pemerintahan dunia yang bersikap seperti Nero terhadap gereja. Mereka memusuhi gereja, mereka memusuhi Kristus dan mereka menganiaya anak-anak Tuhan.

Dengan matinya Kristus, bangkit lalu naik ke sorga, kejahatan Iblis mengarahkan kegeramannya kepada gereja. Hal ini diungkap dalam kitab Wahyu yaitu mengenai Naga, perempuan beserta anak dari perempuan itu.

Kesimpulan:
Frasa tentang waktu yang sudah dekat adalah suatu pesan bagi kita untuk melihat arti pentingnya waktu. Waktu yang kita miliki ini tidak selamanya akan menjadi milik kita. Oleh karena itu adalah penting untuk melihat bagaimana kita mengisi waktu yaitu dengan memperhatikan apa yang Allah kita telah lakukan baik bagi hidup kita maupun bagi seluruh dunia.

Para pembaca kitab Wahyu di zaman Yohanes hidup sewajarnya menerima dengan sungguh-sungguh makna yang terkandung dalam kata-kata “waktunya sudah dekat.” Mereka sangat mungkin menerima hal itu secara harafiah dan melalui berita tersebut mereka mendapat penghiburan dan kekuatan. Sangat kecil kemungkinan bagi para pembaca waktu untuk memikirkan zaman yang kita hidupi sekarang ini.

Sebagaimana kita dapat baca dalam kitab Wahyu, kemenangan Kristus adalah sebuah kepastian. Orang yang saat itu teraniaya tentu merasa terhibur dan terbuka pikirannya bahwa apa yang mereka alami bukanlah suatu keadaan yang berada di luar kendali Kristus. Penderitaan mereka bahkan kematian mereka kelak adalah suatu hal yang harus mereka alami sebagai konsekuensi mengikut Yesus. Dan konsekuensi pahit yang mereka alami itu, memberi pengharapan luar biasa terhadap kehidupan setelah nyawa mereka tercabut.

Di bawah ini, sebagai penutup saya menyajikan pula pesan Yesus yang lain kepada kita semua, yang masih bisa menghirup udara kehidupan, untuk senantiasa berjaga-jaga.

Matthew 24:42-51   42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.  43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.  44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."  45 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?  46 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.  47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.  48 Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya:  49 Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk,  50 maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya,  51 dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi."

Matthew 25:1-13  "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.  2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.  3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,  4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.  5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.  6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!  7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.  8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.  9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.  10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.  11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!  12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.  13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."

Berjaga-jaga adalah hal yang indah dimata Tuhan. Oleh karena itu janganlah kita terlalu memikirkan kapankah kiamat akan terjadi, atau kapankah peristiwa-peristiwa dalam wahyu akan terjadi, karena bukan itu point pentingnya. Point utamanya adalah bahwa kita harus senantiasa berjaga-jaga, karena waktunya sudah dekat. Sama dekatnya dengan besok, pun sama dekatnya dengan seribu tahun lagi. Jangan menunda-nunda untuk melakukan kehendak Allah. Amin.

Beberapa pertanyaan untuk direnungkan:
Apakah yang dimaksud dengan waktunya sudah dekat dalam kitab Wahyu?
Apakah yang dimaksud dengan kronos?
Apakah yang dimaksud dengan kairos?
Kekeliruan yang paling umum di dalam menafsirkan berita Wahyu.
Bagaimana membaca Kitab Wahyu dalam kaitannya dengan konteks waktu?
Beberapa ayat di Alkitab yang menekankan pada prinsip “waktu sudah dekat”
Apa pesan Yesus sehubungan dengan berjaga-jaga?
Apakah Kitab Wahyu hanya berbicara tentang masa lalu?
Apakah Kitab Wahyu hanya berbicara tentang hari kiamat?
Apakah Kitab Wahyu relevan untuk saat ini?

Monday, February 12, 2018

Eksposisi singkat Wahyu 1:1-3: penjelasan singkat atas pengertian yang ada di dalamnya



Oleh: Izar Tirta




Bacaan:
Wahyu 1:1-3 1Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.  2 Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.  3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Inilah wahyu Yesus Kristus
Wahyu sama artinya dengan penyataan. Penyataan sendiri berarti membuat menjadi nyata. Segala sesuatu yang sebelumnya tertutup, tidak terlihat, tidak nyata (bukan berarti tidak riil), tidak diketahui, kini dibuka, sehingga orang lain dapat melihatnya serta mengetahuinya. Apa yang tadinya tertutup, kini disingkap sehingga menjadi nyata bagi orang yang ingin mengetahuinya.

