Oleh: Izar Tirta
Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea,
Lukas adalah
seorang sejarahwan. Kita sudah diberitahu sebelumnya bahwa ia melakukan
penyelidikan secara seksama lalu membukukan secara teratur. Itu sebabnya dalam
tulisannya Lukas mencoba menjelaskan kisahnya di dalam suatu kerangka sejarah.
Alkitab kita
memang adalah Firman Tuhan. Dan peristiwa yang ada didalam Firman itu, bukanlah
peristiwa yang berupa angan-angan saja. Atau kisah saleh hasil perenungan orang
tertentu saja, melainkan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di dalam
sejarah
Zaman Herodes
adalah sebuah zaman yg dapat ditelusuri dalam sejarah sekuler sekalipun.
Herodes adalah
seorang raja. Dalam pandangan manusia, dia adalah orang hebat, orang besar,
orang terpandang. Tapi Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Allah berkenan
kepadanya.
(5) adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan
Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. (6) Keduanya
adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan
Tuhan dengan tidak bercacat. (7) Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab
Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. (Lukas 1:5-7)
Sebagai kontras
dari Herodes raja Yudea, dikatakan disitu ada seorang imam bernama Zakharia (Namanya
itu mengandung arti “dia yang diingat oleh Yehova”) yang bukan siapa-siapa, dia
hanyalah satu orang di dalam rombongan imam, yaitu rombongan Abia. Dalam 1 Tawarikh 24:7-18 disebutkan bahwa ada
24 rombongan. Rombongan Zakharia hanyalah 1 dari 24 rombongan, ia bukan
terbilang sebagai orang penting.
Dan Alkitab
menjelaskan bahwa Zakharia dan Elisabet tidak punya anak. Bagi orang di zaman
itu (dan mungkin di zaman kita juga) tidak memiliki anak adalah suatu tanda
bahwa orang itu kurang diperkenan oleh Tuhan. Bahkan masyarakat suka mencap
orang yang mandul sebagai orang yang dihukum Tuhan karena dosa mereka.
[Baca juga: Pembahasan Lukas 1:1-4. Klik disini]
Lebih lagi,
tambahan informasi bahwa mereka sudah tua, semakin menurunkan nilai mereka di
mata manusia. Usia tua melambangkan kelemahan, suatu tanda bahwa seseorang
sudah masuk ke dalam kategori orang-orang yang kurang berguna, kurang produktif,
kurang dapat diharapkan. Bagaimana mungkin ada suatu berkat atau kebaikan atau
manfaat yang dapat kita harapkan dari orang yang sudah tua?
Zaman kita
sekarang adalah zaman yang telah sangat dipengaruhi oleh Kapitalisme, sehingga
nilai manusia seringkali juga diturunkan menjadi semacam nilai sebuah produk
atau nilai sebuah investasi. Kita menginjili orang-orang muda, mendidik mereka
dengan suatu keyakinan bahwa anak-anak muda adalah harapan bangsa, harapan
gereja. Tetapi kalau orang yang sudah tua? Apa gunanya? Bisa apa mereka? Tetapi
Alkitab tidak pernah menilai orang dari usianya.
