Tuesday, May 10, 2016

Apa itu Gereja Setan?

 
 
Mengenal seluk beluk bahaya gereja setan

Pendahuluan
Gereja Setan adalah sebuah fenomena yang misterius serta cukup menakutkan, namun sekaligus juga menjadi sesuatu yang menarik untuk diperhatikan. Biasanya kita mencari berita tentang gereja setan karena kita penasaran dan ingin mengetahui seperti apakah aktivitas setan di dunia ini. Apalagi melalui sebuah lembaga yang disebut sebagai gereja. Kita penasaran apakah ada ritual-ritual yang menyeramkan di dalamnya? Atau justru merupakan sebuah organisasi atau kumpulan manusia yang menarik? Saya sendiri berpendapat bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan setan pastilah akan menimbulkan akibat yang mengerikan bagi jiwa kita. Sekalipun pada awalnya hal itu tampak menarik. Pada kesempatan ini, saya mencoba menyampaikan secara singkat hal-hal yang berhubungan dengan gereja setan.

Dalam tulisan ini, saya akan membahas beberapa hal, yaitu:
Pantaskah gereja setan disebut sebagai gereja?
Bagaimana asal-usul gereja setan?
Siapa saja tokoh dalam gereja setan?
Apa saja kegiatan gereja setan?
Bagaimana kehidupan jemaat gereja setan?
Apa saja peraturan dalam gereja setan?

Pantaskah gereja setan disebut sebagai gereja?
Dalam kekristenan, yang dimaksud dengan gereja adalah sekumpulan orang yang dipanggil keluar dari kegelapan dosa untuk masuk ke dalam hidup yang menyembah kepada Allah yang dikenal melalui Alkitab.

Istilah gereja pertama-tama bukan menunjuk kepada gedung atau bangunan umtuk beribadah, melainkan gereja adalah sekumpulan manusia yang telah ditebus dari dosa dan diberi anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus. Itu sebabnya fondasi dari gereja bukan berupa fondasi bangunan, bukan pula berupa kumpulan manusia saja. Gereja dibangun di atas dasar pengakuan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Kristus atau Mesias yang dijanjikan. Sehingga gereja itu sendiri setidaknya terdiri dari dua komponen penting, yaitu manusia yang ditebus dan pengakuan akan Yesus sebagai Kristus. Sedangkan pengakuan akan Yesus sebagai Kristus itu sendiri, juga dibangun di atas 2 Perjanjian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Oleh karena itu, gereja setan adalah sebuah ungkapan yang sangat keliru. Di dalam gereja setan memang akan ditemukan sekumpulan manusia. Tetapi kumpulan manusia saja tidak dapat disebut sebagai gereja. Sekumpulan manusia yang telah ditebus dari dosa dan yang telah mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itulah yang dapat disebut sebagai gereja.

Gereja setan hanyalah sekedar ungkapan untuk menandingi gereja yang sejati. Melalui istilah gereja setan, para pendiri serta jemaatnya ingin mengolok-olok gereja sejati yang dibangun di atas pengakuan kepada Yesus Kristus. Gereja setan sama sekali tidak mengakui Yesus sebagai Kristus. Gereja setan justru melawan pengakuan yang sejati tersebut. Gereja setan pada dasarnya bukanlah gereja.

Asal-usul lahirnya gereja setan
Gereja setan adalah sebuah istilah yang baru muncul pada awal abad ke 20 untuk menggambarkan sebuah institusi yang terdiri dari orang-orang yang menentang paham yang umum dari sebuah agama, khususnya agama Kristen. Perkumpulan ini rupanya terus mengalami perkembangan baik jika dilihat berdasarkan jumlah pengikutnya maupun berdasarkan seberapa besar pengakuan dunia terhadap kehadirannya. Sehingga akhirnya perkumpulan ini pun berkembang menjadi salah satu di antara begitu banyak pekerjaan jahat iblis di dunia.

Salah seorang tokoh yang menjadi titik awal munculnya gereja setan adalah Aleister Crowley. Ia lahir di Inggris pada tanggal 12 Oktober 1875. Ayahnya adalah seorang pengkhotbah keliling di Inggris yang sering mengkhotbahkan doktrin-doktrin Kristen. Ayah Crowley adalah anggota kelompok fundamental Kristen ekstrim yang disebut Persaudaraan Plymouth.


Sejak kecil Crowley sudah nakal dan sering melakukan perbuatan yang buruk sekali. Ibunya sendiri menyebut dia sebagai “The Beast”, sebuah istilah yang dikutip dari Wahyu 13:1.

Setelah dewasa Crowley secara terang-terangan melakukan perjanjian dengan iblis dan menyebut dirinya sebagai “The Great Beast” maupun sebagai antikristus.

Ironisnya, dalam keseharian Crowley dikenal sebagai orang yang “konsisten”, dalam arti apa yang ia katakan itu pula yang ia kemudian lakukan. Walau amat disayangkan bahwa apa yang konsisten itu, mengacu pada hal-hal yang tidak baik.