Wahyu Yesus Kristus dapat kita artikan:
-          Bahwa Wahyu itu berisi berita tentang Yesus Kristus, atau
-          Bahwa Wahyu itu dibukakan atau disampaikan oleh Yesus Kristus.

Pemberitaan Alkitab sepanjang Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru memang bertitik pusat pada Yesus Kristus. Para Nabi, maupun para Rasul berkisah tentang Sang Mesias yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Tidak sedikit kisah-kisah dalam Perjanjian Lama yang merupakan bayang-bayang dari Yesus Kristus sendiri. Dalam kitab Wahyu yang menjadi inti pembahasan kita pun, kita akan mendapati bahwa Yesus Kristus adalah pusat dari berita yang disampaikan. Yesus Kristus adalah tokoh utama dari wahyu/penyataan tersebut.

Siapa kah yang menjadi sumber dari wahyu Yesus Kristus?
Allah Tritunggal adalah sumber dari wahyu itu sendiri. Sebab siapakah yang dapat mengenal dan mengetahui segala sesuatu tentang Allah jika bukan Allah itu sendiri bukan? Dalam Alkitab kita mendapati bahwa Allah Tritunggal secara aktif menggerakkan para penulis untuk menceritakan tentang siapa Diri-Nya, apa yang dikerjakan-Nya.

Dengan kemampuannya sendiri, manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah, karena manusia adalah ciptaan sedangkan Allah ada Pencipta. Sebagai ciptaan, manusia memiliki keterbatasan di dalam pengetahuan. Selain itu, manusia juga adalah makhluk yang sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga akal budi dan kemauannya sudah tidak mungkin lagi dapat mengenal Allah. Oleh karena itu, penyataan akan Pribadi Allah haruslah berasal dari inisiatif Allah sendiri dan kitab Wahyu yang kita baca ini, berisi inisiatif tersebut.

yang dikaruniakan Allah kepada-Nya,
supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya
Yesus Kristus di dalam konteks kalimat ini dilihat lebih dari sudut pandang diri-Nya sebagai Penebus yang mewakili manusia berdosa yang ditebus-Nya. Oleh karena itu di dalam Ordo-Nya, Yesus juga dilukiskan sebagai Dia yang menerima karunia Wahyu itu dari Allah Bapa.

Kalimat ini tidak perlu kita anggap sebagai penjelasan bahwa seolah-olah Yesus adalah Allah yang lebih rendah dari Allah Bapa. Kalimat ini perlu kita pahami dan lihat dari sudut pandang dimana Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia untuk menjalankan sebuah tugas khusus sebagai Mesias. Dan di dalam tugas khusus itu, Yesus menerima wahyu dari Bapa-Nya.

Dalam Perjanjian Baru, kita juga telah diajar oleh Yesus yang senantiasa merendahkan diri-Nya atau mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa sehingga seolah-olah hidup-Nya pun bergantung kepada Bapa-Nya semata-mata.

Dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat lukisan yang serupa dengan hal ini di dalam Daniel 7 ayat 13 dan 14 ada tertulis:
(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.  (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Penglihatan Daniel akan sosok anak manusia itu, dapat kita simpulkan sebagai penglihatan akan sosok Yesus Kristus di hadapan Bapa-Nya. Karena dari bagian-bagian lain dari Alkitab kita dapat membaca bahwa hanya Yesus Kristuslah yang disebut sebagai Seorang Raja yang kekuasaan-Nya kekal dan kerajaan-Nya tidak akan musnah. Selain itu, kita tahu pula dari kitab Injil bahwa Yesus sering menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia. Dapat dipastikan bahwa sosok anak manusia seperti di dalam kitab Daniel inilah yang Yesus maksudkan tentang diri-Nya. Hal ini sekaligus menyanggah anggapan banyak orang bahwa Yesus sendiri tidak pernah mengakui diri-Nya sebagai Allah.

