Saturday, August 21, 2021

Eksposisi Surat 2 Petrus 1:16-21

Nubuat tentang kemuliaan Kristus telah digenapi
Darimana Petrus punya keyakinan akan penggenapan kemuliaan Yesus Kristus?
Apa implikasinya bagi kita jika kemuliaan Kristus itu dinyatakan?



Oleh: izar tirta


Pendahuluan

Kepastian dari kedatangan Kristus yang mulia adalah dasar yang dipakai oleh Petrus untuk menuliskan nasihat-nasihat yang tertuang dalam ayat 16 hingga 21 ini.  Mengapa Petrus memiliki keyakinan yang sedemikian kuat atas kedatangan Kristus di dalam kemuliaan-Nya? Ada dua dasar utama yang dipakai oleh Petrus sebagai argumentasi atas kepastian kedatangan Kristus tersebut, yaitu:

  • Peristiwa transfigurasi, yaitu ketika Tuhan Yesus dipermuliakan di atas gunung.
  • Tulisan (nubuat) para nabi tentang kedatangan Kristus. [Baca juga: Apa arti dari nubuat? Klik disini]

Ayat Firman Tuhan

2 Petrus 1:16-21
[16] Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. [17] Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." [18] Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. [19] Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. [20] Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, [21] sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.


Penjelasan ayat demi ayat

2 Petrus 1:16 Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

“Sebab kami tidak mengikuti”
Atau secara harafiah, “karena dahulu kami tidak mengikuti” (For we did not follow). Kata “karena” merupakan penyebab dari mengapa nasihat-nasihat yang ada pada ayat sebelumnya diberikan 

“Dongeng isapan jempol”
Atau Cunningly devised fables, merupakan rujukan terhadap cerita-cerita Yahudi atau bahkan desas desus di kalangan Kristen sendiri yang tidak memiliki dasar kebenaran. Bentuknya bisa berupa mitologi, Teosophi Yahudi, ajaran Gnostik ataupun kitab-kitab Apokrifa. Istilah dongeng isapan jempol yang berisi kata-kata kosong ini bukan hanya terdeteksi oleh Petrus. Dalam 1 Tim 1:4, 2 Tim 4:4 dan Titus 1:14, Paulus juga menyebutkan adanya narasi-narasi yang keliru tersebut. Dan seperti Petrus, maka Paulus pun mengecam ajaran-ajaran keliru yang ada di dalamnya.

 

“ketika kami memberitahukan kepadamu”

Para penafsir PB agak kesulitan untuk menentukan hal apakah yang secara spesifik ingin ditunjuk melalui kalimat ini. Apa yang diberitahukan? Melalui apa cara pemberitahuannya? Dan siapa yang dimaksud dengan “kami” dalam kalimat ini?

 

Apa yang diberitahukan? Agaknya jawaban yang paling mungkin untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah hal-hal yang tertulis dalam segala tulisan yang dibuat oleh Petrus, baik dalam surat ini maupun surat yang sebelumnya. Melalui apa cara pemberitahuannya? Pasti bukan melalui cara verbal, melainkan melalui surat. Dan siapakah “kami”? Sangat mungkin mengacu pada diri Petrus dan Markus, yaitu melalui surat ini dan melalui Injil Markus, yang diyakini oleh banyak penafsir PB sebagai Injil yang beritanya bersumber dari Petrus pula.

 

“Kuasa dan kedatangan”

Frasa ini mengacu pada Tuhan Yesus di dalam kuasa yang diberikan pada-Nya setelah kematian, kebangkitan dan kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim. Para penafsir PB setuju bahwa ini bukan tentang kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali.

 

Karena kita tahu bahwa Dia, Penebus yang telah lama dijanjikan, telah turun dari surga, mengenakan daging kita, hidup di dunia, mati dan bangkit kembali. Kita juga melihat akhir dari semua hal ini, yaitu, agar Dia menjadi Tuhan kita, dan menunjukkan dalam diri-Nya sendiri janji untuk meng-adopsi kita, agar Dia bisa membersihkan kita dari kekotoran oleh dosa melalui kasih karunia Roh-Nya, dan menguduskan kita menjadi Bait-Nya. Agar Ia melepaskan kita dari neraka, dan mengangkat kita ke surga, agar melalui pengorbanan kematian-Nya Ia menebus dosa-dosa dunia. , agar Ia mendamaikan kita dengan Bapa, agar Ia menjadi bagi kita pencipta kebenaran dan hidup.

 

[Baca juga: Mengapa Wahyu mengatakan bahwa waktu kedatangan Tuhan sudah dekat? Klik disini]

 

“Saksi mata,” apa yang dimaksud dengan saksi mata? John Calvin menterjemahkan saksi mata sebagai “pengamat” yaitu pelayan Kristus yang sah, yang mengetahui kebenaran dari ajaran yang Tuhan sampaikan. Petrus sendiri hadir, ketika Kristus dinyatakan melalui suara dari surga sebagai Anak Allah. Saat itu hanya tiga orang yang hadir, tetapi mereka cukup sebagai saksi; karena mereka telah melihat kemuliaan Kristus, dan memiliki bukti yang luar biasa tentang keilahian-Nya dalam kebangkitan-Nya.

 

Tapi sekarang kita mendapatkan kepastian dengan cara lain, karena meskipun Kristus tidak bangkit di depan mata kita, namun kita tahu bahwa berita kebangkitan-Nya telah diturunkan kepada kita melalui saksi mata seperti Petrus. Dan ditambah pula dengan kesaksian hati nurani, pemeteraian dari Roh, yang jauh melebihi semua bukti indra. Oleh karena itu,  marilah kita ingat bahwa Injil sejak awalnya bukan berisi berita desas-desus yang tidak jelas, tetapi bahwa para rasul itulah pemberita yang otentik, karena mereka mengabarkan apa yang mereka lihat sendiri.

 

2 Petrus 1:17  Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

 

Disini Petrus menyaksikan satu peristiwa, di antara banyak peristiwa lainnya, yang tidak terlupakan sebagai sebuah contoh dari kemuliaan Kristus. Ketika sedang dihiasi dengan kemuliaan surgawi, Kristus secara sangat jelas telah menunjukkan keagungan ilahi-Nya kepada ketiga murid-Nya. Dan meskipun Petrus tidak menceritakan semua peristiwa yang ia lihat dalam diri Kristus, namun dia telah cukup menunjuk pada peristiwa ketika sebuah suara datang dengan diiringi sinar kemuliaan yang luar biasa. apa yang menunjukkan kebesaran itu datang dengan cara yang mengerikan tapi sekaligus penuh hikmat, dan ditambah lagi dengan beberapa simbol atau tanda yang membuktikan bahwa  segala nubuat para nabi itu adalah tentang diri-Nya.

 

“Inilah Anak yang Kukasihi”

Petrus menyebutkan isi dari perkataan luar biasa itu dengan suatu keyakinan bahwa kata-kata itu saja sudah merupakan bukti yang cukup dari kemuliaan Kristus. Dan Petrus tentu saja tidak keliru berpikir demikian. Sebab kepastian apa lagi yang dapat kita harapkan tentang kemuliaan Kristus, selain daripada pengakuan Bapa sendiri?