Crowley meringkas ajaran filosofi hidupnya dengan sebutan Hukum Thelema yang diadopsi dari bahasa Yunani yang berarti keinginan. Inti dari ajaran Thelema adalah: “Perbuatlah apapun yang engkau inginkan dan itu akan menjadi keseluruhan hukum. Kasih adalah hukum, kasih di bawah keinginan. Tidak ada hukum di luar – lakukan apapun yang engkau inginkan.”

Crowley sering menggunaan obat-obatan terlarang dan melakukan seks yang tidak wajar. Misi hidupnya adalah untuk menghancurkan kekristenan dan membangun agama Thelema sebagai pengganti kekristenan. Ketika PD I meletus, Crowley hijrah ke Amerika dan ia dijuluki sebagai “manusia paling jahat di dunia”

Betapapun merasa dirinya begitu hebat, Crowley tidaklah lebih dari seorang manusia biasa. Ia tidak dapat melawan kehendak dari Yang Mahakuasa. Pada usia 72 tahun, dalam keadaan yang amat tergantung pada obat-obatan, Crowley akhirnya meninggal dunia.

Sejarah berdirinya gereja setan
Setelah Crowley yang menjadi inisiator sebuah gerakan yang kelak dikenal sebagai gereja setan meninggal, maka muncullah tokoh kedua yang bernama Anton Szandor Lavey. Ia lahir pada tahun 1930 dan pada tanggal 30 April 1966 Lavey memproklamirkan berdirinya gereja setan sebagai sebuah organisasi sebagaimana layaknya sebuah gereja. Gereja setan yang pertama ini didirikan di San Fransisco.

Adapun alasan mengapa Lavey mendirikan gereja Setan adalah karena ia melihat kemunafikan orang-orang gereja yang pada saat beribadah terlihat begitu rohani namun di tempat lain orang-orang ini ikut terlibat dalam berbagai perbuatan yang tidak bermoral. Lavey menyimpulkan: “Orang Kristen pada dasarnya adalah orang yang munafik. Mengapa tidak mendirikan gereja yang membebaskan saja keinginan manusia apa adanya tanpa perlu menjadi orang munafik?”

Para pakar kebudayaan dan pakar bidang relijius berpendapat bahwa para pemuja setan ini amat menekankan pada spiritualitas pribadi, suatu istilah yang sepertinya memakai istilah spiritual namun pada prakteknya justru menentang hal-hal yang spiritual. Kabarnya, para pemuja setan ini selain menetang penyembahan kepada Tuhan, mereka juga tidak mengakui setan sebagai mahluk roh sebagaimana yang biasanya kita pahami melalui ajaran-ajaran agama. Beberapa pakar sosiologi dan anthropology bahkan berpendapat bahwa para pengikut gereja setan ini tidak menyukai gagasan-gagasan supranatural tentang setan. Mereka amat menentang kegiatan doa, baik doa kepada Tuhan, maupun kepada setan.

Setan yang mereka akui sebetulnya lebih kepada suatu gerakan atau cara pandang untuk menekankan pada berkembangnya potensi manusia secara maksimal. Manusia dipandang sebagai pusat alam semesta dan kita diajarkan bahwa tidak ada hal lain di dunia ini selain dari segala sesuatu yang dapat dicapai oleh panca indera manusia. Itu sebabnya, tidaklah mengherankan jika gereja setan ini amat mendukung gagasan sekularisme.

Beberapa nama yang dipakai oleh gereja Setan:
Brotherhood, Sister of Light, the Iluminati.

Ciri-ciri hidup Lavey adalah seks bebas, mirip dengan apa yang dilakukan oleh Crowley, pendahulunya tersebut. Filosofi hidupnya adalah materialisme dan hedonisme. The Cloven Hoof  adalah salah satu buletin gereja setan yang telah beredar cukup luas di seluruh dunia, bahkan kabarnya hingga ke Indonesia. Selain itu ada pula The Black Flame, Old Nick dan lain-lain.

Ibadah gereja setan disebut sebagai Misa Hitam. Kabarnya, dalam misa ini seorang laki-laki akan dikorbankan di atas altar setelah itu seorang wanita baru kemudian bayi-bayi sebagai tambahan. Pendeta wanita dan pria meminum darah korban lalu diikuti oleh pesta seks oleh seluruh yang hadir. Puncak acara dari Misa Hitam adalah penyaliban terhadap seorang manusia yang mereka pilih. Ini adalah peringatan akan kemenangan iblis atas Yesus di atas kayu salib. Ada yang mengatakan bahwa dalam misa ini, iblis sendiri datang dan memperkenalkan diri dengan berbagai nama seperti RiChan, MannChan, Yahshun, Yaagog dan MoChua.

Jemaat Gereja Setan
Gereja Setan senang merekrut anggota dari usia 17-20 tahun. Biasanya mereka adalah penggemar musik metal, pecandu obat bius, penggemar seks bebas dan orang-orang yang senang pada kuasa kegelapan.