Pada zaman itu (dan
zaman kita juga) orang senantiasa menilai tanda-tanda keberuntungan lahiriah
sebagai tanda berkat atau perkenanan dari Allah. Tanda-tanda lahiriah itu
adalah:
-
|
Uang dan
kepemilikan atas materi
|
-
|
Jabatan yg
terpandang (status sosial tinggi)
|
-
|
Pendidikan
yang tinggi
|
-
|
Relasi yang
luas (diterima dimana2)
|
-
|
Anak
(keturunan)
|
-
|
Usia yang
masih muda
|
Dan mungkin saja
gagasan semacam ini juga telah kita adopsi di gereja juga. Kita mulai percaya
bahwa gereja yang diberkati adalah gereja yang:
-
|
Kaya raya (
Padahal Yesus mengkritik jemaat Laodikia karena merasa dirinya kaya)
|
-
|
Memiliki
organisasi yang besar dan berpengaruh (Padahal Yesus mengkritik jemaat Sardis
yang merasa dirinya hidup, padahal di mata Tuhan mereka mati)
|
-
|
Jemaatnya
terdiri dari orang-orang yang berpendidikan (Padahal Yesus mengkritik jemaat
Efesus yang memiliki keteguhan dalam doktrin tetapi kurang dalam belas
kasihan)
|
-
|
Gereja yang
diterima di mana-mana dalam pergaulan (Padahal Yesus mengecam Jemaat Laodikia
yang suam-suam kuku)
|
-
|
Memiliki
jumlah jemaat yang besar. (Padahal jemaat Filadefia sangat kecil, tetapi
justru di puji oleh Yesus Kristus)
|
Kita perlu
hati-hati dalam menilai apa yang penting dan apa yang tidak penting. Alkitab
tdk pernah mengajarkan bahwa orang yg tidak memiliki tanda-tanda lahiriah di mata
dunia adalah pasti orang yg tidak diberkati oleh Tuhan.
Dalam
anugerah-Nya, Tuhan bisa memilih siapa pun. Dan mata Tuhan tidak akan luput
dalam memperhatikan orang-orang pilihan-Nya itu. Sekalipun di mata dunia orang-orang
tersebut terlihat biasa saja atau bahkan seperti terlihat malang.
(6) Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala
perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.
Alkitab tidak
bicara apa-apa tentang Herodes yang besar itu, tetapi secara khusus berbicara
tentang Zakharia yang bukan masuk bilangan orang penting. Zakharia dan Elisabet
di nilai benar di hadapan Tuhan, sementara Herodes tidak mendapat predikat itu.
Selain benar,
Zakharia dan Elisabet juga disebut memiliki hidup menurut perintah dan
ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Kita yang dengan latar belakang teologi Reformed kadang alergi dengan istilah-istlah
yang beraroma perbuatan baik. Kita menekankan sekali pada prinsip anugerah
sampai pada taraf di mana aspek perbuatan seolah kurang berarti. Bahkan Martin
Luther sendiri pernah menganggap bahwa Surat Yakobus adalah surat sampah karena
amat menekankan pada perbuatan sehingga seolah-olah bertentangan dengan Sola Fide. Tapi sikap ini sama sekali
tidak bijaksana.
Injil Matius
memberi ruang yang cukup besar pada pentingnya aspek perbuatan manusia.
Demikian pula Injil Lukas yang kita sedang gumulkan ini. Aspek tanggung jawab
manusia di hadapan Tuhan amat ditekankan oleh Lukas, tanpa harus mengganggu,
atau menghancurkan prinsip Anugerah yang diajarkan oleh Paulus. Inilah
kelimpahan Alkitab yang harus kita gumulkan seumur hidup kita.
Kalimat dalam
ayat ini tidak berbenturan sama sekali dengan prinsip anugerah.
Kita tahu bahwa
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita dibenarkan berdasarkan anugerah,
bukan karena prestasi kita atau pun karena perbuatan kita. Akan tetapi Alkitab
juga tidak mengajarkan agar marilah kita berbuat dosa seliar-liarnya agar
anugerah Tuhan datang sebesar-besarnya. Itu pasti bukan ajaran Alkitab.
Zakharia dan
Elisabeth dinyatakan benar oleh Allah, bukan oleh diri mereka sendiri. Ini
adalah penghakiman Ilahi atas diri seorang manusia, di mana manusia lain tidak
berhak untuk mempertanyakan. Tidak ada manusia yang dapat membenarkan dirinya
sendiri, kecuali dibenarkan oleh Allah. Dan sebagai tanda bahwa mereka sudah dibenarkan
di hadapan Allah, hidup keseharian mereka juga terlihat dari kesetiaan mereka dalam
menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.
