Friday, October 29, 2021

Eksposisi Surat 2 Petrus 2:1-11: kesombongan nabi palsu dan guru palsu

Eksposisi Surat 2 Petrus 2:1-22 tentang nabi-nabi dan guru-guru palsu (bagian pertama)
Siapakah yang dimaksud dengan nabi palsu?
Dan siapakah pula yang dimaksud dengan guru palsu?
Apakah ciri-ciri dari para nabi dan guru palsu tersebut?
Mengapa nabi dan guru palsu itu berbahaya sekali?


Oleh: izar Tirta

 


Tulisan ini merupakan bagian pertama dari sebuah Eksposisi terhadap Surat 2 Petrus 2:1-22 yang di dalam Alkitab LAI diberi judul perikop nabi-nabi dan guru-guru palsu. Karena perikop itu sendiri cukup panjang, maka saya membaginya ke dalam dua bagian, yaitu bagian pertama yang terdiri dari 2 Petrus 2 ayat 1 sampai  ayat 11. Dan bagian kedua yang terdiri dari 2 Petrus 2 ayat 12 sampai ayat 22.

Melalui tulisan ini kita dapat belajar dari rasul Petrus tentang betapa berbahayanya kehadiran nabi dan guru palsu di tengah-tengah jemaat. Dengan membaca ini kita diharapkan dapat lebih bijaksana, waspada dan menghindarkan diri dari pengaruh nabi dan guru palsu itu, dan bahkan menghindarkan diri dari menjadi nabi dan guru palsu bagi orang lain tanpa kita sadari.


2 Petrus 2:1  Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.

Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu

Bukan hanya jaman Petrus saja nabi-nabi palsu itu bermunculan, tetapi pada jaman sebelum Petrus pun sudah ada nabi-nabi palsu. Dan kita bisa pastikan bahwa di setiap jaman pun akan ada nabi-nabi palsu. Termasuk pada jaman kita sekarang ini.

BEBERAPA AYAT TENTANG NABI PALSU di dalam Akitab adalah:

  • 1 Raja-raja 22:12, nabi-nabi yang mengatakan bahwa raja akan beruntung, dan bahwa Tuhan akan membawa kemenangan bagi raja.
  • Yesaya 9:15, nabi pengajar dusta akan dikerat oleh Tuhan
  • Yesaya 28:7, nabi palsu disamakan dengan orang yang pening karena anggur dan pusing karena arak.
  • Yeremia 14:14  Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
  • Yeremia 27:10  Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu dengan maksud menjauhkan kamu dari atas tanahmu, sehingga kamu Kucerai-beraikan dan menjadi binasa.
  • Yehezkiel 13:3  Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan.
  • Zakharia 13:4  Pada waktu itu para nabi masing-masing akan mendapat malu oleh karena penglihatannya sebagai nabi, dan tidak ada lagi dari mereka yang mengenakan jubah berbulu untuk berbohong;

Melihat betapa maraknya kehadiran nabi palsu di setiap jaman, sangat tidak bijaksana apabila kita tidak waspada pada kehadiran mereka di jaman kita sekarang. Itu sebabnya nasihat Petrus ini akan senantiasa relevan bagi kita hingga kapan pun. Banyak orang yang ingin menjadi nabi. Yaitu orang menyampaikan suara yang seharusnya berasal dari Tuhan,  tetapi ternyata bukan demikian.

Yang menjadikan hal ini berbahaya adalah, bahwa nabi palsu pun ternyata punya pengikut. Artinya, berita mereka dinilai cukup menarik untuk didengarkan, bahkan untuk diikuti. Ada sesuatu yang mereka tawarkan yang sesuai dengan keinginan para pendengarnya. Dan dengan cara tertentu, dan dalam arti tertentu, para pendengar pun merasa bahwa apa yang mereka sampaikan adalah perkataan Tuhan. Betapa berbahayanya manipulasi semacam ini.

Jika iblis datang dengan segala ancamannya, atau dengan segala kengeriannya serta segala keganasannya, maka mungkin banyak orang akan menjadi takut. Karena sebagai orang berdosa, orang pun tidak mau diancam, tidak suka dengan hal yang mengerikan dan ganas. Tetapi jika berbicara tentang hal-hal yang enak didengar seperti kemenangan, kesuksesan, kekayaan, keberuntungan, maka sulit bagi manusia untuk menolaknya. Sebab semua itu memang terlihat berguna untuk mengisi kekosongan jiwa manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.

Tampil di tengah-tengah umat Allah:

Nabi palsu itu tidak jauh dari kita. Mereka ada di sekitar orang percaya. Sehingga berpotensi besar untuk mempengaruhi kita. Itu sebabnya Rasul Petrus sangat bersungguh-sungguh dalam memperingatkan jemaat.

Sebab tanpa upaya yang sungguh-sungguh dari jemaat untuk berelasi dengan Tuhan melalui Firman-Nya. Maka jemaat berpotensi besar untuk terjerat ke dalam ajaran para nabi palsu tersebut. Dan hal tersebut dapat terlihat pula dalam kejadian sehari-hari.