Jalinan kekeluargaan amat menonjol di kalangan gereja setan. Ini cukup menarik perhatian banyak orang, walau sebenarnya adalah strategi untuk memantau anggota.

Gereja Setan suka mendorong jemaatnya untuk membaca buku-buku karangan Mark Twain, Nietzsche dll yang umumnya menitikberatkan pada usaha dan potensi manusia.

Sebelas peraturan gereja Setan:
  1. Jangan memberi opini atau nasihat jika engkau tidak diminta
  2. Jangan menceritakan persoalanmu pada orang lain jika engkau tidak yakin mereka ingin mendengarkan.
  3. Tunjukkan sikap hormat pada tuan rumah yang kaukunjungi atau jangan pergi kesana.
  4. Kalau seorang tamu berada di rumahmu dan mengganggumu, perlakukan dia secara kejam tanpa belas kasihan
  5. Jangan bercumbu jika tidak diberi sinyal oleh pasanganmu.
  6. Jangan mengambil apa-apa dari orang lain jika itu tidak menjadi beban baginya.
  7. Akui kekuatan magis jika engkau telah sukses melakukannya.
  8. Jangan mengeluh tentang sesuatu yang engkau tidak terlibat
  9. Jangan mencelakakan anak kecil
  10. Jangan membunuh hewan non manusia jika tidak diserang atau untuk makananmu
  11. Manakala berjalan ditempat terbuka jangan mengganggu seorangpun. Jika ada yang mengganggu, minta ia berhenti. Jika ia tidak berhenti, hancurkan dia.
Seperti apakah suasana di dalam sebuah gereja setan.
Dalam sebuah web site beralamat ppeso.com, ada beberapa foto dari ruang sebuah gereja setan.

Apabila kita perhatikan gambar-gambar tersebut, maka kita lihat bahwa tata letak ruangan sebuah gereja setan cukup mirip dengan tata letak gereja lainnya. Hanya saja, di bagian altar ditaruh sebuah patung yang melambangkan iblis sendiri. Mungkin untuk menegaskan pada siapapun yang melihat bahwa di ruang itu, iblis diagungkan oleh pengikutnya. Pada bagian lantai kita juga akan temukan gambar kepala kambing yang biasa dikenal pula sebagai baphomet.

Di bagian dinding, kita terdapat figur salib yang dengan sengaja dibuat terbalik. Tentu saja hal tersebut dipasang demikian bukan demi estetika atau sekedar suatu kebetulan belaka. Sebuah salib yang dibalik dapat mengacu pada dua hal, yaitu yang pertama sebagai sebuah penghinaan pada Yesus Kristus yang pernah mati dikayu salib atau kedua mengingatkan kita pada rasul Petrus yang memilih disalib secara terbalik karena merasa dirinya tidak pantas disalib dengan cara yang sama dengan Yesus Kristus Sang Juruselamat.

Kita tahu bahwa gereja ini tidak sedang berusaha menghormati rasul Petrus bukan? Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa memasang figure salib terbalik di ruang tersebut adalah suatu upaya penghinaan kepada Yesus Kristus.

Sebagai orang yang percaya pada Yesus Kristus, kita tidak lagi merasa kaget dan heran melihat ada sekelompok orang yang begitu membenci Dia dan bahkan hingga berupaya sedemikian rupa untuk menghina-Nya. Sejak Yesus Kristus berjalan-jalan di bumi kita pun, sudah banyak orang-orang berkelakuan iblis yang membenci Dia.

Dari upaya para pengikut gereja setan untuk menghina Yesus sebetulnya kita dapat menarik kesimpulan bahwa para pengikut gereja setan ini telah berlaku tidak konsisten dan bahkan munafik. Mengapa? Kepada dunia mereka mengaku sebagai kelompok yang tidak mengakui keberadaan Tuhan dan hal-hal yang supranatural, namun ternyata di dalam gereja mereka sendiri, mereka telah memasang tanda salib terbalik. Tanpa mereka sadari, dengan berbuat demikian sebetulnya mereka sedang mengakui bahwa Yesus Kristus benar-benar pernah ada dan benar-benar pernah disalib. Sebab jika mereka tidak percaya demikian, lantas mengapa mereka begitu sinis pada-Nya? Kita tidak dapat membenci sesuatu yang tidak ada. Kita hanya dapat membenci sesuatu yang kita tahu sebagai ada.

Pada bagian kursi, kita ada beberapa figure yang cukup terkenal, yaitu sebuah lambang mata, yang diyakini sebagai the eye of horus, sebuah lambang 666, yang tentu saja diambil dari Alkitab serta sebuah ornament berbentuk ular, yang mengingatkan kita pada kisah penipuan ular kepada Adam dan Hawa di Taman Eden.

Tentu saja semua lambang dan ornament tersebut tidak muncul tanpa sebab. Semua itu dibuat untuk semakin menegaskan keberpihakan mereka pada segala sesuatu yang dianggap sebagai setan atau iblis di Alkitab. Horus sendiri adalah nama sebuah dewa di Mesir, yang lagi-lagi dikonotasikan sebagai lawan dari Allah yang sejati.