 

Ada dua bagian dari kalimat ini yang dapat menjadi perhatian kita, “Inilah” sebuah ekspresi yang sangat empati dan intim bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan sejak dahulu kala. Inilah Dia yang telah diberitakan dalam Taurat dan Kitab Para Nabi, kini Ia telah hadir dan Bapa sendiri yang mengumumkan kehadiran Sang Mesias.

 

“Anak yang Kukasihi,” merupakan pengumuman resmi kepada manusia bahwa Kristus adalah Anak-Nya sendiri, yang kepada-Nya seluruh Kasih Bapa berdiam dan berpusat. Sehingga sebagai manusia pun kita hanya dapat menikmati kasih Bapa melalui Dia dan hanya di dalam Dia sajalah kasih Bapa dapat ditemukan.

 

2 Petrus 1:18  Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

 

“Di atas gunung yang kudus,” Sebagaimana dalam peristiwa Tuhan menampakkan diri di hadapan Musa menjadikan tanah itu kudus, demikian pula kehadiran Allah di atas gunung menjadikan gunung itu kudus. Calvin berkomentar bahwa Allah adalah sumber kekudusan, sehingga dimana pun Allah hadir secara khusus maka tempat itu pun akan dikuduskan. Calvin mendorong kita untuk tidak hanya menerima Tuhan dengan hormat, tetapi juga mempersiapkan diri kita untuk kekudusan. Hal ini sejalan dengan perintah Tuhan dalam Perjanjian Lama, "Kuduslah kamu, karena Aku kudus." (Imamat 11:44; Imamat 19:2.)

 

2 Petrus 1:19  Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

 

Kebenaran Injil didasarkan pada nubuat para nabi, janganlah orang percaya menjadi ragu untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Kristus, sebab keragu-raguan adalah tanda dari orang yang lalai dalam memelihara pikiran mereka di dalam Tuhan.

 

Petrus mengingatkan bahwa selama tinggal di dunia ini, kita membutuhkan ajaran para nabi sebagai cahaya penuntun. Apabila cahaya itu padam, maka kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mengembara dalam kegelapan. Seluruh jalan hidup kita harus dibimbing oleh firman Tuhan; karena jika tidak, maka pastilah kita akan tenggelam dalam kegelapan serta ketidaktahuan.

 

Dalam perikop ini Petrus juga mengecam semua kebijaksanaan manusia, dan menasihati kita untuk dapat belajar dengan rendah hati jalan pengetahuan yang benar; karena tanpa firman tidak ada yang tersisa bagi manusia kecuali kegelapan.

 

2 Petrus 1:20  Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,

 

“Yang terutama harus kamu ketahui” atau "yang perlu kamu ketahui terlebih dahulu" atau ginoskontes (γινώσκοντες), mengindikasikan bahwa kita harus mengenali kebenaran ini sebagai sesuatu yang paling penting atau paling utama.

 

Ungkapan itu muncul lagi dalam pasal 2 Petrus 3:3. Kata yang diterjemahkan "ditafsirkan" adalah epiluseos (ἐπιλύσεως) yang tampaknya menuntun kita pada pengertian berikut ini: Tidak ada nubuatan Kitab Suci yang muncul dari interpretasi nabi itu sendiri tentang penglihatan yang disajikan dalam pikirannya; karena dari Allah-lah nubuat itu diberikan, dan manusia berbicara sebagaimana Roh Kudus terlebih dahulu berbicara kepada mereka.

 

Para nabi dengan tekun menyelidiki makna dari wahyu yang diberikan kepada mereka, meskipun demikian mereka tidak selalu memahami wahyu itu sampai sedetil-detilnya, sehingga mereka tidak bisa menafsirkan dari diri mereka sendiri.

 

2 Petrus 1:21  sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

 

“tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia.” Terjemahan yang lebih harafiah adalah bukan dari keinginan manusia sebuah nubuat dilahirkan pada sembarang waktu (not by the will of man was prophecy borne at any time). Penekanannya bukan pada arti penting nubuat, tetapi pada asal usul nubuat, yaitu dari Allah, bukan berasal dari manusia.

 

“tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Petrus menjelaskan bahwa para nabi telah didorong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan kata-kata nubuat atau suara kenabian. Memang tidak ada penjelasan tentang cara yang dipakai Roh Kudus untuk mendorong para nabi, mungkin caranya sendiri memang misteri dan melampaui pengertian manusia, tetapi yang ingin ditekankan adalah bahwa para nabi itu sungguh-sungguh, secara nyata diinspirasikan oleh Roh Kudus.

 

Penutup

 

Allah Bapa sangat berkenan kepada Kristus, sehingga kita pun dapat diperkenan oleh Bapa apabila ada di dalam Dia. Yesuslah Mesias yang dijanjikan itu, melalui Dia-lah semua orang yang percaya akan diterima dan diselamatkan.

 

Kebenaran dan realitas Injil telah dinubuatkan oleh para nabi dan penulis Perjanjian Lama, yang berbicara dan menulis di bawah pengaruh, dan menurut dorongan Roh Allah. Betapa teguhnya keyakinan iman kita, karena didasarkan pada perkataan Ilahi yang teguh dan pasti.

 

Ketika terang Kitab Suci dipantulkan ke dalam pikiran manusia yang buta dan gelap, maka oleh Roh Kudus, perkataan itu akan seperti fajar yang menyingsing, dan menyebar ke dalam seluruh jiwa, sampai menjadi hari yang terang berderang. Karena Kitab Suci adalah wahyu dari pikiran dan kehendak Allah, setiap orang harus menyelidikinya, untuk memahami arti dan maknanya.

 

Baca juga:

Pengantar Surat 2 Petrus. Klik disini

Apakah sasaran akhir dari kehidupan Kristen? Klik disini

Bagaimana resep keberhasilan menurut Alkitab? Klik disini

Seperti apakah iman yang sejati itu? Klik disini

Monday, August 16, 2021

Eksposisi dari Surat 2 Petrus 1:3-15

Panggilan dan pilihan Allah
Mengapa orang Kristen harus bertumbuh?
Apakah beriman saja sudah cukup?
Apa yang akan terjadi pada orang Kristen yang tidak bertumbuh?



Oleh: Izar Tirta





 

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan sebuah eksposisi ayat demi ayat dari sebuah perikop yaitu dari Surat 2 Petrus 1:3-15. Alkitab bahasa Indonesia memberi judul kepada perikop tersebut “Panggilan dan pilihan Allah.” Kita akan melihat kekayaan rohani apa yang dapat digali dari Surat 2 Petrus 1:3-15 ini, agar kita boleh semakin mengenal Kristus dan semakin bertumbuh serupa dengan Dia.


Ayat-ayat Firman Tuhan 2 Petrus 1:3-15

[3] Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. [4] Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. [5] Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, [6] dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, [7] dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. [8] Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. [9] Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. [10] Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. [11] Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. [12] Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. [13] Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. [14] Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. [15] Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.


Pembahasan ayat demi ayat

2 Petrus 1:3  Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.

“Karena kuasa Ilahi-Nya” dalam versi lain diterjemahkan menjadi “Sesuai dengan kekuatan Ilahi-Nya.” Adapun istilah untuk "Ilahi" yang dipakai disini adalah Theios (θεῖος), suatu istilah yang tidak banyak dipakai dalam Perjanjian Baru. Selain pada ayat ini, istilah Theios hanya muncul di dalam dua bagian lain dari Alkitab yaitu 2 Petrus 1:4 dan Kisah 17:29.

“telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” Petrus di sini tidak menggunakan kata kerja yang umum pula untuk istilah "menganugerahkan." Kata yang dipakai adalah doreomai (δωρέομαι) yang dalam Perjanjian Baru hanya muncul dalam Surat ini dan dalam Markus 15:45.

"segala sesuatu yang berguna untuk hidup” Istilah "hidup" yang Petrus maksudkan di sini bukan mengacu pada kehidupan jasmanaiah melainkan tentang kehidupan spiritual; yaitu hidup yang dipersatukan dengan Kristus, sebagaimana yang juga dinyatakan dalam bagian lain dari Alkitab melalui ungkapan “kita ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam kita.”

Istilah Yunani untuk “hidup yang saleh" adalah eusebeia (εὐσέβεια). Istilah tersebut muncul sebanyak empat kali dalam Surat 2 Petrus ini. Lalu muncul pula dalam khotbah Petrus sebagaimana tercata pada Kisah 3:12. Istilah eusebeia sendiri dapat dimengerti sebagai suatu sikap yang hormat terhadap Tuhan.

“Pengenalan akan Dia yang telah memanggil kita oleh kuasa  yang mulia dan ajaib.” Istilah “pengenalan” yang dipakai dalam kalimat ini adalah epignosros (ἐπιγνώσρως). Pengertian yang ada di dalam kalimat ini dapat dibandingkan dengan kalimat yang muncul dalam Yohanes 17:3, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."

Istilah "dengan kuasa yang mulia dan ajaib” dalam bahasa Yunaninya adalah idia dokse kai arete (ἰδίᾳ δόξῃ καὶ  ἀρετή). Kalimat ini mempunyai arti yang hampir sama dengan kalimat yang muncul dalam Galatia 1:15 yaitu Kalesas dia tes arete (καλέσας διὰ τῆς ἀρετή), yang secara harafiah diterjemahkan menjadi “memanggil melalui kebaikan-Nya.” Alkitab Bahasa Indonesia sendiri memakai istilah “memanggil aku oleh kasih karunia-Nya”

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kata arete yang semula berarti “kebaikan” itu oleh bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi kasih karunia dan dapat pula diterjemahkan menjadi ajaib.

Adapun pengertian yang ingin disampaikan oleh Petrus melalui kalimat ini adalah bahwa “Tuhan memanggil dan mengundang kita untuk melayani Dia melalui sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya dan penyataan-Nya yang mulia itu”

Selanjutnya kita dapat memperhatikan pula bahwa kata arete (ἀρετή) yang terdapat pada kalimat tersebut, muncul  pula dalam tulisan Paulus yaitu dalam Filipi 4:8. Sementara pada tulisan Petrus sendiri, istilah tersebut muncul kembali dalam 1 Petrus 2:9 dan 2 Petrus 1:5.


2 Petrus 1:4  Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.” Ada versi lain tentang ayat ini yaitu yang diambil dari Versi Bahasa Inggris yang telah direvisi (Revised Edition), yang jika diterjemahkan akan berbunyi “Di mana Ia telah memberikan kepada kita janji-janji yang berharga dan melebihi janji-janji besar.”

Kata "di mana" dalam bahasa Yunani adalah dion (δἰῶν) yang secara harafiah dapat diterjemahkan menjadi "melalui hal-hal tersebut." Sehingga kalimatnya menjadi “Melalui hal-hal tersebut Ia telah … “ dan seterusnya. Oleh karena itu sekarang pertanyaannya adalah melalui hal-hal yang manakah yang dimaksud oleh Petrus?

Jika dibaca sesuai dengan konteks ayat sebelumnya, maka dapat kita simpulkan ada dua kemungkinan yaitu pertama bahwa perkataan “melalui hal-hal tersebut” merujuk pada kata-kata yang mendahuluinya yaitu "kemuliaan dan kebajikan" atau dalam bahasa Yunani “dia dokse kai arete.” Atau kemungkinan kedua adalah perkataan tersebut mengacu pada "segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kesalehan." Kedua pandangan itu dapat diterima oleh para penafsir Perjanjian Baru.

Jadi Tuhan pertama-tama menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang diperlukan untuk kehidupan dan kesalehan; lalu melalui anugerah tersebut, yaitu yang digunakan dengan sepatutnya oleh orang yang menerima anugerah, Tuhan kemudian menganugerahkan kepada kita hal-hal lain yang lebih berharga lagi. [Baca juga: Apakah janji-janji Tuhan yang begitu berharga kepada diri kita? Klik disini]

Atau dengan kata lain, kita bisa membaca ayat 4 ini demikian: “Melalui kemuliaan dan kebajikan (dia dokse kai arete) Allah, melalui sifat-sifat-Nya yang mulia serta melalui pekerjaan yang penuh kuasa dari sifat-sifat Ilahi tersebut, Allah telah memberikan janji-janji-Nya kepada manusia.

Kata kerja dedoretai (δεδώρηται) harus diterjemahkan menjadi "telah diberikan," seperti dalam ayat sebelumnya. Ada penekanan pada aktivitas yang telah dikerjakan pada masa lampau dan memiliki dampak hingga sekarang ini. Kata Yunani yang dipakai untuk "janji" adalah epaggelma (ἐπάγγελμα) muncul di tempat lain pula yaitu pada  2 Petrus 3:13. Istilah tersebut mengandung arti “hal” yang dijanjikan, bukan “tindakan” menjanjikan.

"Janji-janji yang berharga." Janji-janji Itu disebut berharga, karena merupakan janji yang pasti akan digenapi. Hal itu dapat dibandingkan dengan  Efesus 1:13, 14, "Kepada-Nya juga kamu setelah itu percaya, kamu telah dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan itu, yang merupakan warisan kita yang sesungguhnya." Selain itu, kata "berharga" juga dapat kita kaitkan dengan 1 Petrus 1:7, 19.

“Supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.” Kalimat tersebut dapat kita pahami, “bahwa melalui janji-janji itu yaitu terutama melalui pemenuhan dari janji-janji tersebut kamu dapat mengambil bagian… dan seterusnya.”

Kata kerja yang dipakai dalam kalimat tersebut adalah kata kerja berbentuk aorist, yaitu geneste (γένησθε). Namun hal itu tidak berarti bahwa mengambil bagian di dalam kodrat Ilahi merupakan hal mungkin terjadi, mungkin pula tidak. Dan tidak berarti pula bahwa Petrus menganggap partisipasi itu telah terjadi. Konsep seperti ini dapat kita temukan pula dalam Yohanes 12:36  “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi (ἵνα γένησθε) anak-anak terang."

Kata kerja aorist dalam bagian ini tampaknya menyiratkan bahwa penekanan utamanya bukan terletak pada bagaimana langkah-langkah untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi tersebut. Fokus utamanya terletak pada seperti apakah hasil akhir dari kehidupan Kristen, yaitu bahwa pada akhirnya setiap orang percaya diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Hasil akhir dari anugerah Tuhan adalah tercapainya seluruh rencana dan kehendak Allah dalam diri orang percaya. Dan pencapaian semua itu, bukan tanpa keterlibatan orang Kristen yang bertumbuh secara kerohanian.