Orang Kristen lebih suka dengan orang-orang yang mengkhotbahkan humanisme, moralitas, pluralisme, kesuksesan, keberuntungan, pencapaian manusia. Tetapi kepada orang-orang yang sungguh-sungguh berkhotbah dari Alkitab tentang salib, tentang dosa, tentang jalan keselamatan satu-satunya, tentang doktrin dasar Alkitab, tentang penggalian dan perenungan Firman yang dalam, tidak banyak orang Kristen yang menyukainya.

Demikian pula di antara kamu tampil guru-guru palsu:

Ada kesan bahwa Petrus membedakan antara nabi dan guru. Sangat mungkin nabi adalah orang yang menerima wahyu khusus dari Allah lalu secara langsung menyampaikannya kepada umat Allah. Dan hal itu mengacu pada jaman dimana proses penulisan Alkitab Perjanjian Lama sedang berlangsung.

Sedangkan guru adalah orang yang fungsinya mengajar jemaat berdasarkan segala sesuatu yang sudah tertulis dalam Kitab Suci. Sebagaimana di jaman dahulu, orang bisa menyampaikan pesan yang salah dari Allah. Demikian pula sekarang (di jaman Petrus) orang bisa mengajarkan hal yang salah kepada jemaat, sekalipun mereka menggunakan Kitab Suci yang sama.

Dalam ayat-ayat sebelumnya, Rasul Petrus sudah mengingatkan jemaat bahwa Kitab Suci memang tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak manusia sendiri. Manusia harus sungguh-sungguh belajar, sungguh-sungguh menjadi murid. Manusia harus sungguh-sungguh bergantung pada Roh Kudus. Agar mereka tidak keliru dalam mengajar sehingga akhirnya menjadi guru palsu.

Menurut Paulus, guru-guru palsu ini pasti akan muncul. Jemaat jangan tidak tahu bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. Itu sebabnya, sebagaimana kita baca di Pasal 1, Rasul Petrus begitu berusaha untuk mendorong jemaat agar berpaut kepada Firman.

Mereka akan memasukkan:

Entah karena sengaja, atau karena tidak sengaja. Ada yang punya keyakinan tertentu, lalu dengan sungguh-sungguh dan tulus mengajar orang lain. Padahal ternyata ajarannya salah, karena dia sendiri kurang berusaha menambahkan kepada imannya itu pengetahuan. Meskipun mereka tidak bermaksud jahat, tetapi mereka tetap saja bisa menyesatkan orang lain.

Atau, ada juga yang memang sengaja ingin menarik orang dari iman yang benar. Motivasi mereka bisa saja karena kebencian, atau kekecewaan terhadap iman Kristen.

Pengajaran sesat yang membinasakan:

Menurut Alkitab ternyata bukan hanya virus, bukan hanya kecelakaan, atau bencana alam, atau binatang buas, atau pembunuh berantai yang dapat membinasakan kita. Tetapi ajaran sesat pun dapat membinasakan seorang manusia.

Sebagai orang Kristen, janganlah sekali-sekali kita menganggap bahwa pengajaran Alkitab itu sebagai sesuatu yang remeh, tidak penting, bahkan dinilai sangat negatif. Menurut Rasul Petrus, orang Kristen perlu menambahkan pengetahuan kepada kebajikan dan menambahkan kebajikan kepada iman. Dan hal tersebut diulang sekali lagi di dalam bagian ini, bahwa pengajaran yang keliru itu berpotensi membawa seorang manusia terjerumus ke dalam kebinasaan.

Bahkan mereka menyangkal Penguasa yang menebus mereka:

Kata “Bahkan” memberi indikasi adanya suatu peningkatan di dalam sebuah pernyataan. Jika sebelumnya diberitakan bahwa guru palsu akan membawa ajaran yang sesat. Maka disini Rasul Petrus mengatakan bahwa guru palsu akan terang-terangan mengajak orang untuk menyangkal Yesus Kristus.

Hal ini dapat menjadi peringatan bagi kita, yaitu ketika kita mulai mengabaikan ajaran Alkitab yang sehat. Jangan kaget bahwa pada akhirnya kita akan masuk ke dalam penyangkalan-penyangkalan yang lebih buruk daripada sebelumnya.

Penguasa yang menebus mereka:

Rasul Petrus memakai istilah “Penguasa,” sehingga penyangkalan manusia terhadap Yesus Kristus menjadi sebuah masalah yang sangat serius. Mereka bukan berhadapan dengan orang awam. Juga bukan gereja yang sedang mereka sangkali. Bahkan bukan pula rasul-rasul yang mereka sangkal.

Tetapi yang mereka sangkali adalah Penguasa di atas segala penguasa. Dan Penguasa yang dimaksudkan di sini juga bukan penguasa yang tidak pernah berkorban apa-apa bagi manusia. Melainkan Penguasa yang telah berkorban bagi kebaikan umat manusia. Termasuk manusia yang telah menyangkali-Nya itu.

Dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan bagi diri mereka:

Petrus mengingatkan konsekuensi menakutkan yang sedang menantikan orang-orang yang menyangkal Yesus Kristus. Ada kesan ke-segera-an di dalam kebinasaan yang datang merenggut jiwa mereka. Meskipun Petrus sendiri mengalami apa artinya diampuni oleh Kristus, dan betapa indahnya ketika diberi kesempatan kedua, tetapi Petrus tidak ingin jemaat bermain-main dengan hal ini. Petrus lebih ingin agar jemaat berhati-hati pada konsekuensi serius itu, ketimbang terlena oleh sikap santai, tidak waspada, terlalu menggampangkan masalah dan lain sebagainya.


2 Petrus 2:2  Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.

Banyak orang:

Ini merupakan suatu kenyataan yang menyedihkan. Pekerjaan guru-guru palsu ternyata tidak sia-sia. Pekerjaan guru-guru palsu meskipun terkesan mengerikan dan sungguh merupakan kejahatan yang serius, ternyata mempunyai daya tarik yang besar. Bukan kepada sekelompok kecil manusia. Tetapi kepada sejumlah besar orang.

Akan mengikuti cara hidup mereka:

Cara hidup seseorang mempunyai kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun cara hidup yang ditampilkan adalah cara hidup yang salah, dan bahkan jahat di mata Tuhan. Tetapi karena banyak orang yang mengikuti, maka sangat berpotensi untuk membawa semakin banyak lagi orang untuk mengikuti. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasul Petrus.

Yang dikuasai hawa nafsu:

Banyak orang mau mengikuti guru-guru palsu karena mereka sendiri dari telah dikuasai oleh hawa nafsu. Yaitu hawa nafsu untuk memberontak kepada Tuhan. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa ada orang yang mau mengikuti guru palsu? Di sini Petrus menjelaskan, bahwa memang orang-orang itu sendiri di dalam hatinya sudah dikuasai oleh hawa nafsu.

Dan karena mereka jalan kebenaran akan dihujat:

Tindakan guru-guru palsu dan para pengikut yang banyak itu akan membawa kerusakan yang besar. Bukan hanya guru-gurunya. Tetapi juga para pengikutnya akan sama-sama bertanggungjawab. Bahkan berdampak buruk pula kepada Jalan Kebenaran. Orang yang pada awalnya bersimpati dan tertarik pada jalan kebenaran Pada akhirnya bisa turut menghujat dan sama sekali tidak tertarik pada jalan kebenaran.


2 Petrus 2:3  Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Dan karena serakahnya guru palsu itu:

Serakah disini mengacu pada keinginan untuk mendapatkan uang. Bahkan uang yang tidak seharusnya mereka miliki.

Akan berusaha (mencari untung dari kamu):

Perhatikan bahwa ini adalah kontras dari anjuran Petrus kepada jemaat. Dimana jemaat diminta untuk berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan sesuatu terhadap iman  mereka. Sebab apabila mereka tidak sungguh-sungguh berusaha, maka mereka sudah pasti kalah dengan para guru palsu, sebab guru palsu itu justru berusaha. Sangat ironis apabila para guru palsu bisa berusaha untuk sesuatu yang jahat, mengapa orang Kristen tidak berusaha untuk sesuatu yang baik?

Mencari untung dari kamu:

Para guru palsu tidak memikirkan apa manfaat pelayanan mereka bagi orang lain. Mereka tidak memikirkan “keuntungan” orang lain. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana bisa menarik keuntungan dari orang lain.

Dengan cerita-cerita isapan jempol mereka:

Cerita apapun tentang Allah yang bukan berasal dari tulisan para nabi dan rasul pasti merupakan cerita isapan jempol. Kebenaran Ilahi hanya dapat kita temukan melalui Alkitab. Jika kita berusaha mengenal Allah melalui sumber-sumber di luar Alkitab, maka kita dapat berisiko mengenal Allah yang salah.

Untuk perbuatan itu:

Ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru palsu, yaitu:
-          Pengajaran sesat.
-          Penyangkalan terhadap Penguasa yang telah menebus.
-          Membawa serta banyak orang mengikuti cara hidup mereka.
-          Memiliki cara hidup yang dikuasai hawa nafsu.
-          Membuat Jalan Kebenaran dihujat.
-          Serakah yaitu mencari untung dari pengajaran berita palsu.

Hukuman telah lama tersedia:

Tuhan bukan tidak melihat. Tuhan bukan diam saja. Tetapi sudah menyediakan hukuman. Bahkan sejak lama sudah menyiapkan hukuman tersebut.

Dan kebinasaan tidak akan tertunda:

Kebinasaan adalah lawan kata dari kehidupan. Semenjak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah sudah merencanakan jalan untuk menyelamatkan manusia. Dan rencana-Nya itu bukan sekedar rencana, yang tidak ada realisasinya.