Sebagai orang
yang sudah dibenarkan, kitapun bertanggung jawab untuk hidup menurut segala
perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Ini adalah jiwa dari Alkitab.
Ephesians 5:27 supaya dengan demikian Ia menempatkan
jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang
serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Visi Kerajaan
Allah adalah untuk membentuk sebuah jemaat yang kudus. Kekristenan yang
mengajarkan bahwa mentang-mentang kita sudah diselamatkan, maka kita boleh hidup
sembarangan adalah kekristenan yang sesat.
Tetapi di sisi
lain, ayat ini juga tidak boleh menjadikan kita sebagai orang yang memiliki self righteousness, merasa suci sendiri,
merasa benar sendiri. Ini bahaya dari sisi yang lain
Orang yang tidak
bercacat di hadapan Allah justru adalah orang yang sadar bahwa dirinya adalah
orang yang cacat di hadapan Allah. Ketika seseorang merasa bahwa dirinya tidak
bercacat, maka ironisnya pada saat itulah dirinya menjadi cacat.
Sebaliknya,
orang yang karena sadar bahwa dirinya adalah orang yang cacat, lalu kemudian
malah memutuskan untuk senantiasa melakukan segala kecacatan, maka itu juga
sudah pasti tidak dapat dibenarkan oleh Allah.
Prinsip:
Orang yang tidak
bercacat di hadapan Allah adalah orang
yang menerima keadaan dirinya yang berdosa,
lalu hidup bergantung pada anugerah
dan belas kasihan Tuhan untuk
mengampuni dia. Sambil secara aktif
berusaha hidup menyenangkan hati Tuhan melalui relasi yang intim dengan
Dia.
(8)
Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas
keimaman di hadapan Tuhan. (9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk
menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait
Suci dan membakar ukupan di situ. (10)
Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah
waktu pembakaran ukupan. (Lukas 1:8-10)
Zakharia
hanyalah 1 Imam dari puluhan ribu Imam yg ada pada waktu itu. Dikatakan dia
dari rombongan Abia. Dalam 1 Tawarikh
24:7-18 disebutkan bahwa ada 24 rombongan dan untuk setiap rombongan bisa
berisikan sekitar 1.000 orang imam (menurut laporan dari Josephus seorang
sejarahwan sekuler Yahudi yang hidup di zaman Yesus). Bayangkan betapa
banyaknya jumlah imam yang tersedia? Ada sekitar 24.000 orang Imam. Itu
sebabnya, untuk masuk ke dalam Bait Suci mereka harus mengundi siapa yang
mendapat giliran. Dan menurut catatan
dari para penafsir, setiap orang Iman mendapat giliran hanya 1 kali seumur
hidupnya untuk masuk ke dalam Bait Suci tersebut.
Fakta ini
berbicara pada kita suatu kenyataan bahwa Zakharia bukan orang penting. Dia
hanya 1 manusia yg menang undian utk menjalankan tugas keimaman di Bait Allah
pada saat itu. Di mata manusia, Zakharia bukan orang yang istimewa.
Allah berdaulat
untuk memilih momen yang tepat untuk bicara dengan Zakharia. Zakharia masuk ke
dalam Bait Allah karena ia menang undian. Apakah kita mau bilang bahwa ini
adalah kebetulan? Orang skeptis bisa bicara begitu. Tapi kita percaya bahwa itu
semua ada di dalam kedaulatan Allah.
Berdoa adalah 1
dari 3 kebiasaan yang utama dalam hidup keagaaman orang Yahudi, selain berpuasa
dan memberi sedekah. Dalam bagian ini kita membaca bahwa seluruh umat berkumpul
untuk berdoa dengan diwakili oleh Zakharia yang membakar dupa. Pembakaran dupa
juga merupakan suatu simbol dari doa-doa yang dinaikkan oleh umat kepada Allah.
(Keluaran 30:6) Asap yang membumbung
dari mezbah pembakaran ukupan menuju ke langit, adalah gambaran doa yang
dinaikkan oleh jemaat kepada Allah. (Wahyu
8:3)
Lukas 1:11 Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat
Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.