Pada bagian dinding, ada sebuah lukisan realis yang mirip dengan sebuah foto dari seorang pria yang memiliki sayap, yang diyakini sebagai lukisan dari Lucifer sendiri. Tentu saja tidak seorang pun yang pernah benar-benar memiliki gambar raja iblis tersebut. Namun gambar itu sengaja ditaruh di sana untuk mengingatkan siapa saja tentang sosok yang dianggap layak dipuja oleh para pengikut gereja setan.

Sekali lagi, hal ini menekankan betapa mereka sebenarnya percaya pada makhluk-makluk supranatural tersebut, sekalipun mereka bersikukuh bahwa mereka adalah sekelompok orang-orang yang menentang hal-hal yang supranatural. Dan apabila kita lihat bagaimana semua lambang, gambar dan ornament tersebut memiliki kaitan dengan Alkitab, maka tidak salah jika kita menilai bahwa pada dasarnya mereka percaya bahwa Alkitab adalah sebuah buku yang memiliki pengaruh. Gambar, lambang dan ornament tersebut adalah saksi bisu dari bagaimana besarnya pengaruh Alkitab pada mereka, sekalipun pengaruh tersebut membuat mereka membenci Alkitab itu sendiri. Sekali lagi, seseorang tidak dapat membenci sesuatu yang mereka anggap tidak ada. Fakta bahwa mereka begitu membenci dan ingin melawan Alkitab, justru mengatakan pada kita bahwa bagi para pengikut setan, Alkitab adalah buku yang berpengaruh dan berbahaya, sehingga layak mereka benci dan hina.

Apa yang dapat kita pelajari dari bahaya gereja setan ini?
Kiprah setan di dunia bukanlah baru terjadi akhir-akhir ini saja melalui apa yang kita sebut sebagai gereja setan. Sejak manusia pertama diciptakan, setan sudah ada disana untuk menggoda mereka, membuat mereka ragu dan mengalihkan perhatian mereka dari Allah yang sejati, Allah yang mengasihi mereka.

Orang-orang seperti Crowley, Lavey dan tokoh-tokoh lainnya yang muncul seperti mereka bukanlah semacam spesies baru di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa ini. Sejak zaman dahulu kala, pengikut setan sudah bermunculan dengan berbagai tingkah dan lakunya.

Berbagai macam serangan telah dilancarkan kepada Allah yang sejati beserta pengikut-Nya. Serangan yang paling pertama di Taman Eden adalah membuat manusia ragu-ragu pada kebenaran dan kebaikan Allah. Dan hingga kini, serangan semacam itu agaknya masih tetap berlanjut. Hadirnya gereja setan di tengah masyarakat dunia adalah salah satu wujud serangan yang semakin nyata tersebut.

Tidak semua cara setan itu dilakukan dengan langkah-langkah yang menakutkan. Beberapa cara yang ditempuh misalnya adalah melalui gagasan-gagasan yang nampak aman dan masuk akal seperti sekularisme, materialisme, rasionalisme dan isme-isme lainnya yang berujung pada penolakan pada Allah dan Firman-Nya.

Jadi bagaimana kita melawan kekuatan iblis yang besar seperti ini?
Mungkin hal pertama yang perlu diingat adalah bahwa kita sama sekali bukan lawan tanding yang sepadan dengan iblis. Betapa tidak. Iblis adalah makhluk yang sudah hidup jauh sebelum kita sendiri lahir. Ia sudah punya pengetahuan dan pengalaman bahkan kekuatan yang jauh lebih besar dan lebih banyak dari kita. Kita bukan lawan dia, kita akan kalah.

Hanya satu yang bisa mengalahkan dia, yaitu Allah sendiri. Kita sebagai pengikut Allah harus bergantung sepenuh pada Allah sendiri apabila kita tidak ingin dikalahkan oleh iblis.

Ketika Tuhan Yesus hidup dan berjalan-jalan di dunia kita, Tuhan Yesus pun tidak luput dari serangan iblis. Dan melalui pertemuan tersebut, Tuhan Yesus sudah mengajarkan pada kita bahwa satu-satunya cara untuk melawan iblis adalah dengan berpegang pada Firman Tuhan.

Sungguh suatu keharusan bagi kita untuk selalu membaca, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus sudah membuktikan bahwa cara tersebut adalah cara yang ampuh untuk melawan kekuatan jahat setan. Jika Yesus Kristus saja melakukan hal itu, mengapa kita tidak?

Kiranya melalui tulisan ini kita kembali diingatkan akan bahaya gereja setan dan juga diingatkan untuk senantiasa bergantung pada Firman Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.