Sebaliknya, rencana Allah itu sungguh diwujudkan dalam Pribadi Yesus Kristus. Harga yang harus dibayar oleh Yesus Kristus untuk menebus manusia bukanlah harga yang murah, melainkan dengan harga tebusan yang sangat mahal, yaitu Nyawa-Nya sendiri.

Dari sisi Allah, sudah sedemikian besar, sudah sedemikian serius upaya untuk memberi kehidupan kepada manusia sebagai ganti dari kebinasaan. Sungguh amat disayangkan bahwa tidak semua orang ternyata bisa menghargai karya keselamatan itu. Ada orang-orang yang menolak. Ada orang-orang yang menentang. Bahkan ada orang yang dengan gigih mengajarkan penyangkalan terhadap Kristus yang menebus itu. Tidak heran jika kebinasaan tidak akan tertunda lagi.


2 Petrus 2:4  Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;

Sebab Jikalau:

Istilah ini muncul di ayat 4, lalu muncul lagi di ayat 5 “dan jikalau”, lalu muncul pula di ayat 6 “dan jikalau.” Istilah-istilah tersebut menjadi suatu gaya penyampaikan komparasi sebab akibat. Sebab jika A, maka akan B. Sebab musababnya dijelaskan dalam ayat 4 ini, sedangkan akibatnya akan dijelaskan dalam ayat 9.

Allah tidak menyayangkan malaikat yang berbuat dosa:

Sebab jika malaikat saja yang lebih mulia daripada manusia, tidak disayangkan, artinya Allah tidak ragu-ragu untuk membuang karena mereka berdosa. Maka apalagi manusia, yang tidak lebih mulia daripada malaikat. Jika malaikat saja dihukum oleh Allah sebagai akibat dari dosa, maka betapa lebihnya lagi manusia. Akan halnya guru-guru palsu ini, bagaimana mungkin mereka tidak akan dibinasakan? Sedangkan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan itu justru mereka sangkali?

Tetapi melemparkan mereka ke neraka:

Berbeda dengan pandangan populer yang menganggap bahwa iblis adalah penguasa neraka. Menurut Alkitab neraka adalah tempat penghukuman bagi malaikat yang berdosa atau iblis. Iblis bukan menjadi berkuasa di Neraka, melainkan disiksa oleh Allah karena mereka berdosa. Tidak ada suatu tempat dimana Allah tidak berkuasa. Bahkan Neraka pun merupakan daerah kekuasaan-Nya. Tidak ada makhluk berdosa yang luput dari hukuman. Bahkan malaikat pun dihukum-Nya.

Menyerahkan ke dalam gua-gua yang gelap:

Ini adalah kontras dari gambaran tentang tahkta yang mulia. Di dalam gua, iblis diperangkap. Di dalam gelap, iblis hilang dari pandangan. Ia bukan sosok terpandang. Ia bukan sosok yang terlihat.

Di dalam dunia yang berdosa, ada kalanya kita melihat manusia memuja iblis. Mereka menyangka iblis itu mempunyai takhta, ternyata iblis ada di dalam gua. Mereka menyangka iblis itu berkuasa, ternyata justru sedang diperangkap. Mereka menyangka iblis itu mulia, ternyata iblis itu tidak terlihat, tidak terpandang dan tenggelam di dalam kegelapan.

Untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman:

Sekali lagi merupakan gambaran dari ketidakberdayaan. Mereka disimpan di dalam gua oleh Allah. Jangankan memiliki kuasa yang besar, untuk keluar dari gua atas kemauan mereka sendiri pun mereka tidak sanggup. Dan masa depan mereka adalah penghakiman.


2 Petrus 2:5  dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;

Dan jikalau:

Merupakan gaya bahasa perbandingan. Jika A, maka B. Bukan gaya bahasa pengandaian. Seandainya saja A, maka B. Sebab kalimat berikutnya adalah sesuatu yang benar-benar sudah terjadi. Bukan sesuatu yang seandainya saja terjadi.

Allah tidak menyayangkan dunia purba:

Sekali lagi ini merupakan kalimat yang ironis. Allah adalah Pribadi Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Tetapi dalam kalimat sebelumnya, Allah tidak menyayangkan malaikat. Meskipun malaikat itu indah dan mulia. Dan dalam kalimat ini, Allah tidak menyayangkan dunia purba. Meskipun dunia purba itu dikatakan sungguh amat baik.

Tetapi hanya menyelamatkan Nuh:

Nuh adalah bagian dari dunia purba. Yang tidak turut dihancurkan oleh penghakiman Allah atas dosa. Selain Nuh dan keluarganya, semua dihancurkan oleh Tuhan. Sebagian besar manusia, sebagian besar hewan dan sebagian besar ciptaan yang lain, binasa atau rusak oleh air bah, sebagai akibat dari dosa-dosa manusia.