Jika pada awalnya kita mendapati Tuhan berkata, "Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar kita, menurut rupa kita." Maka dari Petrus kita belajar bahwa orang percaya itu "sedang diubah menjadi gambar yang sama dengan gambar Ilahi tersebut." Prinsip ajaran ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus (2 Korintus 3:18; 1 Korintus 11:7; Efesus 4:24; Kolose 3:10; Roma 8:29; dan 1 Korintus 15:49)

Orang Kristen, yang lahir dari Allah (Yohanes 1:13; 1 Petrus 1:23), diberi anugerah untuk "mengambil bagian dalam kehidupan Kristus" (Ibrani 3:14), dan "mendapat bagian dari Roh Kudus" (Ibrani 6:4) agar kita dapat "sempurna menjadi satu" dengan diri-Nya yang adalah satu dengan Allah Bapa, melalui kehadiran Roh Kudus Penghibur (Yohanes 17:20-23; Yohanes 14:16, 17, 23). Kata ganti orang kedua digunakan untuk menyiratkan bahwa janji yang dibuat untuk semua orang Kristen (bagi kita) adalah milik mereka para pembaca Surat Petrus.

“dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia” merupakan ungkapkan sisi negatif dari kehidupan Kristen, sebagai kontras dari kalimat sebelumnya yang menggambarkan sisi aktif dan positif. Janji-janji Allah yang berharga yang diwujudkan dalam jiwa memungkinkan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan untuk melepaskan diri dari kerusakan; dua aspek kehidupan Kristen harus berjalan secara bersamaan.

Kata kerja yang digunakan di sini adalah apofeugein (ἀποφεύγειν) muncul dalam Perjanjian Baru hanya dalam Surat ini. Ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus pada Roma 8:21 “karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Atau dalam Kejadian 6:12; 1 Yohanes 2:16.


2 Petrus 1:5  Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,

Karunia dan janji Tuhan yang berharga sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya sudah seharusnya justru mendorong kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh. Anugerah Tuhan bukan dihayati sebagai alasan untuk hidup santai dan lengah, melainkan justru mendorong kita untuk berusaha.

Kasih karunia Tuhan cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak bisa berbuat apa-apa; meski demikian kita pun bertanggung jawab menjalankan bagian kita dengan kesungguhan. Kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.

“Menambahkan kepada imanmu kebajikan,” Kata "kebajikan" sudah muncul pada ayat 3, yaitu memakai istilah Yunani arete  (ἀρετή). Iman yang sejati adalah iman yang menghasilkan buah-buah kebajikan yang nyata, seperti sebatang pohon yang menghasilkan buah pada musimnya.

“Dan kepada kebajikan pengetahuan,” Rasul Petrus memakai istilah gnosis (γνῶσις,) yang dapat berarti kebijaksanaan, atau dapat pula berarti  pengertian yang benar. Pengetahuan  ini diperoleh melalui penyangkalan diri dan melalui penyangkalan diri inilah kita akan semakin mendapatkan pengenalan yang lebih penuh, atau epignosis (ἐπίγνωσις), akan Yesus Kristus.


2 Petrus 1:6  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,

“Dan menambahkan kepada pengetahuan penguasaan diri.” Penguasaan diri yang dimaksud disini mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Dan terdiri dari penguasaan diri terhadap segala nafsu. Hal ini harus kita pelajari sebagai dampak dari pengetahuan yang kita miliki. Ketika kita memiliki pengetahuan, maka kita akan semakin mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat. Dan pada gilirannya, kita akan semakin bertanggungjawab untuk menginginkan yang baik dan menolak yang jahat.

Pengetahuan yang benar sepatutnya menuntun kita kepada pengendalian diri, menuju kebebasan sempurna untuk melayani Tuhan. bukan kebebasan yang dijanjikan oleh guru-guru palsu, yaitu kebejatan.

“Dan menambahkan kepada penguasaan diri ketekunan, dan pada ketekunan kesalehan” Penguasaan diri bukan sesuatu yang dilakukan sekali-sekali saja, melainkan secara berkesinambungan. Penguasaan diri, jika kita serius melakukannya, membutuhkan suatu ketabahan. Dan kita pasti akan gagal jika melakukannya dengan kekuatan sendiri. Untuk menguasai diri kita perlu secara sadar menyerahkan kehendak manusia kita kepada kehendak suci Tuhan. Pada gilirannya sikap ini akan menumbuhkan suatu kesalehan atau sikap hormat kepada Tuhan. [Baca juga: Apa yang dimaksud dengan penguasaan diri. Klik disini]


2 Petrus 1:7  dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Istilah "kasih akan saudara-saudara" dalam bahasa Yunani ada philadelphia (φιλαδελφία). Mengasihi adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan tulisan Yohanes. “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya.” (1 Yoh 5:1).

“kasih akan semua orang” Dan sebagaimana Allah mengasihi setiap orang sehingga "menerbitkan matahari baik bagi orang yang jahat maupun orang yang baik," demikian pula orang Kristen, yaitu orang-orang yang diajar untuk menjadi serupa dengan Allah (Efesus 5:1), harus belajar mulai dari kasih terhadap saudara-saudara itu hingga menuju pada kasih yang lebih besar. Yaitu kasih yang merangkul semua orang dalam lingkaran yang semakin luas (1 Tesalonika 3:12).

Jadi kasih, yaitu yang terbesar di antara semua anugerah dalam kekristenan (ada iman, pengharapan dan kasih, lihat 1 Korintus 13:13), juga menjadi yang paling puncak atau paling klimaks dalam daftar pertumbuhan rohani yang dituliskan Petrus. Dari iman, yaitu sebagai akarnya atau awalnya, kemudian muncul tujuh buah kekudusan yang indah, di mana kasih adalah yang paling indah dan paling manis.  Seorang tokoh gereja Ignatius pernah mengatakan Arche men pistis, telos de agape (Ἀρχὴ μὲν πίστιςτέλος δὲ ἀγάπη), pada mulanya iman, pada tujuan akhirnya kasih. [Baca juga: Apa yang menjadi tujuan paling puncak dari kehidupan Kristen? Klik disini]

Tidak ada anugerah yang terus menerus dalam keadaan statis atau tetap, tidak ada perubahan apa-apa. Setiap anugerah yang kita terima dari Tuhan, secara bertahap akan membentuk sesuatu di dalam jiwa. Setiap anugerah yang Tuhan berikan cenderung akan mengembangkan dan menguatkan anugerah yang lain; hingga pada akhirnya mencapai puncaknya di dalam kasih. Tanpa itu semua, maka siapa pun yang hidup akan tetap dianggap mati di hadapan Tuhan.


2 Petrus 1:8  Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

“Sebab apabila semuanya itu ada padamu,” kata yang digunakan uparchonta (ὑπάρχοντα) dan menyiratkan pengertian: kepemilikan yang sebenarnya, atau benar-benar milikmu sendiri, berarti dapat diobservasi oleh diri kita sendiri pula.

“dengan berlimpah-limpah,” karena semua kualitas rohani yang disebutkan dalam ayat sebelumnya merupakan milik sendiri dan kita berjuang atau berusaha untuk menambahkannya, sehingga ada proses dimana jiwa kita ditempa oleh perjuangan tersebut, maka secara natural atau wajar karakter itu akan bertambah dan berlipat ganda di dalam diri kita. Mengapa? Karena kasih karunia Allah adalah sesuatu kuasa yang sangat dinamis. Suatu kuasa yang tidak tinggal diam, melainkan akan terus mendorong kita untuk maju hingga mencapai apa yang direncanakan Allah.