Wednesday, April 20, 2016

Cara mudah memahami kegunaan Hukum Taurat



Pendahuluan
Hukum Taurat adalah hukum yang ditulis pada zaman Perjanjian Lama. Dengan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia, maka dimulailah sebuah zaman yang baru yaitu zaman Perjanjian Baru. Dan bagi orang Kristen, kitab-kitab yang termasuk dalam Perjanjian Baru terasa lebih popular dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Lagipula, secara judul penamaan saja, kita pembaca Alkitab cenderung jadi berpikir: “Jika sudah ada Perjanjian yang Baru, lalu mengapa kita masih membaca Perjanjian yang Lama?” Tulisan sederhana di bawah ini mencoba untuk menyampaikan salah satu kegunaan Hukum Taurat yang terdapat di dalam Perjanjian Lama bagi orang-orang Kristen yang hidup di zaman Perjanjian Baru.  

Kegunaan Hukum Taurat
Di suatu sore di hari libur, saya belum lama bangun dari tidur siang yang nyaman di rumah, ketika istri mengajak saya jalan-jalan ke Mall yang terletak tidak jauh dari rumah saya. Karena tidak ada kesibukan, maka saya pun menyetujui usul itu dan menyambutnya dengan gembira. Dengan hanya berkaus santai dan celana pendek saya pun berangkat ke Mall. Menjelang pulang setelah puas jalan-jalan, istri saya melihat ada pelayanan gratis untuk memeriksa kadar kolesterol pada salah satu toko yang ada di mall tersebut, lalu iapun mengusulkan agar saya diperiksa saja, sekedar iseng ingin tahu hasilnya.

Betapa terkejutnya saya ketika hasil tes kolesterol tersebut ternyata tinggi sekali, begitu tingginya hingga mencapai angka tertinggi yang ada di alat tersebut. Sejak saat itupun pikiran saya diselimuti oleh semacam awan mendung yang cukup mengganggu.

Tapi bukan tentang kolesterol saya ingin menulis, yang ingin saya katakan adalah bahwa dalam artian tertentu, hasil tes kolesterol dapat disamakan dengan hukum Taurat. Hasil tes kolesterol hanya memberi tahu pada saya berapa batas kolesterol yang dapat dikatakan sehat dan berapa jauh saya telah menyimpang dari batasan tersebut. Hasil tes kolesterol tidak dimaksudkan untuk menolong atau memampukan saya untuk melewati batas itu. Dibutuhkan tindakan lain untuk bisa menempatkan diri saya di bawah ambang batas yang diberikan hasil tes tersebut.

Roma 7:7 berbunyi: “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"

Hukum Taurat jelas tidak bersalah dan tidak bermasalah. Hukum Taurat adalah mulia, bahkan Yesus pun berkata : “Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Matius 5:18)

Tuhan Yesus memandang Hukum Taurat sebagai Hukum yang berharga, mengapa? Sebab Hukum Taurat berasal dari Tuhan Allah sendiri. Hukum Taurat adalah standar yang ditetapkan Allah bagi manusia. Oleh karena itu jelaslah, Hukum Taurat itu tidak bersalah serta tidak bermasalah. Justru masalahnya ada pada kita.

Pertama, kita bermasalah karena ternyata berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Hukum Taurat, kita ditemukan telah jauh menyimpang. Seperti hasil tes kolesterol saya yang telah memberi tahu saya tentang betapa jauh saya telah menyimpang, demikian pula Hukum Taurat telah memberi tahu pada kita manusia tentang betapa jauh kita telah menyimpang dari standar yang ditetapkan Allah.

Bukan suatu kebetulan, saya pikir, bahwa dosa di dalam bahasa aslinya berarti meleset, atau tidak tepat sasaran, atau menyimpang. Kita telah menyimpang dari yang Tuhan harapkan. Hukum Taurat itulah patokannya.

Kedua, kita bermasalah karena ternyata kita manusia masih suka berpikir bahwa kita bisa diselamatkan karena segala prestasi kita dalam memenuhi segala tuntutan dalam Hukum Taurat itu.

Setiap manusia memiliki suatu ego atau sifat ke-aku-an. Dan melalui sifat inilah kita lebih cenderung untuk mengasihi diri sendiri, memperhatikan diri sendiri, mementingkan diri sendiri dan lain sebagainya yang berpusat pada diri sendiri.

Dalam artian tertentu sebenarnya tidak salah juga jika kita mengasihi diri kita, justru adalah salah jika kita membenci diri sendiri. Mengapa kita membenci diri sendiri, jika Allah justru amat mengasihi diri kita dan rela mati untuk menebus kita? Bahkan perintah Yesus adalah “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Matius 22:39 Artinya, jika kita gagal mengasihi diri kita apa adanya, maka betapa sulitnya kita untuk belajar mengasihi orang lain bukan? Untuk kita mampu mengasihi orang lain dengan baik, maka paling tidak kita perlu tahu apa artinya memandang diri sendiri sebagai makhluk yang dikasihi, benar? Benar, tapi sayangnya kita seringkali mudah tergelincir di dalam hal ini. Tergelincirnya adalah, kita jadi terlalu asyik mengasihi diri sendiri sampai tidak perduli lagi pada orang lain. Kejatuhan kita ke dalam dosa adalah penyebab mengapa kita tidak bisa lagi mengasihi diri sendiri secara seimbang. Kita telah menyimpang bahkan di dalam hal mengasihi diri sendiri ini.

