![]() |
| Jika Engkau Anak Allah |
Matius 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
Kalimat iblis yang pertama di padang gurun untuk menyerang Tuhan Yesus berpusatkan pada hal yang mendasar sekali dari seorang manusia, yaitu persoalan tentang jati diri.
Persoalan jati diri manusia
Tuhan Yesus digoda oleh iblis dengan pertanyaan yang barakar pada jati diri Tuhan Yesus sendiri sebagai Anak Allah. Dan Tuhan Yesus tidak berhasil dikalahkan oleh tipu daya iblis tersebut, karena Tuhan Yesus memiliki kesadaran yang kokoh sebagai Anak yang dikasihi oleh Bapa. Dan kita tidak bisa mempersalahkan Tuhan Yesus dengan sebutan: “tentu saja Dia bisa, sebab Dia kan Tuhan itu sendiri.” Tuhan Yesus adalah manusia yang mengalami kesulitan yang sama dengan kita ketika dicobai. Ia menang demi menolong kita yang selalu gagal. Bersikap sinis kepada Tuhan Yesus tidak akan menolong kita sama sekali. Lebih baik dengan rendah hati kita belajar dari sikap Tuhan Yesus yang menaruh jati diri-Nya di atas perkataan Sang Bapa. [Baca juga: Dari gelap menuju terang. Klik disini.]
Di dunia ini, persoalan jati diri sangat bisa mempengaruhi kehidupan manusia. Ketika tulisan ini dibuat, ada seorang musisi bernama Liam Payne yang pernah tergabung dalam grup musik One Direction bersama Harry Styles, Niall Horan, Zayn Malik, dan Louis Tomlinson, meninggal dunia karena terjatuh dari lantai 3 sebuah hotel di Argentina.
Dari penelitian polisi dan kesaksian orang-orang yang mengenalnya, Liam adalah seorang peminum Alkohol. Alkohol adalah minuman yang bisa memberi rasa relax dan kadang diminum untuk merayakan sesuatu, bersosialisasi dan kadang juga untuk melupakan kesedihan. Akan tetapi jika seseorang sudah menjadi peminum berat, maka sangat mungkin hal itu disebakan karena ada problem kejiwaan yang lebih dalam dari sekedar ingin relax. Diketahui pula bahwa Liam putus hubungan dengan tunangannya yang bernama Maya Henry, dan meski ia mencoba berkali-kali menghubungi Mya, hasilnya selalu gagal. Seorang wanita yang menjadi kekasih terakhir, yaitu Kate Cassidy pulang lebih dulu karena merasa home sick dan sudah bosan berada di Argentina terlalu lama.
Liam Payne pernah terkenal, tetapi sekarang sudah tidak terlalu terkenal lagi. Ia sudah mencoba solo karir, tetapi hasil karyanya kurang mendapat sambutan. Ia masih sangat kaya dengan total harta yang berjumlah sekitar USD 50jt atau setara dengan Rp 800 M, rasanya uang sama sekali bukan persoalan baginya. Oleh karena itu, apa yang kira-kira menjadi sumber pemasalahan bagi hidupnya?
Sebagai manusia, Liam kehilangan dua hal yaitu identitas dan relasi kasih. Ketika kedua hal itu tidak ia miliki lagi, maka iapun merasakan kekosongan dan menjadi seperti orang yang kehilangan arah. Apalagi hal tersebut ditambah pula dengan kenyataan bahwa ia pernah sangat terkenal di masa muda, sehingga baginya tidak ada kesempatan yang cukup untuk bertumbuh secara karakter dan mental. Masa muda penuh hura-hura, hingar bingar kehidupan, sehingga tidak ada waktu bagi karakter untuk bertumbuh, kini masalah jati diri datang, dan Liam tidak punya pegangan apa-apa.
Ketika seorang manusia menerima pujian seperti seorang selebriti, maka ia mengira bahwa jati dirinya pun ada di dalam pujian itu. Akibatnya, ketika pujian-pujian sudah tidak ada lagi, maka orang itupun akan merasa sangat kosong. Tidak ada jati diri, tidak ada cinta, tidak ada pengakuan dari orang lain, ditambah dengan kecanduan alkohol serta obat bius lainnya, maka lengkaplah sudah segala resep menuju kehancuran hidup dari seorang manusia.
Pencobaan di padang gurun mengingatkan kita, bahwa jati diri atau identitas seseorang itu sangat penting untuk dihayati, sebab tanpa pengenalan akan jati diri kita sendiri, maka iblis dengan mudah dapat menyerang dengan tipu daya yang mematikan.
Bapa berkata kepada Tuhan Yesus dan Yohanes Pembaptis: “Inilah Anak yang Ku-kasihi, kepada-Nya lah Aku berkenan.” Dalam perkataan Bapa itu terdapat penegasan atas identitas, kasih dan penerimaan atau perkenanan. Dan semua inipun ingin diberikan Tuhan kepada manusia, melalui Yesus Kristus Sang Anak Allah yang sejati itu. [Baca Juga: Inkarnasi Tuhan Yesus dan nilai hidup kita sebagai manusia. Klik disini.]
Meskipun Allah telah menyediakan Yesus Kristus sebagai jalan pendamaian di mana manusia bisa menemukan kembali pengampunan, jati diri dan cinta kasih Ilhai, tetapi ternyata jauh lebih banyak manusia yang menolak jalan tersebut, ketimbang yang menerimanya. Manusia berdosa ternyata lebih tertarik untuk mencari jalannya sendiri. Manusia ingin menciptakan sendiri jati dirinya melalui berbagai hal di dunia ini, seperti: prestasi, pengakuan/tepuk tangan orang lain, like pada sosial media, atau pun melalui kepemilikan akan harta dunia. [Baca Juga: Manusia lebih suka pada kesementaraan daripada kekekalan. Klik disini.
Dalam kisah Alkitab, ada orang yang mencoba membangun citra dirinya yang terkutuk dengan cara membangun kota, atau mendirikan menara yang sangat tinggi. Ada pula yang mencitrakan dirinya lewat keperkasaan, atau lewat prestasi dan perbuatan kepahlawanan, dan tentu saja melalui kekayaan akan harta duniawi. Dan itu semua yang coba ditawarkan Iblis pada Tuhan Yesus di padang gurun.
Tuhan Yesus tidak dapat ditipu oleh iblis yang mencoba mengacaukan antara jati diri dengan apapun yang bukan merupakan jati diri seseorang. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa jati diri kita ada di dalam perkataan Bapa, penilaian Bapa, hati Bapa, cinta kasih Bapa dan bagi Tuhan Yesus hal itu sudah cukup. Tuhan Yesus ingin agar kita pun memahami hal ini.
Kiranya Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita semua. Amin
Baca
Juga:
Mengenal Tuhan lebih penting daripada kekayaan. Klik
disini.
Mengapa manusia haus akan kekayaan dan pengakuan? Klik
disini.
Apakah yang lebih penting dari kekuatan, kekuasaan dan kekayaan? Klik
disini.
Apakah tujuan hidup kita di dunia? Klik
disini.