Di sini Lukas
menggambarkan bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa-doa yang selama ini di
panjatkan oleh bangsa Israel. Dan bukan suatu kebetulan jika sebelumnya kita
diberitahukan bahwa Zakharia adalah orang yang telah dibenarkan di hadapan
Tuhan.
Jangan lupa, doa
orang benar akan dijawab oleh Tuhan, menurut waktu yang Tuhan sendiri tentukan.
Amsal 15:29 TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang
benar didengar-Nya.
Seluruh umat
berdoa, tetapi Tuhan secara khusus menjawab doa Zakharia, karena dia adalah
orang benar.
Tuhan akan
menjawab doa, masalahnya adalah apakah kita ini:
-
|
Sudah
dibenarkan?
|
-
|
Sudah tekun
berdoa?
|
Yakobus 5:16 Doa orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya.
Bagian Alkitab ini mengingatkan kita kembali akan kuasa doa. Bagi Tuhan
doa-doa kita sebagai orang yang dibenarkan itu amat dinantikan. Banyak orang
yang berdoa di dunia ini. Tetapi telinga Tuhan mencari doa orang benar
tersebut.
Maukah kita lebih tekun berdoa?
Maukah kita
bersabar menanti waktu Tuhan untuk menjawab doa kita?
(12)
Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut.
(13) Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai
Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan
seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. (14) Engkau akan bersukacita dan bergembira,
bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. (Lukas 1:12-14)
Mengapa Zakharia terkejut?
Keadaan Zakharia
yang tidak punya anak, pasti menimbulkan perasaan sedih tertentu, yaitu
perasaan tidak layak dan tidak berkenan di mata Allah. Zakharia dan Elisabet
sadar bahwa mereka dipandang masyarakat sebagai orang yang memiliki aib (ayat
25). Dan pastinya perasaan ini membuat Zakharia memohon belas kasihan Tuhan
agar diberikan anak.
Keadaan Zakharia
yang kurang itu, telah membawa dia ke dalam keadaan yang merendahkan diri di
hadapan Allah, dan justru karena hal itulah ia mendapat perkenanan dari Allah.
Prinsip:
Ada kalanya
Tuhan mengizinkan hal-hal yang negatif dalam diri kita tetap ada, untuk
membantu kita tetap rendah hati.
Itu sebabnya
ketika Tuhan izinkan kita mengalami kesulitan atau keadaan yang kurang
beruntung (menurut ukuran dunia), janganlah kita bersungut-sungut. Karena
mungkin sekali melalui kesulitan itu justru akan membuat kita menjadi semakin
mengenal Allah kita.
2 Corinthians 12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar
biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan
Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Zakharia
terkejut karena ia tidak menyangka bahwa Tuhan akan menemui dia dengan cara
seperti itu. Tuhan memang adalah Dia yang sering memberikan sesuatu yang
melampaui apa yang kita bayangkan.
Mungkin Zakharia
terkejut karena sekalipun telah sungguh-sungguh berdoa, ia tidak sepenuhnya
yakin bahwa Tuhan berkenan menjawab dia, apalagi dia sadar bahwa dirinya dan
istrinya sudah tua.
Mengapa Zakharia menjadi takut?
Adalah reaksi
yang wajar bagi seorang manusia untuk menjadi takut dengan kehadiran Tuhan
(walaupun diwakili oleh malaikat saja). Ini justru adalah ciri-ciri dari orang
yang telah mendapat anugerah dari Tuhan, yaitu perasaan takut kepada Tuhan.
Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan
Luke 5:8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di
depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini
seorang berdosa."