Karena begitu mengasihi diri sendiri, kita akhirnya mengesampingkan segala hal yang tidak enak tentang diri kita. Termasuk ketika suara hati nurani kita mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres tentang diri kita. Akhirnya, kita manusia berusaha meredam rintihan suara hati itu dengan rupa-rupa perbuatan baik yang kita pikir akan membuat diri kita menjadi baik. Seringkali ini cukup berhasil, kita senang jika menganggap atau dianggap lebih baik dan lebih rohani daripada orang lain bukan? Tetapi sesungguhnya ini adalah perasaan yang menipu. Dosa sudah mencemari diri kita begitu rupa sehingga seringkali muncul dalam perasaan-perasaan nyaman yang semu seperti itu.

Semua agama-agama dunia mengajarkan pada para pemeluknya untuk berbuat baik. Ini tentu saja baik. Berbuat baik adalah baik, menganjurkan orang lain untuk berbuat baik, juga baik. Tetapi sayangnya, Alkitab mengajarkan pada kita bahwa berbuat baik saja tidak akan cukup untuk membuat kita menjadi baik.

Roma 3:20 mengatakan: “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”

Agama-agama dunia membuat standar tentang apa yang dikatakan baik, lalu mereka mencoba mengikuti standar itu agar mereka dapat menjadi baik dan diterima dengan baik oleh Allah sebagai orang baik. Tetapi berdasarkan Roma 3:20 di atas kita tahu bahwa usaha manusia dalam mengejar penerimaan Allah yang demikian adalah usaha menjaring angin saja layaknya.

Apakah sejauh ini anda melihat permasalahan yang saya coba angkat? Manusia menyukai hukum yang tidak mampu menyelamatkan dia dan menolak satu-satunya obat yang disediakan untuk menyelamatkan nyawanya. Inilah permasalah kedua yang saya coba ketengahkan tadi.

Saya butuh obat untuk menyembuhkan saya dari kadar kolesterol yang tinggi. Hasil tes kolesterol hanya bertugas untuk memberi tahu saya bahwa saya telah menyimpang dari standar yang seharusnya. Hasil tes kolesterol saya tidak mampu dan memang tidak dimaksudkan untuk mampu menyembuhkan saya.

Demikian pula,

Kita butuh obat untuk menyembuhkan diri kita dari penyakit dosa. Hukum Taurat hanya bertugas untuk memberi tahu kita bahwa kita telah menyimpang dari standar yang ditetapkan Allah. Hukum Taurat tidak mampu dan memang tidak dimaksudkan untuk mampu menyembuhkan kita dari dosa. Anda lihat paralelnya?

Obat bagi sakit kolesterol saya adalah obat yang saya beli di Glodok. Tetapi obat bagi penyakit dosa kita adalah penebusan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib.

Sekalipun obatnya sudah tersedia, karena saya sudah beli, saya tetap harus menelan obat itu agar ia benar-benar memberi manfaat bagi saya. Demikian pula, sekalipun kematian dan kebangkitan Yesus sudah tersedia, kita tetap harus menerima penebusan Yesus itu agar benar-benar dapat memberi keselamatan pada kita. Dan kita menerimanya dengan iman.

Saya telan obat itu, maka saya (dimungkinkan) untuk sembuh.
Kita terima Yesus, maka kita (pasti) diselamatkan. Apakah semua ini jelas? Saya harap begitu.

Ngomong-ngomong, sudah cukup lama sejak pergi ke Mall itu, saya coba memerangi permasalahan kolesterol saya, tapi sampai hari ini hasilnya tidak menggembirakan, dan saya sudah agak bosan memikirkan hal itu. Tetapi persoalan keselamatan, karena dikerjakan oleh Yesus secara sempurna, maka saya boleh mempercayakan diri saya pada karya tersebut. Tidak ada jaminan bahwa saya akan sembuh dari kolesterol, tetapi Yesus menjamin kita bahwa keselamatan yang Ia berikan itu akan menjadi milik kita selamanya. Kiranya Tuhan memberkati.

Siapakah Rasul Tomas?


Renungan Alkitab dari Injil Yohanes 20:24-28

Abstrak
Siapakah Rasul Tomas? Benarkah ia adalah seorang yang ragu-ragu? Mengapa Tomas sulit percaya bahwa Yesus Kristus sudah bangkit? Pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari kisah Rasul Tomas? Tulisan singkat berikut ini mencoba memperkenalakan kita pada sosok Rasul Tomas. Semoga tulisan ini dapat membantu siapa saja untuk lebih mengenal tokoh rasul dalam Alkitab baik untuk perenungan pribadi maupun untuk digunakan sebagai bahan khotbah mengenai tokoh Rasul Tomas.


