Pendahuluan
Roma 3:23 adalah
sebuah ayat yang begitu terkenal di dalam kekristenan. Hampir semua orang
Kristen mengetahui, bahkan hafal ayat ini. Roma 3:23 ini juga sering dipakai
sebagai rujukan dalam pengajaran tentang manusia, dosa dan hubungannya dengan
keselamatan di dalam Kristus. [Baca juga: Bagaimana mendapat kasih dan penghargaan dari Allah? Klik disini.]
Mengingat
beberapa alasan-alasan tersebut, maka melalui tulisan ini saya akan mencoba
menggali lebih dalam makna dari Roma 3:23, agar kita tidak saja merasa familiar dan bahkan hafal, tetapi juga
diperlengkapi dengan pengertian yang lebih baik tentang ayat itu. [Baca juga: Iman Kristen mempunyai dasar yang teguh. Klik disini.]
Tulisan ini akan
membahas:
-
Pengertian dari Roma 3:23 secara keseluruhan.
-
Siapakah yang dimaksud dengan semua orang di dalam
Roma 3:23.
-
Apa yang dimaksud dengan “telah berbuat dosa” dalam
Roma 3:23?
-
Apa yang dimaksud dengan “telah kehilangan kemuliaan
Allah” dalam Roma 3:23?
Sehingga melalui
penelusuran tersebut, kita dapat meyakini:
-
Mengapa kita membutuhkan seorang Juruselamat?
-
Mengapa perbuatan baik kita tidak mungkin dapat menyelamatkan
kita dari keberdosaan?
-
Dalam hal apa ajaran Alkitab sangat berbeda dengan
ajaran agama lain?
Apa
arti Roma 3:23?
Apa arti dari
ayat Roma 3:23? Pengertian apa yang ingin disampaikan oleh ayat Roma 3:23 ini?
Dalam tulisan
ini, saya akan mengajak kita semua melewati suatu perjalanan menarik untuk
membedah Roma 3:23 dari setiap kata-kata yang ada di dalamnya. Saya berharap
melalui pendekatan etimologi semacam ini, kita dapat menggali sebanyak mungkin
kekayaan pengertian yang terkandung di dalam ayat yang sangat terkenal ini. [Baca juga: Mengapa Paulus rela terkutuk demi orang Israel yang berdosa? Klik disini.]
Untuk melakukan
pendekatan semacam itu, mau tidak mau kita harus memakai bahasa Yunani sebagai
pokok bahasannya. Karena bagaimanapun juga, itulah bahasa asli yang dipakai
dalam manuskrip Perjanjian Baru.
Untuk mengeksposisi
Roma 3:23, saya akan membagi tulisan ini ke dalam beberapa bagian, yaitu
sebagai berikut:
-
Bag 1 : Pantes gar: siapa yang dimaksud dengan “semua”?
-
Bag 2 : hemarton: arti penting dari kata “telah”
-
Bag 3 : kai husterountai: sebuah kondisi yang mematikan
-
Sub 4 : tes doxes tou Teou: what do
we miss?
Menurut LAI,
Roma 3:23 berbunyi:
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Menurut bahasa
Yunani versi BYZ, Roma 3:23 berbunyi:
πάντες
γὰρ ἥμαρτον καὶ ὑστεροῦνται τῆς δόξης τοῦ Θεοῦ/(dibaca: Pantes gar hemarton kai husterountai tes
doxes tou Teou).
Bagian 1: Pantes
gar
Siapakah yang dimaksud dengan “semua orang” dalam Roma 3:23?
Kata pertama
dari ayat ini dalam bahasa Yunani adalah pantes.
Huruf “e” yang terdapat pada kata pantes
tersebut adalah huruf “e” yang sama seperti yang terdapat pada kata “ekologi”
dalam bahasa Indonesia, dan bukan seperti pada kata “endapan”
Dalam kata pantes ini terkandung pengertian “semua”
atau “setiap.” Dari kata pantes ini
jugalah kita mengenal istilah panteisme,
yaitu suatu paham yang meyakini bahwa allah ada di dalam segala sesuatu dan
bahwa segala sesuatu adalah allah.[1]
LAI sudah menerjemahkan dengan tepat kata “pantes”
ini menjadi “semua orang.” Namun jika pantes
berarti “semua orang,” maka pertanyaan berikutnya adalah “siapakah yang
dimaksud dengan “semua orang” dalam Roma 3:23 ini?”