Wahyu 1:17 Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan
kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di
atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Orang yang tidak
takut pada kehadiran Tuhan adalah:
-
|
Orang yang
tidak mengenal siapa dirinya.
|
-
|
Orang yang
tidak mengenal siapa Tuhan.
|
Saya setuju
bahwa Tuhan itu baik dan mau menjadi sahabat kita. Tetapi saya yakin bahwa
respon kita yang paling mungkin ketika bertemu dengan Tuhan adalah merasa
takut. Jika kita tidak lagi merasa takut ketika bertemu dengan Tuhan, maka
justru itu adalah kondisi yang menakutkan.
Takut akan Allah
artinya suatu sikap hati yang sadar bahwa kita ini tidak pantas untuk berada
dekat dengan Allah, sikap tunduk sepenuhnya, sikap sadar bahwa kita bukan
makhluk yang setara.
Mengapa malaikat berkata: "Engkau akan bersukacita dan bergembira?"
Wajar jika
Zakharia bersukacita dan bergembira, karena ia telah lama menantikan hal
tersebut. Orang yang menantikan sesuatu dan akhirnya mendapat apa yang
dinantikan itu, pasti akan jauh lebih bersukacita dan bergembira ketimbang
orang yang tidak pernah menanti lalu tiba-tiba mendapat.
Yang tidak
menanti tetapi mendapat, akan bersuka cita juga, tetapi sukacitanya tidak akan
sepenuh dan sebesar orang yang bergumul, menanti, berharap, memohon dan
akhirnya mendapat.
Mazmur 126:5-6 (5) Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorai. (6) Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur
benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
Mazmur ini
mengajarkan pada kita untuk senantiasa bergumul, berupaya dalam melakukan
pekerjaan Tuhan. Bergumul di dalam doa termasuk di dalam pengertian ini. Dan
Mazmur menjanjikan bahwa pergumulan kita itu, pada waktunya akan menghasilkan
suatu sorak sorai.
Ini tidak
mengartikan bahwa orang harus selalu berusaha agar berhasil, sehingga
seolah-olah Tuhan hanya mau memberi kepada mereka yang berusaha saja.
Seolah-olah tidak ada prinsip anugerah di sini.
Mazmur 127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan
duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah
sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
Kepada
orang-orang yang congkak karena merasa bahwa dirinya lah yang paling bisa
mendapatkan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri, harus sadar bahwa Tuhan
bisa memberi roti kepada anak-Nya ketika mereka sedang tidur.
Tetapi kepada
orang-orang yang malas bergumul bersama Tuhan, perlu pula membaca Mazmur
tentang menabur benih dengan air mata.
Alkitab harus
dibaca secara seimbang agar kita menjadi bijaksana.
banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya
itu
Yohanes akan menjadi berkat bagi manusia. Dia adalah pendahulu Kristus. Dia
adalah yang menyiapkan jalan bagi Kristus. Melalui Yohanes, hati Israel
dipertobatkan, dipersiapkan untuk menerima Yesus Kristus.
Apakah ada pekerjaan yang sedemikian mulia dibandingkan dengan hal ini?
Tuhan Yesus sendiri berkata tentang Yohanes:
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di
antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang
lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, (Matius 11:11)
Sungguh luarbiasa judgement dari
Yesus tentang Yohanes ini.
Kita semua selalu memandang kebesaran hidup seseorang dari:
-
|
Kekayaannya.
|
-
|
Jabatannya.
|
-
|
Prestasinya
|
Yohanes
Pembaptis?
-
|
Tinggal di
padang gurun, makan madu dan belalang hutan.
|
-
|
Menjadi nabi
yang membawa pesan pertobatan dan membaptis orang.
|
-
|
Bukan menjadi
makin besar, tetapi malah menjadi semakin kecil, (mempermuliakan Kristus) tidak
terkenal (tidak memperdulikan kemuliaan diri sendiri) dan mati dengan kepala
dipenggal (sebagai bukti kesetiaannya pada panggilan hidupnya sebagai nabi
yang menegur dosa)
|
Betapa jauh sekali
cara pandang kita terhadap kehidupan ini, dibandingkan dengan cara pandang
Yesus Kristus bukan?
Kita mungkin
tidak dipanggil untuk tinggal di padang gurun dan makan belalang.