Pendahuluan
 
Kasihan rasul Tomas. Gereja sepanjang sejarah, bahkan sampai hari ini, seringkali meng-identikkan namanya dengan keraguan-raguan. Tomas si peragu, begitulah kita memberi cap kepada rasul yang satu ini. Dan seringkali pula sifat ragu-ragu atau keraguan ini kita asosiasikan sebagai sesuatu yang negatif semata-mata. Oleh karena itu, sebelum kita terlanjur selamanya punya persepsi yang kurang baik terhadap Tomas dan sifat keraguan-raguannya, mari kita lihat lebih jauh peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Tomas dan sifat pribadinya serta bagaimana tanggapan Tuhan Yesus terhadap hal tersebut. [Baca juga: Iman Kristen memiliki dasar yang teguh. Klik disini.]


Tomas adalah orang yang beriman sungguh
 
Sekalipun Tomas sering disebut sebagai si peragu, namun sebenarnya dia bukanlah orang yang tidak beriman atau kurang beriman. Yohanes  11:16 mencatat respon iman Tomas yang luarbiasa terhadap Yesus, demikian: Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."

Di sini kita melihat bahwa Tomas sama sekali tidak ragu-ragu. Kalimat tersebut terucap dari mulut Tomas sebagai respon terhadap kata-kata Yesus yang mengajak mereka untuk pergi ke tempat Lazarus yang sudah meninggal. [Baca juga: Apa yang dimaksud dengan iman? Klik disini.]

Sama halnya dengan murid-murid yang lain, Tomas tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaksud oleh Yesus melalui kata-kata itu, apakah Yesus ingin mengajak murid-murid-Nya pergi ke tempat Lazarus dalam arti ke dunia orang mati? Atau apa? Tomas tidak mengerti, tetapi ia menyuarakan keyakinannya untuk tetap ikut Yesus, bahkan ia telah rela sekalipun harus mati bersama Dia.

Biasanya sifat berani dan sikap cepat dalam berespon sering kita asosiasikan dengan Petrus, namun justru Tomas-lah yang sebenarnya dicatat pertama kali sebagai murid yang menyuarakan sikap keberanian semacam ini.

Jelas sekali, ini adalah tindakan orang yang mengasihi Yesus dan memandang Dia sebagai sahabat.
Seorang sahabat seperti Tomas, rela mati bersama-sama Yesus, sahabatnya. Jelas sekali, ini adalah tindakan seseorang yang beriman, yaitu berani melangkah bersama Tuhan, sekalipun ia tidak tahu atau tidak memahami persis kemana Tuhan akan membawanya.

Berapa banyak dari kita yang punya sikap semacam ini? Kita dengan mudah menuduh Tomas sebagai peragu, tetapi apakah kita juga memperhitungkan sikap tegas yang ditunjukkan dalam peristiwa ini? Berapa sering dalam hidup kita muncul sikap seperti ini? Dari Tomas, kita belajar bahwa kita harus berani ikut Tuhan sekalipun ada harga yang harus dibayar. Dan tidak jarang harganya adalah mahal sekali.


Tomas adalah orang yang suka berpikir (merenung) dan mempertanyakan segala sesuatu sehubungan dengan imannya
 
Yohanes  14:5 mencatat pula peristwa yang berkenaan dengan Tomas, demikian: Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"

Di sini kita melihat sosok Tomas sebagai orang yang suka memikirkan perkataan Yesus. Waktu mereka mau pergi ke tempat Lazarus, Tomas ikut, mati pun ia rela, pokoknya ikut. Tetapi sekarang, dia bingung, karena Yesus sedang berbicara tentang suatu tujuan yang ia tidak ketahui. Ia rela ikut, ia rela pergi, tapi ia masih bingung mau pergi kemana? Tomas tidak suka menyembunyikan perasaan bingungnya atau ketidaktahuannya. Ia adalah orang yang suka berpikir serta siap melakukan tindakan-tindakan praktis dan pada saat itu, Tomas ingin sekali memperoleh jawaban atas ketidakmengertiannya. Tomas suka bertanya-tanya, ia suka berpikir logis.

Seringkali orang menganggap iman adalah suatu kepercayaan yang buta. Seringkali orang berpikir bahwa iman Kristen bukanlah iman yang logis, sehingga kita takut bertanya ini dan itu, karena takut dianggap orang yang tidak beriman. Padahal tidak demikian.
Iman Kristen adalah iman yang harus kita pahami, artinya kita tahu apa yang kita percayai. Iman Kristen adalah iman yang harus kita terima, sekalipun kita tidak mungkin memahami sepenuhnya.

Tidak salah mempertanyakan sesuatu sehubungan dengan iman kita. Yesus menjawab pertanyaan Tomas.

