Sebuah perenungan Natal tentang kekuatan di dalam kerapuhan
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah.. (Lukas 2:1)
Dalam tulisan berjudul “Antara Herodes dan Zakharia,” saya telah menyebutkan bagaimana Lukas memberikan koridor-koridor sejarah ke dalam tulisan Injilnya sebagai suatu pesan bahwa kisah kehidupan Yesus Kristus bukanlah suatu dongeng melainkan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di dalam konteks sejarah manusia.
Rekomendasi Buku:
"Karena Betlehem"
Klik disini.
Dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus, Lukas sekali lagi menyebutkan suatu sosok di dalam sejarah yang bahkan lebih besar dari Herodes, dia adalah Kaisar Agustus. Menurut kacamata dunia, Agustus adalah penguasa yang sebenarnya, sedangkan Herodes hanyalah raja boneka kepunyaan Romawi yang dapat diatur-atur menuruti kemauan sang Kaisar.
Tetapi, Alkitab bukan ditulis karena penulisnya kagum pada kebesaran Agustus yang melebihi Herodes. Alkitab ditulis agar kita tahu bahwa ada yang jauh lebih besar dari Agustus, yaitu Dia, Sang Penguasa sejati yang saat itu sedang datang ke dalam dunia.
Pada masa itu kekuasaan Kaisar sangatlah besar, ia menaklukkan banyak daerah, mengalahkan berbagai kerajaan dan memiliki kekuatan militer paling menakutkan di zamannya. Sekali Kaisar mengeluarkan perintah, maka ada banyak orang yang hidupnya akan terpengaruh oleh perkataannya tersebut.
Di satu sisi, secara kasat mata, Yusuf dan Maria hanyalah dua orang biasa dari kaum rakyat jelata yang hidupnya harus digeser kesana kemari karena sebuah perintah yang dikeluarkan oleh Kaisar. Ketika Kaisar berkata semua orang harus mendaftarkan diri masing-masing di kotanya sendiri, maka Yusuf dan Maria tidak punya pilihan lain kecuali mematuhi keinginan sang penguasa Romawi.
Tetapi di sisi lain, jika kita melihat peristiwa itu dari perspektif Ilahi, maka kita tahu bahwa Kaisar pun sebetulnya sedang dikendalikan oleh suatu kuasa yang jauh lebih besar dari dirinya. Apa yang Kaisar lakukan tidak lain dan tidak bukan adalah bagian dari rencana Allah yang sudah ditetapkan sejak lama, jauh sebelum Kaisar Agustus lahir. Mungkin Kaisar dengan kerajaan dunianya sudah merasa bahwa dialah yang paling besar. Sampai tibalah kerajaan Allah, yang sekalipun kehadirannya diawali oleh bayi yang lemah namun merupakan kerajaan yang tidak akan pernah berakhir.
Sangat disayangkan apabila sebagai orang Kristen kita juga menaruh kekaguman hanya kepada hal-hal yang lahiriah seperti itu. Sebab Natal yang pertama kali terjadi di dunia telah mengajarkan kita untuk melihat jauh melampaui hal-hal yang kelihatan, yaitu kepada Dia, yang tersembunyi, yang biasa-biasa saja, yang dapat dengan mudah terluput oleh pandangan kita.
Kerajaan Allah bukan datang dengan ribuan malaikat gagah perkasa yang dapat segera dilihat dan membuat semua orang ketakutan dan menjadi (terpaksa) percaya. Kerajaan Allah bukan hadir melalui raja yang menaklukkan semua orang dengan pedang dan gada besi. Natal mengajarkan pada kita bahwa Kerajaan Allah justru hadir sebagai bayi, yang tidak berdaya, miskin, tergeletak di antara binatang-binatang.
Kekuatan-Nya bukan terletak dari kuasa-Nya yang memaksa, melainkan justru dari kerapuhan-Nya yang membiarkan orang untuk menerima atau menolak Dia, untuk mengagumi atau melecehkan-Nya, untuk mencintai atau membenci-Nya.
Kiranya melalui berita Natal, kita boleh belajar untuk mencari Dia di dalam keberadaan-Nya yang tersembunyi sekaligus begitu nyata, di dalam kerapuhan-Nya yang sekaligus juga adalah kekuatan-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin…
…………………………..