Tetapi
setidaknya mari kita kita tinggalkan cara pandang materialistis yang selama ini
kita pegang jika kita mau bertobat.
Kita mungkin
tidak menjadi nabi yang teriak-teriak di jalan dan membaptis orang.
Tetapi
setidaknya mari kita mulai belajar untuk memperkenalkan Kristus pada orang
lain. Dan berusaha setia pada panggilan itu walau risikonya adalah kita harus
menanggung kesulitan.
(15) Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia
tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus
mulai dari rahim ibunya; (16) ia akan membuat banyak orang Israel berbalik
kepada Tuhan, Allah mereka, (17) dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam
roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya
dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan
demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas 1:15-17)
Ini adalah
alasan mengapa banyak orang akan bersuka cita atas Yohanes:
-
|
Besar di
hadapan Tuhan à bukan besar di
hadapan manusia
|
-
|
Tidak minum
anggur à Penguasaan
diri
|
-
|
Penuh Roh
Kudus à mempermuliakan
Kristus
|
-
|
Membuat orang
berbalik pada Tuhan à bukan membuat
orang kecewa pada Tuhan
|
-
|
Roh dan kuasa
Elia à menegur dosa,
membawa orang pada pertobatan.
|
(18) Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu:
"Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua
dan isteriku sudah lanjut umurnya." (19) Jawab malaikat itu kepadanya:
"Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara
dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. (20) Sesungguhnya
engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang
akan nyata kebenarannya pada waktunya." (Lukas 1:18-20)
Kesalahan
Zakharia adalah, dalam PL sudah ada contoh kasus seorang yang sudah lanjut usia
dan memiliki istri yang mandul namun pada akhirnya memiliki anak. Orang itu
adalah Abraham.
Allah menghukum
Zakharia karena ketidakpercayaannya.
Ajaran tentang
Allah yang menghukum dan menegur ini, sungguh tidak mengenakkan.
Itu sebabnya
kita sering melewatkan bagian ini.
Kita tenggelam
dalam romantisme kebaikan Tuhan yang mendayu-dayu.
Kita
tergila-gila pada sosok Allah yang menggendong kita, membalut luka kita,
meneguhkan kita, buluh yang patah tidak diputuskan, dan seterusnya.
Bukan karena hal
itu semua adalah salah. Alkitab memang mengajarkan hal-hal seperti di atas.
Tetapi adalah
tidak seimbang jika kita mengabaikan fakta bahwa Allah bisa menegur kita jika
kita kurang percaya pada-Nya. Atau punya pikiran negatif tentang Dia.
Dan kita harus
ingat bahwa ketika Allah menegur kita, hal itu bukanlah karena Dia membenci
kita.
Yesus sendiri
pernah berkata:
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan
Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19)
Kita senantiasa menegur anak kita karena kita sayang dan karena dia adalah
anak kita.
Kita tidak menegur anak tetangga karena dia bukan anak kita.
Jika dalam hidup ini kita tidak pernah merasa di tegur oleh Tuhan, maka ada
pasti bukan karena kita sudah sempurna. Sebab tidak ada seorang pun yang
sempurna.
Kemungkinannya adalah:
1.
|
Kita terlalu tuli dan tidak mau mendengar teguran itu. Kita mengeraskan
hati.
|
2.
|
Kita memang bukan dipandang sebagai orang yang Dia kasihi.
|
Dalam Injil Lukas ini, dan kita akan temukan saat-saat dimana Yesus tidak
lagi menegur seseorang. Dan dapat dipastikan, bahwa saat dimana Tuhan tidak
lagi menegur seseorang, maka itu adalah saat-saat yang menakutkan bagi orang
itu.
(21) Sementara itu orang banyak menanti-nantikan
Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. (22)
Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah
mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia
memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. (23) Ketika selesai jangka
waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. (24) Beberapa lama kemudian
Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan
diri, katanya: (25) "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia
berkenan menghapuskan aibku di depan orang." (Lukas 1:21-25)
Setiap pertemuan dengan Tuhan pasti membawa perubahan.