Tomas adalah orang yang punya iman. Tomas adalah orang serius, namun Tomas akhirnya diliputi keragu-raguan, mengapa? Karena ia seperti juga murid yang lain, mengalami kekecewaan. Segala sesuatu ternyata tidak terjadi seperti yang ia bayangkan. Yesus adalah sahabatnya. Yesus adalah tumpuan harapannya. Sekarang Yesus mati. Dan Tomas merasa kecewa. Tomas kecewa karena tumpuan harapannya telah dicabut dengan begitu kasar dan ia belum terlalu mengerti mengapa semua itu harus terjadi. Dan kekecewaan itu telah menggelapkan pandangannya terhadap segala sesuatu yang ia pernah ketahui tentang Yesus.


Tuhan Yesus ingin mengajar kita melalui Tomas
 
Pertama
 
Percayalah pada kata-kata Yesus, sekalipun fakta-fakta disekeliling kita membuat kita sulit untuk percaya. Tomas yang semula menunjukkan keteguhan hati (Yoh 11:16) akhirnya harus mengalami keraguan atas kebangkitan Yesus, karena apa yang terjadi pada Yesus memang amat sulit dicerna oleh akal manusia. Manusia mengharapkan Mesias. Manusia mempunyai bayangan atau anggapan terhadap seperti apa Mesias itu seharusnya. Tetapi manusia yang hidup pada zaman itu, yang hidup bersama-sama dengan Yesus, menjalani hidup ini bersama-sama seperti saudara atau sahabat, akhirnya harus melihat Yesus mati dengan cara yang amat mengenaskan. Ini sangat tidak mudah untuk dicerna, atau bahkan diterima oleh siapa pun.

Kita mudah men-judge Tomas sebagai peragu. Tetapi betapa mudahnya kita menjadi seorang peragu demi alasan-alasan yang lebih sepele dari Tomas. Kita mungkin ragu pada kekeristenan ketika melihat begitu banyak penderitaan di dunia ini. Kita mungkin ragu pada kekristenan ketika kita mengalami begitu banyak penderitaan. Kita mungkin ragu pada kekristenan ketika kita dikecewakan oleh sesama orang Kristen. Kita mungkin ragu pada kekristenan ketika seorang panutan kita digereja akhirnya jatuh ke dalam dosa. Kita mungkin ragu pada kekristenan ketika ada begitu banyak pengajaran yang seolah-olah lebih spektakuler, lebih ilmiah, lebih modern dan lebih masuk akal.

Bagaimana perasaan kita kira-kira jika dengan mata kepala sendiri, kita harus melihat Yesus mati berdarah-darah secara mengenaskan? Itulah pergumulan seorang Tomas.

Kedua
 
Yesus menghargai keragu-raguan yang jujur dan bersedia menolong mereka yang ragu untuk melewati momen itu. Dalam Markus 9:24 tercatat suatu kalimat yang terdengar agak aneh, namun jika kita memahami isi dibalik kalimat itu, kita akan merasa terhibur. Kalimat itu adalah : Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Ini adalah ungkapan seorang ayah yang sedang mengalami pergumulan iman. Yaitu ketika keinginan kuat untuk percaya harus berbenturan dengan fakta kehidupan yang pahit. Fakta bahwa Yesus tidak meninggalkan orang-orang yang imannya rapuh dimakan pergumulan ini sungguh menghibur, karena kita tahu bahwa diri kitapun tidak luput dari hal-hal seperti itu.

Ketiga
 
Lebih baik ragu-ragu dan menyatakan keraguan itu daripada diam-diam tidak percaya. Yohanes  6:64 mencatat: Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Yudas tidak bergumul dalam iman seperti Tomas, ternyata permasalahannya adalah karena ia tidak memiliki iman sama sekali.


Perenungan
 
Apakah kita sudah memiliki iman seperti Tomas yang berani bayar harga untuk ikut Yesus? Apakah sampai hari ini kita masih memiliki banyak pertanyaan tentang iman? Jangan ragu untuk menanyakannya. Jangan malas untuk mencari jawabannya. Yesus menjawab. Yesus menolong. Seringkali kita tidak menemukan jawabannya bukan karena Allah terlalu bungkam, tetapi karena kita terlalu enggan untuk mencarinya. Apakah anda juga pernah mengalami kekecewaan karena segala sesuatu berjalan tidak seperti yang engkau harapkan? Belajarlah dari peristiwa Tomas ini. Belajarlah dari sikap Yesus terhadap keraguan Tomas. Yesus menghargai perasaan ragu-ragu itu. Dan bahkan Yesus menolong kita untuk melewatinya. Yesus mau menguatkan iman kita yang ragu. Semoga melalui semua ini, seperti Tomas kita juga bisa dengan segenap jiwa berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku.” Dan Tomas ini, yang sering kita beri cap sebagai seorang yang ragu-ragu, ternyata kemudian menjadi seorang Rasul Yesus Kristus yang telah dengan gigih memberitakan Injil hingga jauh ke pedalaman India. Dan tradisi Kristen mempercayai bahwa Rasul Tomas kemudian menemui kematiannya di India sebagai martir Yesus Kristus yang setia. Berbahagialah kita yang percaya sekalipun tidak melihat. 

Tuhan Yesus memberkati. Amin. (Oleh: izar tirta).