“kamu akan dibuatnya giat dan berhasil,” artinya semua kualitas yang kita miliki secara berlimpah itu akan membuat kita terbebas dari keadaan mandul atau tidak berbuah. Sebaliknya kita akan memperoleh pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.

Kita pasti akan menjadi giat, tidak bermalas-malasan dalam mencapai pengenalan penuh. Kata Yunani untuk "pengenalan" adalah epignosis (ἐπίγνωσις) Di dunia ini, kita hanya mengenal sebagian, kita melihat seperti melalui kaca dengan gelap atau cermin yang kotor. Tetapi pengenalan yang tidak sempurna itu terus bertumbuh dan bertambah dalam kepenuhannya.

Berbagai anugerah Allah berupa karakter kristiani yang terwujud dalam hati, akan membawa kita menuju pengenalan yang lebih penuh tentang Kristus. Jika semua itu benar-benar milik kita, maka kita tidak mungkin akan bermalas-malasan dalam menghasilkan buah perbuatan baik. Dan kehidupan kebenaran oleh iman tersebut akan membawa orang Kristen terus maju di dalam pengenalan akan Kristus (lihat juga Filipi 3:9, 10; Kolose 1:10).


2 Petrus 1:9  Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

Kata “picik” dalam ayat ini lebih tepat jika diterjemahkan “tidak dapat melihat jauh,” sedangkan kata “menjadi buta” lebih tepat jika diterjemahkan “adalah buta.”

sehingga kalimatnya menjadi “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu ia adalah orang buta, dan tidak dapat melihat jauh.

Kita tidak dapat mencapai pengenalan akan Kristus tanpa anugerah Allah. Orang yang tidak dapat melihat jauh disebut juga rabun dekat. Orang seperti itu hanya dapat melihat hal-hal yang terletak dekat di sekelilingnya - hal-hal duniawi. Ia tidak dapat mengangkat matanya dengan iman dan melihat "negeri yang sangat jauh;" dia tidak bisa "melihat Sang Raja di dalam segala keindahannya" (Yesaya 33:17).

Kata untuk “picik atau short sighted atau pandangan pendek" adalah muopazon (μυωπάζων) hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.

“Karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan,” Jika diterjemahkan secara harfiah dari bahasa aslinya “sedang melupakan pembersihan (cleansing) dari dosa-dosa lamanya.” Agaknya Petrus mengaitkan hal ini dengan pembersihan melalui baptisan. Ananias pernah berkata kepada Saulus, "Bangunlah, dan berilah dirimu dibaptis, dan basuhlah dosamu" (Kisah Para Rasul 22:16). Petrus sendiri pun pernah berkata, dalam khotbah yang pertama, "Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam Nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa."

Jadi orang-orang yang tidak memiliki karakter kristen di dalam hidup mereka, adalah orang yang buta, hanya bisa melihat hal yang duniawi dan melupakan atau mengabaikan anugerah yang besar melalui pembaptisan. Mereka tidak menggunakan pemberian dari Tuhan untuk mencapai anugerah yang lebih tinggi, yaitu hal-hal yang telah dibicarakan oleh Petrus. Satu talenta yang pernah dipercayakan kepada mereka akan diambil kembali dari mereka beserta labanya, tetapi mereka mengubur dan tidak menghasiljan apa-apa, bahkan mereka tidak punya pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus (lihat juga 1 Korintus 6:11; Efesus 5:26; 1 Petrus 3:21)


2 Petrus 1:10  Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh” atau jika diterjemahkan secara harafiah dari Yunani, berbunyi “Oleh karena itu, saudara-saudara bertekunlah.” Dua kata pertama, dio mallon, (διὸ μᾶλλον), yaitu "oleh karena itu," bagi beberapa orang dipahami sebagai merujuk hanya pada klausa terakhir; seolah-olah Petrus berkata, "Daripada mengikuti mereka yang buta, picik dan lupa bahwa mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka sebelumnya, maka berusahalah sungguh-sungguh.."

Tetapi tampaknya lebih baik untuk merujuk (διό) kepada seluruh bagian (ayat 3-9), dan untuk memahami μᾶλλον dalam arti "lebih-lebih/terlebih lagi," (seperti dalam 1 Tesalonika 4:10). Sehingga pengertian kalimat tersebut menjadi: “Karena Tuhan telah menganugerahkan karunia-karunia pada manusia, karena penggunaan karunia-karunia itu mengarah pada pengenalan penuh tentang Kristus, oleh karena itu lebih-lebih rajinlah.”

Panggilan dan pemilihan adalah perbuatan Allah di dalam kedaulatan-Nya (1 Petrus 1:2; 1 Petrus 2:21). Banyak orang yang dibaptis, banyak orang yang menyandang nama Kristus, banyak orang yang dipanggil ke dalam Gereja, tetapi sedikit yang secara  dipilih (ὀλίγοι δὲ ἐκλεκτοί, Matius 20:16). Kita melihat, adanya suatu kedalaman misteri pemerintahan Allah yang berdaulat.

Kita tidak dapat membaca daftar orang-orang yang diberkati, yaitu yang nama-namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba. Kita tidak dapat mengangkat diri kita sendiri ke titik yang cukup tinggi untuk memahami rahasia hubungan Tuhan dengan umat manusia, dan untuk menyelaraskan secara sempurna hubungan antara kemahatahuan dan kemahakuasaan Ilahi dengan kehendak bebas manusia. Tetapi kita dapat merasakan kekuatan dari kehendak bebas itu di dalam diri kita dan kita tahu bahwa Kitab Suci meminta kita untuk mengerjakan keselamatan kita. Kita diingatkan pula oleh Kitab Suci yang sama akan adanya orang-orang yang menerima kasih karunia Allah tetapi menyia-nyiakannya. Contoh paling jelas terdapat pada 2 Korintus 6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. Kita juga membaca bahwa manusia bisa menolak kasih karunia Allah (Galatia 2:21).

Dan kita dapat merasakan betapa pentingnya nasihat Petrus untuk membuat panggilan dan pemilihan kita itu menjadi pasti. Yaitu melalui upaya untuk sungguh-sungguh menghayati panggilan dan pemilihan itu, untuk menerima tanggung jawab sekaligus dan pengharapan yang ada di dalamnya untuk kita pikul dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai manusia yang telah dipanggil ke dalam persekutuan dengan Allah, yang dipilih untuk hidup kekal, kesetiaan kita dalam mengikuti nasihat Petrus merupakan tanda yang meyakinkan dari pemilihan Allah itu. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel pernah menyatakan tanda kepercayaan mereka melalui suatu ikrar ketaatan. Keluaran 24:7  Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan."

Ketaatan kita pada Firman Tuhan menjadi penanda bahwa janji Tuhan itu merupakan hal yang pasti. Kekudusan hidup dari orang-orang percaya adalah bukti pemilihan Allah atas orang percaya, sebab kekudusan hidup itu menyiratkan kehadiran yang nyata dari Roh Kudus yang dijanjikan oleh Kristus.

"Sebab jikalau kamu melakukannya,” yaitu melakukan "hal-hal ini," bentuk jamak menunjukkan bahwa Petrus mengacu pada banyak tindakan" Ada pula versi lain yang melihat kalimat ini lalu memahaminya dengan cara: "Jika kamu membuat panggilan dan pilihanmu menjadi pasti."