Pemberita kebenaran itu:

Menurut Petrus, identitas orang yang diselamatkan oleh Allah adalah seorang pemberita kebenaran. Tentu kita tidak dapat mengatakan bahwa karena Nuh memberitakan kebenaran maka ia diselamatkan, tetapi yang benar adalah, ciri-ciri dari orang yang diselamatkan oleh Allah adalah bahwa orang itu, yaitu Nuh, diberi anugerah untuk memberitakan kebenaran. Nuh sebagai pemberita kebenaran yang diselamatkan. Dibandingkan dengan malaikat, dunia purba yang berdosa dan tidak diselamatkan,

Dengan tujuh orang lain:

Nuh bukan satu-satunya yang diselamatkan oleh anugerah Tuhan, melainkan ada tujuh orang lainnya. Memang jumlahnya minoritas, tetapi bukan hanya satu orang.

Ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang fasik:

Air bah itu bukan fenomena alam yang terjadi secara kebetulan., sebagaimana gua yang gelap dipakai Allah untuk memenjarakan malaikat yang berdosa. Demikian juga air bah dipakai Allah untuk menghukum manusia yang berdosa.

Allah berkuasa memakai apa saja untuk menyatakan kekudusan-Nya. Allah sungguh-sungguh serius dalam membenci dosa. Sehingga bersedia melakukan apa saja, termasuk melakukan perbuatan yang terkesan bertolak belakang dari sifat yang penuh kasih.

Allah yang penuh kasih sayang bisa tidak menyayangkan malaikat, karena dosa. Allah yang penuh kasih sayang bisa tidak menyayangkan dunia yang Ia ciptakan dengan sangat baik itu, juga karena dosa. Di dalam keterbatasan kita, kasih itu seolah-olah merupakan sesuatu yang tidak mungkin bersamaan dengan tindakan penghancuran.

Tetapi dari Alkitab kita belajar bahwa di dalam kasih Allah itu termasuk pula tindakan penghancuran atas dunia yang berdosa. Tanpa Kristus yang menjadi pengantara, maka tidak mungkin ada jalan keluar bagi dunia yang berdosa ini.


2 Petrus 2:6  dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,

Dan jikalau Allah:

Sekali lagi kita lihat di sini Petrus membuat perbandingan antara apa yang Allah pernah lakukan, sebagai suatu dasar bagi argumentasi bahwa Allah akan melakukan lagi hal yang serupa di masa kini atau di masa yang akan datang.

Membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api:

Gambaran yang disajikan Petrus ini kembali terlihat berbeda dengan gambaran yang tidak lengkap dari orang Kristen masa kini tentang kasih Allah yang seolah-olah taboo untuk menjatuhkan hukuman. Petrus mengingatkan kita bahwa Allah yang penuh kasih itu dapat membinasakan dua buah kota. Dan hal itu bukan sekedar ancaman kosong belaka, melainkan sesuatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi.

Istilah api yang dipakai di sini memang merupakan instrumen yang khas dikaitkan dengan penyucian atau pemurnian atau bahkan alat penghakiman terhadap umat manusia.

Dengan demikian memusnahkannya:

Murka Allah bukan saja membawa pada kebinasaan bagi orang-orang yang melakukan, melainkan juga membawa kepada kemusnahan, artinya tidak ada kesempatan bagi siapapun yang sudah dimusnahkan untuk bangkit kembali.

Kita tahu bahwa pada zaman kini atau zaman kapanpun, kejahatan masih selalu saja dapat muncul kembali dalam segala bentuknya. Akan tetapi kemusnahan kota Sodom menjadi contoh atau cicipan awal dari kemusnahan kekal yang Tuhan timpakan kepada orang-orang yang menentang Dia dan tidak hidup sesuai dengan Hukum-Hukum-Nya.

dan menjadikannya suatu peringatan:

Di dalam kitab Wahyu ada gambaran tentang sangkakala dan cawan murka. Artinya, ketika Tuhan akan menjatuhkan hukuman, Tuhan terlebih dahulu memberi peringatan. Apabila ada pertobatan dari sisi manusia, maka Tuhan juga akan memberi pengampunan. Contoh paling terkenal untuk hal ini misalnya dapat kita temui dalam kisah Yunus dan kota Niniwe.

Tetapi apabila manusia tidak menunjukkan pertobatan, maka Tuhan pun akan menuangkan cawan murka-Nya, sebagaimana yang terjadi di Sodom dan Gomora. Selanjutnya kehancuran Sodom ini dipakai Tuhan sebagai peringatan bagi yang lain, yaitu bahwa Allah yang penuh kasih pun tidak segan-segan bertindak tegas terhadap apapun yang dapat menodai kesucian-Nya.

Untuk mereka yang hidup fasik di masa kemudian

Dalam konteks ini menurut Petrus adalah nabi palsu dan guru palsu.