Yakub bertemu Tuhan, ia menjadi pincang
Musa bertemu Tuhan, wajahnya bercahaya.
Paulus bertemu Tuhan, matanya menjadi buta.
Zakharia bertemu Tuhan, ia menjadi bisu.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh orang-orang ini adalah lambang
atau simbol dari perubahan spiritual yang mereka alami.
Tidak semua dari kita mengalami perubahan fisik setelah bertemu Tuhan,
tetapi biarlah spirit kita tetap mengalami perubahan.
Elisabet menunggu selama lima bulan untuk melihat bahwa janji Tuhan itu
benar-benar sudah terbukti, sebelum akhirnya ia menampakkan diri di hadapan
orang lain. Dahulu kala belum ada alat USG, orang harus menunggu tanda-tanda
lahiriah untuk memastikan apakah mereka hamil atau tidak. Namun yang penting
untuk diingat disini adalah bahwa setelah Elisabet tahu pasti akan perbuatan
Tuhan, ia segera tampil untuk menyaksikan perbuatan Tuhan tersebut.
sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di
depan orang
Alangkah indahnya jika kita sadar bahwa kita memiliki aib di hadapan Tuhan,
sehingga kita dapat belajar bergantung pada anugerah-Nya. Dan apabila akhirnya
Tuhan menghapus aib itu, maka sukacita kita pasti akan bertambah-tambah.
Orang yang tidak sadar bahwa mereka tidak memiliki aib apa-apa, tidak akan
merasa membutuhkan Juruselamat. Sehingga sebagai akibatnya mereka pun tidak
mungkin bersukacita ketika Sang Juruselamat itu menyelamatkan mereka.
Kiranya Tuhan memberkati kita.
Amin.
Summary prinsip
1.
|
Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tanda-tanda lahiriah yang memukau
di mata manusia merupakan suatu tanda perkenanan dari Allah.
|
2.
|
Orang yang
tidak bercacat di hadapan Allah adalah orang yang menerima keadaan dirinya
yang berdosa, lalu hidup bergantung pada anugerah dan belas kasihan Tuhan
untuk mengampuni dia. Sambil secara aktif berusaha hidup menyenangkan hati
Tuhan melalui relasi yang intim dengan Dia
|
3.
|
Tuhan
mengizinkan hal-hal yang negatif dalam diri kita tetap ada, untuk membantu
kita tetap rendah hati.
|
4.
|
Takut akan
Allah artinya suatu sikap hati yang sadar bahwa kita ini tidak pantas untuk
berada dekat dengan Allah, sikap tunduk sepenuhnya, sikap sadar bahwa kita
bukan makhluk yang setara,
|
5.
|
Orang yang
menanti sesuatu dan akhirnya mendapat pasti akan jauh lebih bersukacita dan
bergembira ketimbang orang yang tidak pernah menanti lalu tiba-tiba mendapat.
|
6.
|
Allah bisa
menegur kita.
|
7.
|
Setiap pertemuan dengan Tuhan pasti membawa perubahan.
|
8.
|
Kita perlu menyaksikan perbuatan Tuhan dalam hidup kita.
|
9.
|
Alangkah indahnya jika kita sadar bahwa kita memiliki aib di hadapan
Tuhan, sehingga kita dapat belajar bergantung pada anugerah-Nya
|
Kata kunci untuk tulisan ini:
Eksposisi dari Lukas 1:5-25
Bahan khotbah dari Lukas 1:5-25
Renungan dari Lukas 1:5-25
Beberapa pertanyaan untuk direnungkan:
Apa yang dimaksud dengan orang yang tidak bercacat di
hadapan Allah?
Mengapa Tuhan mengizinkan hal negatif dalam diri kita
tetap ada?
Apakah yang dimaksud dengan Takut akan Allah?
Mengapa Allah suka menegur kita?