Apabila kita perhatikan dalam ungkapan-ungkapan yang dituliskan oleh Daniel, maka kita dapat melihat bahwa anak manusia di dalam gambaran tersebut bukanlah sembarang anak manusia, melainkan anak manusia yang memiliki kuasa dan kedaulatan Ilahi.

Kita dapat menduga bahwa pendengar Yesus dapat menghubungkan sebutan Anak Manusia tersebut kepada sosok anak manusia yang diungkapkan dalam kitab Daniel.

Apabila kita telusuri maka kita perhatikan bahwa sosok anak manusia dalam kitab Daniel itu menerima kuasa dan kemuliaan dari Yang Lanjut Usia. Kita dapat menyimpulkan bahwa Yang Lanjut Usia di dalam teks tersebut adalah sosok yang kita kenal sebagai Allah Bapa. Yang menarik adalah bahwa di sini kembali kita melihat suatu kesejajaran dalam hal Yesus menerima sesuatu dari Bapa-Nya. Baik dalam kitab Daniel, maupun dalam kitab Wahyu, Yesus adalah Pribadi yang menerima segala sesuatu dari Bapa-Nya. Yesus begitu taat, rendah hati dan setia menjalankan perintah Bapa. Ini adalah suatu teladan yang baik bagi kita, jika Yesus saja yang sendirinya adalah Allah mau menempatkan diri sebagai sosok yang diberi kuasa, kemuliaan dan karunia dari Bapa, mengapa kita yang hanya manusia biasa saja ingin senantiasa mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri?

Tinggi-Nya Yesus, mulia-Nya Yesus justru paling nyata terlihat dari cara bagaimana Ia telah merendahkan diri dan bahkan menerima penghinaan dengan rela.

Karunia wahyu yang diterima oleh Yesus dari Bapa-Nya bukanlah untuk disimpan oleh diri-Nya sendiri, melainkan - sebagaimana dapat kita Baca dalam kalimat itu – untuk dibagikan kepada para hamba Yesus. Jika kita termasuk orang yang memperhambakan diri kepada Yesus, maka wahyu ini adalah ditujukan kepada kita juga.

Perlu juga dicatat disini, bahwa salah satu ciri atau sifat dari Wahyu adalah yaitu bahwa wahyu itu tidak pernah dipegang oleh seseorang untuk disimpan, melainkan untuk dibagikan.

Yesus menerima dari Bapa, lalu membagikan kepada malaikat.
Malaikat menerima lalu membagikan kepada Yohanes.
Yohanes menerima lalu membagikan kepada ke tujuh jemaat.
Dan akhirnya, kita sebagai jemaat yang kini membaca wahyu, tidakkah wajar jika Allah juga menginginkan agar kita pun membagikan wahyu tersebut?

apa yang harus segera terjadi
Segala sesuatu yang dinyatakan dalam wahyu tersebut berisi tentang hal-hal yang harus segera terjadi, artinya, pembaca wahyu di zaman itu tentu berpikir bahwa semuanya akan terjadi di masa kehidupan mereka. Mereka tidak berpikir bahwa hal ini baru akan terjadi 2000 tahun lagi bukan?

Itu sebabnya, dalam membaca wahyu ini kita harus ingat bahwa wahyu ini bukan semata-mata ditujukan pada kita yang merasa hidup di zaman yang seolah-olah akan berakhir ini, melainkan justru pertama-tama kepada orang di zaman tersebut.

Para pembaca Wahyu adalah orang-orang yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan hebat, kitab Wahyu seharusnya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi mereka yaitu bahwa penderitaan mereka diperhatikan oleh Tuhan mereka dan bahwa ada kemuliaan dan kemenangan besar di balik penderitaan yang mereka alami tersebut.

(Untuk lebih lengkap Baca tulisan saya berjudul: “Waktunya sudah dekat”)

Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya
Malaikat memang seringkali menjadi utusan Allah.
Bagian ini mengingatkan kita keterkaitan serta keselarasan antara Wahyu dengan kitab Perjanjian Baru lainnya dan bahkan Perjanjian Lama.
Malaikat diutus menghibur Hagar
Malaikat diutus ke Sodom sebelum kota itu dihancurkan.
Malaikat diutus kepada Maria untuk memberitahukan kelahiran Yesus Kristus.
Malaikat menghibur Yesus di taman Getsemani.
Malaikat memberitahu para murid bahwa Yesus sudah bangkit.
Malaikat mengingatkan para murid bahwa Yesus yang naik ke sorga nantinya akan turun kembali ke dunia dalam kedatangan yang kedua.

Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. 
Patut diperhatikan disini adanya flow of information atau flow of revelation.
Bapa àYesus à Malaikat à Yohanes à Gereja
Semua yang menerima wahyu dari Bapa, tidak menyimpan wahyu itu untuk dirinya sendiri melainkan membagikanya kepada orang lain. Dan orang yang menerima itu pun kemudian menyampaikan lagi kepada yang lain.

Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya
Sebuah kesaksian haruslah berisi tentang apa yang diketahui atau apa yang telah dilihat oleh saksi itu sendiri. Seseorang harus pertama-tama melihat kebenaran di dalam Firman Allah itu sendiri, sebelum ia dapat memberikan kesaksian tentang firman Allah, Untuk dapat melihat kebenaran di dalam Firman Allah, seseorang harus membacanya, merenungkannya, mempercayainya.Banyak orang yang Baca namun tidak percaya. Namun banyak pula yang mengaku percaya tetapi tidak benar-benar membacanya. Dua-duanya salah.

Yang benar adalah yang membaca dan mempercayainya.
Dan wujud nyata dari mempercayai adalah dengan melakukan atau menghidupi Firman itu.

Berbahagialah
Tujuan utama dari wahyu ini memang adalah untuk menjadi sebuah berita penghiburan. Di harapkan orang yang membaca wahyu ini dapat merasakan suatu kebahagiaan.

ia yang membacakan
Membacakan saja sudah disebut sebagai orang yang bahagia, mengapa?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa membacakan wahyu saja sudah disebut bahagia:
Pertama adalah orang yang mau membacakan sudah pasti merupakan orang yang percaya.
Kedua, karena dengan membacakan berarti kita turut menyebarkan wahyu ini.
Ketiga, karena dengan membacakan kita juga jadi dapat mengetahui apa yang Tuhan kehendaki.

dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini,
Mendengarkan itu lebih tinggi kualitasnya dari mendengar.
Mendengarkan itu membutuhkan sebuah perhatian.
Orang yang mau mendengarkan wahyu ini berarti adalah orang yang percaya. Orang yang tidak percaya kepada Yesus tidak mungkin mau mendengarkan.

dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya
Di dalam wahyu ini ada banyak nasihat. Nasihat itu bukan berasal dari manusia melainkan dari Tuhan sendiri. Oleh karena itu menuruti apa yang tertulis di dalam Wahyu ini, merupakan suatu tindak ketaatan kita kepada Allah sendiri.

sebab waktunya sudah dekat.
(Untuk lebih lengkapnya, baca tulisan saya berjudul “Waktunya sudah dekat”)
Perhatikan bahwa kalimat peringatan mengenai waktu diulang hingga dua kali. Ada suatu sense of urgency di sini. Dan sekaligus mengingatkan kita di zaman modern ini untuk jangan berpikir bahwa wahyu ini semata-mata adalah pesan untuk masa depan. Wahyu adalah pesan yang relevan untuk masa Yohanes hidup, sekaligus juga pesan yang relevan untuk zaman sekarang.
Waktu itu bersifat relatif kejadian-kejadian yang ada di zaman Yohanes bukanlah ekslusif milik zaman itu saja, melainkan akan terus terjadi di sepanjang zaman hingga sekarang, sehingga kata-kata mengenai waktu yang sudah dekat itu akan senantiasa relevan hingga kini. Waktu yang sudah dekat itu merupakan pesan untuk senantiasa berjaga-jaga.

Pokok pikiran di dalam tulisan ini:
Penjelasan tentang Wahyu 1:1-3
Eksposisi singkat dari Wahyu 1:1-3
Apa yang dimaksud dengan Wahyu?
Apa yang dimaksud dengan Wahyu Kristus?
Penjelasan singkat dari Daniel 7:13 dan 14
Mengapa Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia?
Apakah Wahyu berbicara tentang waktu yang sudah dekat? Ataukah masih jauh?