2 Petrus 2:7  tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja,

Tetapi Ia menyelamatkan Lot:

Allah menyelamatkan Lot. Dibandingkan seluruh Sodom, Lot bukan siapa-siapa, hanya jumlah kecil manusia dibandingkan seluruh kota. Tetapi mata Allah tidak luput dari melihat Lot. Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir mata Allah tidak bisa melihat kita. Keberdosaan orang disekeliling kita, tidak akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk melihat orang-orang pilihan yang akan diselamatkan-Nya.

Orang yang benar:

Kita memang senantiasa diajar bahwa tidak ada orang benar pada dirinya sendiri. Semua orang adalah insan yang berdosa di hadapan Allah. Dan ajaran itu benar adanya. Akan tetapi Alkitab juga mengajarkan bahwa ada orang-orang pilihan yang hidup dalam kebenaran. Inipun adalah fakta Alkitabiah.

Orang-orang Sodom adalah orang berdosa. Lot pun adalah orang yang berdosa. Tetapi anugerah Tuhan atas Lot bukan sesuatu yang sama sekali tidak terlihat. Anugerah Tuhan atas Lot bukan sesuatu yang sama sekali tidak membuat perbedaan. Dan Tuhan tidak luput melihat, manakah orang-orang yang setelah mendapat anugerah kemudian menjalankan kehidupan yang berbeda dengan orang lain. Tuhan tidak akan salah menilai, atau gagal dalam membedakan, mana orang benar, mana orang yang tidak benar.

Yang terus menerus menderita:

Satu di antara sekian banyak ciri-ciri dari orang benar adalah bahwa mereka menderita. Mengapa? Sebab dunia ini adalah dunia yang sedang menuju kebinasaan. Cara hidup dunia pasti sangat berbeda dengan cara hidup orang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan. Oleh karena itu, kebenaran yang Tuhan anugerahkan pada seorang manusia pasti akan berbenturan dengan ketidakbenaran yang ada di dalam dunia.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa ciri dari orang yang sudah menerima kebenaran Allah adalah bahwa orang itu akan menderita di tengah-tengah dunia. Karena cara hidup orang itu pasti akan berbenturan dengan cara hidup dunia.

Oleh cara hidup:

Kita terutama dibuat menderita oleh cara hidup seseorang. Perbuatan seseorang itulah yang memberi dampak bagi orang lain. Entah dampak yang baik, atau seperti dalam konteks ini, dampak yang buruk.

Orang-orang yang tak mengenal hukum

Hukum Allah sangat penting. Orang yang cara hidupnya tidak sesuai dengan hukum Allah, pasti merupakan orang yang akan dibuang oleh Tuhan. Orang yang diselamatkan adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Tetapi jangan lupa, ciri dari orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah orang taat kepada Hukum Ilahi. Mereka tidak melihat Hukum Ilahi sebagai sebuah pengekangan dari kehidupan. Melainkan justru sebagai jalan kebebasan. Yohanes 8:32  dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

Mereka tidak melakukan Hukum dengan keterpaksaan. Melainkan justru dengan sukacita. Mazmur 1:2  tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.

Dan hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja

Tidak ada macam-macam kategori manusia di hadapan Hukum Ilahi. Hanya ada dua kategori saja, yaitu orang yang arah hidupnya mengikuti Hukum Allah, atau orang yang arah hidupnya mengikuti hawa nafsu saja. Tidak ada kategori di tengah-tengah, atau abstain. Tidak ambil posisi ke sana tapi tidak juga ambil posisi ke sini alias netral. Bahkan setelah kematian pun manusia hanya diperhadapkan pada dua pilihan saja. Sorga atau Neraka, tidak ada kondisi di tengah-tengah.


2 Petrus 2:8  sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa

Orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka:

Pada kenyataannya kita memang tidak mungkin berada dalam situasi yang steril. Selama kita masih tinggal di dunia, kita akan selalu dikelilingi oleh orang yang tidak percaya. Bahkan sekalipun kita saat ini ada di tengah keluarga yang percaya Atau bahkan lingkungan yang percaya. Tuhan tetap akan memangil dan mengutus kita ke tengah dunia yang tidak percaya, seperti domba yang diutus ke tengah serigala.

Setiap hari melihat dan mendengar perbuatan yang jahat:

Kita juga tidak mungkin terhindar dari melihat dan mendengar kejahatan manusia. Sama seperti Allah pun tidak menghindarkan diri dari hal tersebut. Yang terpenting adalah agar kita tidak turut ambil bagian dalam apa yang kita lihat dan dengar.

Sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa:

Meskipun kita tidak dipanggil untuk dengan sengaja mencari keadaan tersiksa, Tetapi merupakan hal yang natural bagi orang benar apabila mereka mengalami keadaan yang tersiksa. Justru itu menjadi salah satu tanda kesejatian dari orang benar tersebut.


2 Petrus 2:9  maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman,

Maka nyata:

Di Surat 2 Petrus pasal yang ke dua ini, kita mendapati bahwa Petrus sedang berargumentasi tentang adanya guru palsu yang menyangkal Kristus.