“kamu tidak akan pernah tersandung,” berarti sementara orang Kristen "melakukan hal-hal ini," sementara mereka membuat panggilan dan pilihan mereka pasti melalui kekudusan hidup, mereka tidak dapat tersandung; pada saat-saat yang tidak dijaga itulah mereka jatuh ke dalam pencobaan.


2 Petrus 1:11  Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Petrus menyiratkan akan adanya derajat kemuliaan yang sebanding dengan kesetiaan kita dalam menggunakan karunia-karunia Allah. Tujuan terbesar dari pengharapan orang Kristen adalah masuk ke dalam kerajaan abadi Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Ayat ini menyiratkan suatu kemuliaan dan kepenuhan yang akan dialami atau diberikan kepada orang percaya yang sungguh-sungguh berjuang. Ada penafsir PB yang mengatakan bahwa kalimat Petrus ini memberi gambaran dari prosesi untuk menyambut para pemenang.

Istilah “dikaruniakan” merupakan bentuk pasif yang memiliki arti yang sama dengan “ditambahkan.” Jika dalam nasihat Petrus orang percaya diminta untuk “menambahkan,” maka pada bagian ini kepada orang percaya itu akan “ditambahkan” oleh Allah.

“Hak penuh” dalam bahasa aslinya sama artinya dengan “abundantly,” yang dalam hal ini dapat diterjemahkan menjadi sambutan yang hangat seperti orang tua yang menyambut anaknya pulang sambil membawa kemenangan. Bukan sekedar menyambut seorang asing yang tanpa kesan sama sekali.

Jadi di dalam bagian ini Petrus mengajarkan, karena kematian adalah suatu perpindahan atau kepergian dari situasi terbelenggu menuju kepada pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka kita selagi masih hidup ini harus mengalami perubahan yaitu dengan menghasilkan buah. Kita tidak ada kemungkinan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kecuali dalam hidup ini sudah ada kebiasaan memasuki tempat Mahakudus itu melalui darah Kristus.

Hak penuh disini juga dapat dipahami sebagai “richly,” yang mengandung pengertian bahwa tidak akan ada keraguan lagi bahwa orang-orang semacam itu akan disambut di gerbang kemenangan dengan tangan terbuka.

“Ke dalam Kerajaan Kekal,” tentu saja mengacu pada sorga. Sebutan “kekal” disini mengingatkan kita bahwa rencana penebusan ini akan dijamin selamanya dan tidak akan pernah dibatalkan.


2 Petrus 1:12  Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.

Petrus akan mengambil setiap kesempatan untuk mengingatkan para pembacanya tentang kebenaran dan tugas yang telah ia uraikan. Hal itu disebabkan karena iman akan kebenaran-kebenaran itu dan ketaatan akan tugas panggilan Tuhan merupakan satu-satunya jalan menuju kerajaan kekal Kristus.

Petrus tampaknya selalu mengingat tanggung jawab yang diberikan oleh Sang Juruselamat dalam Lukas 22:32: “ tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."


2 Petrus 1:13  Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.

“Kemah tubuh” mengacu pada kesementaraan kita hidup di dunia ini. Mengingatkan kita bahwa dunia ini, bukan tempat tinggal permanen. Kata itu mengingatkan kita pada 2 Korintus 5:1-4, di mana Paulus menggunakan metafora yang sama; dan juga kata-kata Petrus pada Transfigurasi, "Mari kita membuat tiga kemah." Petrus ingin membangkitkan suatu rasa tanggung jawab serius dalam diri pembacanya.


2 Petrus 1:14  Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Petrus mungkin memaksudkan bahwa kematiannya sudah dekat, atau bahwa, ketika kematian itu datang, maka sifatnya akan tiba-tiba dan bahkan berlangsung dengan kejam, bukan jenis kematian yang disebabkan oleh penyakit yang berkepanjangan atau karena usia tua. Petrus pasti sedang memikirkan nubuatan Tuhan kita, yang pernah dicatat oleh Yohanes (Yohanes 21:18); Petrus tidak akan pernah bisa melupakan pembicaraan di tepi danau yang menyentuh itu; setidaknya ia sudah menyebutkannya satu kali dalam 1 Petrus 5:2.


2 Petrus 1:15  Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

Petrus tidak hanya ingin menggugah pikiran para pembacanya selagi ia masih hidup, tetapi ia akan memberikan dorongan pula agar mereka tetap mengingat nasihatnya, khotbahnya bahkan setelah kematiannya sekalipun. Kata-kata ini mungkin tidak hanya merujuk pada Surat ini saja; melainkan tampaknya cukup wajar jika kita menduga bahwa ada niat atau komitmen untuk menulis sesuatu yang kelak kita kenal sebagai Injil. Jika memang demikian, maka kita mendapatkan semacam penegasan bahwa Injil Kedua yang ditulis oleh Markus itu, sebetulnya juga merupakan perkataan Petrus yang didiktekan kepada muridnya yang masih muda itu.


Penutup

Pertumbuhan rohani bukan saja merupakan sesuatu yang perlu terjadi di dalam kehidupan orang percaya, melainkan justru merupakan tanda yang harus ada di dalam diri orang percaya. Sebagai orang Kristen kita harus serius dalam memikirkan hal ini dan bahkan harus serius dalam mengupayakan pertumbuhan itu, sekalipun kita tahu bahwa hanya Tuhan yang dapat memberi pertumbuhan. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua untuk bertumbuh. Amin.


Catatan:

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh dari Surat 2 Petrus, mari membaca Pengantar Surat 2 Petrus disini.

 

Monday, August 9, 2021

Ketika langit bercerita

Sebuah renungan dari Mazmur 19:2
Apa yang dapat kita pelajari tentang Allah melalui ciptaan-Nya yang agung?
Adakah bukti-bukti keberadaan Sang Pencipta di dalam alam semesta ini?

Adakah manusia bisa berdalih dari kehadiran Sang Maha Pencipta?
Apa yang dimaksud dengan Wahyu Umum?


Oleh: Izar Tirta
 

Ketika langit menceritakan kemuliaan Allah

“Many nights I pray.. with no proof anyone could hear" [1] begitulah penggalan lagu “When you believe” yang dinyanyikan Mariah Carey & Whitney Houston. Lagu ini, yang menjadi theme song sebuah film kartun religius versi Hollywood berjudul Moses (Musa), seolah menyuarakan kerinduan manusia akan keberadaan Allah yang tidak terlihat. Keberadaan Allah bagaimana pun juga memang adalah sebuah paradoks [2] besar jika dilihat dari sudut pandang kita sebagai manusia. Di satu sisi, keberadaan-Nya seolah tersembunyi sehingga pancaindera kita tidak mampu mencapai-Nya. Tetapi di sisi lain, keberadaan-Nya begitu nyata di dalam karya-karya-Nya yang agung sehingga suatu saat nanti tidak seorang pun dapat berdalih bahwa dirinya belum pernah merasakan hadirat Allah selama hidup di dunia (Roma 1:20).

Sebagai makhluk fana yang penuh dengan keterbatasan, segala sumber pengetahuan yang terdapat dalam diri kita sendiri tidaklah cukup untuk menggapai keberadaan Allah. Karena Allah adalah Pribadi kekal yang melampaui segala keterbatasan. Sehingga jika manusia ingin mengenal Allah maka mutlak dibutuhkan sumber pengetahuan lain, yaitu wahyu/pe-nyata-an Allah sendiri kepada manusia. [Baca juga: Mengenal Allah itu lebih penting dari kekayaan. Klik disini.]


Wahyu umum

Ada dua jenis wahyu Allah yang dapat kita kenal yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Namun fokus kita pada tulisan ini adalah hanya pada wahyu umum.

Biasanya wahyu umum dimengerti sebagai pe-nyata-an Allah kepada manusia melalui alam semesta. Atau lebih lengkapnya adalah pe-nyata-an Allah tentang diri-Nya kepada semua manusia di segala tempat pada segala jaman melalui alam semesta, sejarah dan keberadaan batiniah (inner-being) setiap pribadi manusia. Adapun ke-umum-an wahyu semacam ini adalah ditinjau dari; pertama, ketersediaannya berita yang bersifat universal, artinya dapat diakses oleh semua orang secara umum di segala tempat dan segala waktu. Kedua, isi dari pesan atau pe-nyata-an itu sendiri yang merupakan keberadaan Allah secara umum. (Sebagai perbandingan, dalam wahyu khusus kita mengenal Allah secara lebih detil dan spesifik, kita mengetahui kata-kata-Nya, nama-Nya, karya-Nya, rencana-Nya dll.)

Meskipun bersifat umum, bukan berarti wahyu ini dapat disepelekan atau dikesampingkan sebab Mazmur 19:2 berkata: Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. Itu berarti, baik kemuliaan Allah maupun pekerjaan tangan-Nya sangat nyata tergambar di langit dan cakrawala.


Memangnya ada apa sih di langit kita?

Allah memang telah menyatakan diri-Nya melalui alam semesta. Namun tidak sedikit orang yang menolak kebenaran ini. Padahal jika manusia mau membuka hatinya sedikit saja untuk melihat apa yang terdapat di dalam alam semesta, maka ada begitu banyak bukti yang bertebaran di seantero jagad raya tentang adanya Allah. Kata “langit” di dalam Mazmur ini adalah ungkapan tentang alam semesta, tidak harus semata-mata ditafsirkan sebagai langit, tetapi termasuk di dalamnya adalah langit, bumi serta segala yang ada di dalamnya. Apa yang dapat diceritakan oleh ciptaan yang bisu tersebut? Berikut ini beberapa fakta untuk direnungkan.

Bumi mempunyai masa 66 x 1020 ton dengan keliling pada daerah khatulistiwa sebesar 40.000 km. Jika jarak sebesar itu harus ditempuh dalam 24 jam, maka itu berarti kita berputar di dalam rotasi bumi dengan kecepatan sekitar 28 km/menit. P.C.W.Davies, seorang ahli fisika Inggris menyimpulkan bahwa jika kekuatan daya tarik bumi diganti oleh hanya satu persepuluh pangkat 100 saja, maka kehidupan tidak akan pernah berkembang di bumi kita ini. Sebab dengan kecepatan tinggi seperti itu tubuh kita akan terlempar ke luar angkasa jika gravitasi berkurang. Atau sebaliknya jika gravitasi bumi berlebih maka kita akan sulit bergerak. Kita berada pada titik keseimbangan yang akurat antara gaya gravitasi di atas bumi ini dan gaya sentrifugal karena efek perputaran tersebut.

Jarak rata-rata bumi dengan matahari adalah 149,5 juta km (jarak terjauh 152 juta km, jarak terdekat 147 juta km), jika bumi beredar lebih dekat dari seharusnya maka kita tidak akan dapat bertahan terhadap panas matahari yang luarbiasa, atau jika bumi nyasar lebih jauh dari jarak yang ditentukannya maka kita akan membeku. Kini ribuan tahun berlalu sudah, namun syukurlah kita masih selalu berada pada jarak yang aman dari matahari.

Bumi adalah satu-satunya planet di dalam sistim tata surya kita yang memiliki kemiringan 23o pada porosnya. Tanpa adanya kemiringan semacam ini maka kedua kutub di bumi akan mengalami suhu dingin amat dahsyat sementara bagian khatulistiwa mengalami suhu panas yang luar biasa. Perbedaan suhu yang ekstrim tanpa adanya pergantian atau sirkulasi yang teratur, akan menghasilkan cuaca yang sangat ekstrim dan mengancam kehidupan di bumi. Selain itu, kutub utara dan kutub selatan bumi yang ada sekarang ini amat menentukan gerak arus lautan di seluruh dunia yang kemudian berpengaruh sangat besar pada cuaca. Tanpa kedua kutub bumi seperti kondisi sekarang ini, atau jika kedua kutub tersebut dirusak keseimbangannya, maka kehancuran bumi pasti terjadi. [3]

Bulan, bukanlah benda langit yang secara kebetulan ada di tempatnya sekarang ini. Keberadaan bulan berperan dalam membersihkan samudera raya melalui sirkulasi pasang surut & pasang naik air laut. Pasang surut dan pasang naik berperan dalam menimbulkan gelombang yang bolak-balik ke darat lalu ke laut dan seterusnya. Akitivitas rutin yang seolah tanpa arti ini ternyata berperan besar dalam penyediaan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup di dalam laut seperti ganggang laut, terumbu karang, plankton dan ikan-ikan yang semuanya berperan penting bagi mata rantai ekosistem bumi.

Sebagian besar bumi kita terdiri dari air, sebuah materi yang bersifat sungguh unik. Pada suhu 4oC, air mencapai berat jenis maksimal. Jika didinginkan maka molekul air membentuk rongga sehingga volume air menjadi besar. Akibatnya, dalam kondisi beku air yang menjadi es itu memiliki berat jenis [4] yang lebih kecil dari pada air dalam bentuk cair. Para ilmuwan menamakan gejala tersebut sebagai anomali air. Apakah ini hanya kebetulan belaka? Tidak. Jika air tidak memiliki sifat yang unik seperti itu, maka bagian air yang membeku akan tetap tinggal di dasar laut, membunuh semua ikan dan gangang laut yang berguna bagi ekosistem dan penghasil oksigen. Tetapi justru karena air bersifat anomali, maka ketika ia membeku menjadi es ia mengapung ke permukaan sehingga selamatlah segala yang ada di bawah air.

Bumi kita juga dilapisi oleh atmosfer yang tanpanya kita akan mati kehabisan oksigen dan tertimpa jutaan ton batuan angkasa yang jatuh ke bumi. Selain itu ada pula lapisan tipis dalam atmosfer pada ketinggian + 25 km dari bumi yang disebut lapisan ozon. Lapisan ini, walaupun tipis, amat berperan dalam melindungi kita dari radiasi sinar matahari yang dapat membunuh kita. Tanpa lapisan ozon dan atmosfer, kita semua sudah terbakar musnah. Sementara itu, di bawah kaki kita terdapat kerak bumi yang tampaknya kuat dan keras. Namun kerak bumi hanyalah merupakan kulit yang rapuh dibandingkan dengan energi yang bergetar dan bergoncang di dalam perut bumi yang lebih dalam. Kita dapat melihat sebagian kecil dari energi dasyat itu ketika terjadi letusan gunung berapi. Dari dua fakta ini saja kita lihat betapa rapuhnya kehidupan kita di bumi ini, di atas kepala kita bahaya menghanguskan sekaligus membekukan dari ruang angkasa yang bisu terus mengintai. Hanya atmosfir yang relatif tipis yang melindungi kita. Sementara di bawah kaki kita bahaya lain yang juga mampu menghanguskan kehidupan dalam sekejap terus pula mengintai, hanya dibatasi oleh lapisan rapuh kerak bumi. Jadi jika manusia yang hidup di antara kedua bahaya ekstrim tersebut masih merasa sombong dan menyangkal keberadaan Allah yang telah begitu murah hati menjagai serta melindungi kita, bukankah hal itu dapat disebut sebagai kekejian? Orang tidak harus jadi perampok untuk dapat disebut keji. Cukup dengan menyangkal keberadaan dan kuasa Allah, kita dapat melihat betapa tidak tahu terima kasihnya manusia itu.