Guru palsu itu: ada di tengah jemaat, dikuasai hawa nafsu, mengakibatkan jakan kebenaran dihujat, berusaha mencari untung melalui kisah isapan jempol. Dan agaknya mereka tidak percaya bahwa Allah akan menghukum atau menghakimi manusia. Itu sebabnya Petrus memaparkan bukti-bukti Alkitab bahwa penghakiman Allah itu nyata terhadap malaikat yang berdosa, orang-orang berdosa di jaman Nuh, orang berdosa di jaman Lot.

Dan sementara penghakiman diberikan di jaman Nuh, tetap ada sekelompok kecil orang yang diselamatkan. Dan sementara penghakiman dijatuhkan di atas Sodom, tetap ada sekelompok kecil orang yang diselamatkan. Sehingga Petrus pada bagian ini menganggap adalah sebuah kenyataan yang tak dapat ditolak bahwa Allah adalah Pribadi yang pasti akan menghakimi dunia. Tetapi juga tetap akan menyelamatkan dunia ini.

Tuhan tahu menyelamatkan orang saleh:

Tuhan tidak kehilangan pandangan terhadap orang saleh, meskipun jumlahnya sedikit dibanding orang yang tidak saleh. Tuhan tahu pasti dimana orang saleh itu ada. Hal ini untuk menentang anggapan bahwa Tuhan tidak peduli.

Selain itu, Tuhan bukan hanya tahu, tetapi Tuhan juga mampu dan mau menyelamatkan orang yang harus diselamatkan. Hal ini untuk menentang anggapan bahwa Tuhan itu tidak mampu.

Menurut Petrus, Tuhan itu tahu, Ia peduli, dan Ia mampu menyelamatkan manusia. Namun dalam bijaksana-Nya, Tuhan menetapkan sendiri kapan penghakiman akan dijatuhkan. Melalui cara apa penghakiman itu dijatuhkan? Siapa saja yang akan terkena? Dan siapa saja yang akan terluput? Semua itu ada di dalam penetapan Tuhan. Bukan manusia yang punya kuasa untuk menentukan. Oleh karena itu juga bukan manusia yang berhak menilai. Posisi manusia adalah sebagai objek yang diselamatkan atau dihakimi.

Orang saleh dari pencobaan:

Orang saleh tidak steril dari pencobaan. Kita diajar untuk berdoa agar Tuhan tidak memasukkan kita ke dalam pencobaan. Untuk menyadarkan diri kita akan kelemahan kita sebagai manusia. Meskipun demikian, kita harus ingat bahwa pencobaan terhadap manusia adalah sesuatu yang riil.

Petrus mengingatkan kita bahwa Allah yang mengizinkan manusia masuk ke dalam pencobaan, adalah Allah yang juga berkuasa menyelamatkan orang saleh dari pencobaan. Sehingga sekalipun ia jatuh, tidak sampai tergeletak.

Penekanan disini adalah bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang saleh. Ia memperhatikan, Ia tahu dimana batasnya dan Ia tahu kapan waktu untuk memyelamatkan. Manusia tidak tahu, oleh karena itu kita tidak boleh mencobai orang lain. Diri kita sendiri pun tidak tahu, oleh karena itu kita jangan terlalu yakin dalam menilai kemampuan diri sendiri dalam menangani pencobaan.

Dan tahu menyimpan orang-orang jahat:

Tuhan bukan hanya tahu siapa yang melakukan kebenaran, Tuhan juga tahu siapa-siapa saja orang yang jahat. Dan Tuhan tidak akan meluputkan orang yang melawan-Nya dari hukuman.

Kata”menyimpan” merupakan istilah yang menakutkan. Ada aspek waktu yang tidak segera di dalam kata tersebut. Artinya, Tuhan tidak segera menghukum orang-orang jahat itu, melainkan membiarkan mereka di dalam kejahatan itu untuk suatu kurun waktu tertentu. Sebelum pada akhirnya menjatuhkan penghukuman atas kejahatan mereka.

Fakta bahwa ada orang jahat di dunia ini yang masih hidup bebas, bahkan makmur sejahtera saat ini jangan dilihat sebagai ketidakpedulian Allah. Dalam bijaksana-Nya, Allah menunda dan menyimpan murka-Nya untuk waktu yang Ia tentukan sendiri.

Untuk disiksa pada hari penghakiman:

Orang jahat dibiarkan oleh Tuhan di dunia ini, karena ada waktunya bagi mereka untuk berhadapan dengan Tuhan. Jika tiba waktunya maka mereka akan disiksa. Hari itu adalah hari penghakiman.


2 Petrus 2:10  terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan,

Terutama:

Berbicara tentang karakteristik dari orang-orang yang paling akan terdampak oleh siksaan Tuhan pada hari penghakiman tersebut. Orang seperti ini pasti akan dihukum, bukan sekedar kemungkinan lagi, tetapi merupakan kepastian.