Ada begitu banyak rancangan yang terdapat di bumi kita ini. Bagaimana mungkin semua itu hanya kebetulan belaka? Kita baru membahas sebagian kecil sekali dari bukti rancangan yang terdapat di alam semesta. Kita belum bicara tentang keanekaragaman makhluk hidup, atau tentang hebatnya tubuh kita diciptakan, atau tentang inner-being kita sebagai manusia. Bagaimana mungkin semua ini hanya kebetulan?? Orang-orang yang tidak percaya bahwa Allah ada, bukanlah orang-orang yang kekurangan bukti, melainkan orang yang secara sadar memilih untuk tidak percaya. Karena jika hanya bukti yang dibutuhkan oleh manusia, maka sebenarnya bukti itu sudah bertebaran dalam jumlah yang luarbiasa. Halaman tulisan ini terlalu kecil untuk menuliskan bukti-bukti yang ada di sekitar kita tentang keberadaan Allah. [Baca juga: Apakah ciri-ciri dari iman yang sejati? Klik disini]

William Lane Craig, Ph.D, seorang Doktor Teologia yang menjabat sebagai Research Professor of Philosophy di Talbot School of Theology, menjelaskan suatu cara berpikir sederhana tentang keberadaan Allah yang ditinjau dari keberadaan alam semesta. Ia mengatakan: “Baik secara filosofi maupun secara ilmiah, aku akan berargumentasi bahwa alam semesta dan waktu itu sendiri memiliki suatu titik permulaan pada masa lalu yang tak terbatas itu. Akan tetapi, karena tidak mungkin sesuatu muncul begitu saja dari kenihilan, harus ada suatu penyebab yang sangat penting di luar ruang dan waktu, yang membuat alam semesta itu terwujud.”

Orang yang berusaha menyangkal keberadaan Allah biasanya berargumentasi bahwa alam semesta ini terwujud melalui suatu ledakan besar (Big Bang Theory). Namun sesungguhnya ada kelemahan besar dalam teori ini. Jika alam semesta ini terbentuk karena adanya ledakan besar di masa lalu, maka pertanyaannya: apa yang menyebabkan ledakan besar itu terjadi? Umpamanya suatu kali terjadi ledakan kecil saja di suatu tempat, lalu anda bertanya: “Tadi ada ledakan? Apa sebabnya?” Dan orang lain menjawab: “O ya, tadi memang ada ledakan, tetapi tidak ada sebab apa-apa kok, yah pokoknya tiba-tiba meledak aja.” Tentu anda berpendapat bahwa jawaban ini amat tidak lengkap bahkan terkesan bodoh. Jika kita setuju bahwa harus ada suatu penyebab dari sebuah ledakan kecil, maka bukankah hal itu berlaku pula bagi ledakan besar?

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Teori Ledakan Besar pasti salah [5]. Yang saya maksudkan adalah bahwa sekalipun seandainya alam semesta ini terjadi karena adanya ledakan besar, kita tidak dapat menghilangkan unsur rancangan dan penyebab di balik ledakan tersebut. Dan siapa lagikah yang memiliki kemampuan merancang hal yang demikian selain Allah? Para cendekiawan yang mempelajari Teori Ledakan Besar justru merasa heran ketika menemukan bahwa Big Bang bukanlah suatu peristiwa yang kacau balau, melainkan sebuah peristiwa yang sangat teratur dan membutuhkan keakuratan yang sangat tinggi. Stephen Hawking, ilmuwan lumpuh yang terkenal jenius dan setuju pada Teori Ledakan Besar, bahkan mengatakan: “Kalau tingkat ekspansi alam semesta sedetik sesudah Big Bang ternyata lebih kecil daripada satu perseratus juta maka alam semesta ini akan musnah menjadi bola api.” Mungkin kalimat ini bagi kita kaum awam agak menyulitkan, tetapi saya kira maksud Hawking adalah bahwa: Ledakan besar begitu rapuh, jika tidak akurat sedikit saja dari apa yang seharusnya terjadi, maka alam semesta pasti sudah hancur, bahkan sebelum terbentuk.


Akhir kata

Langit bercerita, cakrawala memberitakan, dengan alasan apa lagi manusia dapat berdalih? Allah sudah menyatakan keberadaan diri-Nya melalui ciptaan ini begitu rupa sehingga tidak ada satu tempat di dunia yang tidak bisa dijangkau-Nya Dan manusia di dalam dirinya sendiri pun sebenarnya tahu bahwa Allah ada, tetapi dengan paksa mereka menekan kebenaran itu di dalam diri mereka dan menggantikan keyakinan mereka dengan kepalsuan. Betapa tragisnya. Padahal Allah kita bukanlah Allah kecil yang hanya berkuasa di gereja pada hari Minggu, melainkan adalah Penguasa seluruh alam semesta. Dan hal ini bukanlah sekedar angan-angan saleh belaka, melainkan fakta ilmiah yang seharusnya diakui dunia.

Allah kita adalah Allah yang berkomunikasi. Ia tidak bisu. Ia berbicara melalui alam semesta. Dan tidak sampai di situ saja, Ia pun berbicara melalui manusia. Bahkan Ia pun akhirnya berbicara sebagai Manusia. Kiranya melalui semuanya ini iman dan cinta kita kepada Dia, yang dapat berbuat jauh lebih banyak dari yang dapat kita doakan dan pikirkan, semakin bertumbuh. Tuhan memberkati.


Catatan:
[1] Terjemahan: “Malam demi malam kuberdoa, tanpa suatu bukti bahwa ada yang dapat mendengar.”

[2] Paradoks adalah dua atau lebih pernyataan yang seolah-olah saling bertentangan namun sesungguhnya merupakan kebenaran.

[3] Sebuah film fiksi ilmiah berjudul “The Day After Tomorrow” memakai ide ini untuk tema film tersebut.

[4] Berat jenis adalah berat dibagi volume. Jika berat air tetap sementara volume selama air menjadi es bertambah. Maka otomatis berat jenis es lebih kecil daripada air. Itu sebabnya es mengapung di atas air.

[5] Walau juga bukan berarti bahwa teori tersebut pasti benar. Kritik tajam yang layak dialamatkan pada penganut teori ledakan besar adalah bukan karena peristiwa itu tidak mungkin terjadi, melainkan karena mereka berpendapat bahwa dengan adanya ledakan besar, maka pemikiran tentang Allah tidak diperlukan lagi atau harus dikeluarkan dari proses terciptanya alam semesta.

Baca juga:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Klik disini
Apakah kita sudah semakin dekat dengan akhir zaman? Klik disini
Mengapa di dunia ini begitu banyak bencana alam? Klik disini
Apakah arti dari kebebasan? Klik disini