Mereka yang menuruti hawa nafsunya:

Mereka yang hidup sesuai dengan natur kedagingan yang berdosa. Mereka yang hidup semata-mata untuk memuaskan selera kedagingannya. Nafsu di dalam bagian ini dapat dipahami sebagai hasrat akan ketidakmurnian (lust of uncleanness), atau kesenangan yang sudah tercemar (polluted pleasure). Dapat pula dibaca sebagai orang yang berjalan menurut natur dagingnya saja.

Orang seperti itu, dapat diumpamakan seperti binatang buas yang melakukan pembunuhan secara insting saja, tanpa ada pertimbangan moral apalagi spiritual. Semua tindakan yang dilakukan hanya didasarkan pada pertimbangan duniawi saja, tidak ada pertimbangan spiritual, atau pun perspektif Ilahi. Bahkan dalam hal ini, pertimbangan kedagingan yang bersifat asing atau aneh atau tidak lazim.

Misalnya, keinginan untuk memiliki suatu benda dapat dikategorikan sebagai nafsu kedagingan. Tetapi hal itu masih bisa masuk kategori normal jika dicapai dengan cara normal, melalui kerja keras misalnya. Keinginan daging yang bersifat asing, strange fless (Yakobus 1:7), adalah ketika orang menginginkan sesuatu benda dengan cara mencuri, atau merampok, bahkan hingga membunuh.

“Hawa nafsu” atau the lust of the fless mengacu pada penyebab (the cause) atau awal mula dimana segala tindakan kedagingan itu bersemi (spring up).

Karena ingin mencemarkan diri:

Hal ini mengacu pada keputusan hati sendiri atau  menunjukkan kerelaan untuk melakukan apa yang cemar. Apabila manusia diserahkan kepada keinginan hatinya sendiri maka yang muncul memang adalah kecemaran, bukan kesucian.

Dan yang menghina pemerintahan Allah

Meskipun tidak terlihat, tetapi pemerintahan Allah adalah sesuatu yang nyata. Setiap manusia perlu menyadari bahwa Allah adalah pemerintah yang sejati.

Mereka berani dan angkuh:

Keberanian adalah suatu sifat yang bisa positif tetapi juga bisa negatif. Berani terhadap Allah bukanlah sikap yang baik, apalagi keberanian yang disertai keangkuhan. Sikap seperti itu justru tanda orang yang akan binasa.

Sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan:

Keberanian yang salah membawa manusia kepada penghujatan. Orang yang mengenal kemuliaan Allah justru akan merasa segan dan takut kepada Allah. Dan rasa segan dan takut itu akan membawa pada puji-pujian kepada Allah.


2 Petrus 2:11 padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah.

Malaikat lebih kuat dan lebih berkuasa dari manusia:

Dalam kebutaannya, manusia ingin menghina pemerintahan Allah. Artinya, manusia melihat dirinya sedemikian tinggi, dan menganggap Allah sedemikian rendah. Padahal dalam kenyataannya, jangankan dibandingkan dengan Allah, dibandingkan dengan malaikat pun manusia kalah kuat dan kalah berkuasa. Jangankan menghina Allah, menghina malaikat pun manusia tidak pantas.

Tidak memakai kata-kata hujat:

Mengacu pada kata-kata yang kasar, kata-kata yang menghina dan merendahkan. Atau kata-kata yang lahir dari kebencian.

Kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka

Manusia yang tidak kuat dan tidak berkuasa, malah menghujat Allah yang Mahakuasa. Sementara malaikat yang lebih kuat dan lebih berkuasa dari manusia serta lebih berhak untuk menghujat manusia karena manusia lebih rendah dan jahat, malahan tidak melakukan hal itu kepada manusia.

Ini merupakan ironi yang sangat besar dari manusia yang berdosa. Itu sebabnya sangat wajar jika manusia dituntut oleh hukuman Ilahi. Dan sangat beralasan jika malaikat yang menuntut hukuman terhadap manusia di hadapan Allah.

Di hadapan Allah:

Pribadi yang dihujat itu adalah Pribadi yang punya kuasa tertinggi untuk menjatuhkan hukuman.


Penutup untuk bagian pertama Surat 2 Petrus 2:1-11

Pada ayat 1 kita melihat kalimat yang mengindikasikan betapa para nabi palsu dan guru palsu itu menyangkal Penguasa dan Penebus mereka. Sedangkan pada ayat 10 kita membaca bagaimana mereka menghina pemerintahan Allah dan menghujat kemuliaan Tuhan. Sedemikian buruknya kejahatan para nabi dan guru palsu itu sehingga Petrus membandingkan secara kontras perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik para malaikat yang bahkan tidak menghujat pendosa di hadapan Allah.

Dalam bagian berikutnya kita akan melihat apa yang akan Allah lakukan terhadap para nabi dan para guru palsu ini.