Mayoritas orang
Kristen akan mengatakan bahwa “semua orang” dalam ayat ini menunjuk kepada semua
orang secara umum atau semua orang tanpa terkecuali (all without exception), yaitu setiap manusia yang pernah lahir ke
dunia ini. Menurut pandangan ini, rasul Paulus sedang menunjuk kepada seluruh
umat manusia yang ada di dunia ini, baik yang masih hidup pada waktu surat Roma
ditulis, maupun yang sudah meninggal, baik yang percaya pada Yesus, maupun yang
tidak percaya. Tetapi benarkah demikian?
Bagi saya,
pandangan yang mengatakan bahwa kata “semua” itu menunjuk pada pengertian
“semua orang tanpa terkecuali” justru mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
Pertama, dari
segi kalimat
Sebagaimana yang
terlihat dalam terjemahan LAI, Roma 3:23 dimulai dengan kata-kata “karena semua orang .....” Perhatikan
bahwa terdapat kata “karena” di awal kalimat tersebut. Kata “karena” adalah
sebuah kata penghubung yang merangkaikan dua kalimat atau lebih menjadi satu
kesatuan pemikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “karena” ini
berfungsi untuk menandai adanya relasi sebab akibat di antara klausa yang
saling dihubungkan tersebut.
Oleh karena itu,
kita tidak dapat membaca Roma 3:23 ini secara independen, terpisah dari
kalimat-kalimat sebelumnya. Jika Roma 3:23 adalah sebuah kalimat yang memiliki
relasi sebab-akibat, maka sudah sepatutnya jika kita juga memperhatikan kalimat
lain yang memiliki hubungan erat dengan kalimat dalam Roma 3:23 tersebut,
bukan?
Dalam bahasa
Yunani, istilah yang dipakai untuk kata “karena” adalah γὰρ (dibaca: gar). Tidak seperti bahasa Indonesia, kata “gar” tidak berada di awal kalimat, tetapi pada urutan kedua, pantes gar. Meskipun demikian, fungsinya
sama seperti kata “karena” dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai tanda bahwa
kalimat itu adalah kalimat yang memiliki hubungan erat dengan kalimat
sebelumnya atau sesudahnya. Jika demikian, pertanyaannya adalah: kalimat yang
mana?
Mari kita lihat
kalimat-kalimat yang berada disekitar Roma 3:23, agar kita dapat memiliki sudut
pandang yang lebih luas terhadap persoalan ini:
21 Tetapi sekarang, tanpa hukum
Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan,
seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, 22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang
yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.
23 Karena semua orang
telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 24 dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (Roma 3:21-24)
Dari bahasa Indonesia
ini saja, sebenarnya sudah cukup terlihat bahwa Roma 3:23 ini bukanlah kalimat
yang berdiri sendiri. Kata “karena” dalam ayat itu mengawali sebuah kalimat
yang berisi penjelasan terhadap kalimat sebelumnya, yaitu “Sebab tidak ada
perbedaan.”
Lalu sekarang,
apa yang ingin diterangkan oleh kata-kata “sebab tidak ada perbedaan” tersebut?
Yang ingin
diterangkan oleh kata-kata “sebab tidak ada perbedaan” adalah bahwa kebenaran
Allah yang berdasarkan iman kepada Yesus Kristus itu telah dinyatakan kepada
semua orang percaya tanpa dibeda-bedakan. Mengapa tanpa dibeda-bedakan? Karena
semua orang percaya itu telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Jelas bukan?
Oleh karena itu,
“semua orang” dalam Roma 3:23 tadi, tidak lain dan tidak bukan adalah sama
dengan “semua orang percaya” yang disebutkan dalam ayat sebelumnya, yaitu ayat
22. “Semua orang” dalam Roma 3:23 itu
bukan dimaksudkan untuk menunjuk kepada semua orang secara umum, all without exception, melainkan semua
orang percaya, all without distinction,
yang sudah disebutkan oleh ayat sebelumnya.
Kesalahan umum
yang sering terjadi adalah membaca Roma 3:23 secara independen, terpisah dari
konteks kalimat di mana ayat itu sendiri berada.
Saya memahami
bahwa ini adalah gagasan yang tidak mudah untuk segera diterima, mengingat
mayoritas buku-buku dan traktat yang kita miliki di Indonesia (bahkan mayoritas
khotbah di mimbar) hampir semua mengarahkan pikiran kita untuk membaca “semua
orang” itu sebagai “all without exception”
dan bukan “all without distinction.”
Oleh karena itu, jika penjelasan saya melalui konteks Bahasa Indonesia ini
masih kurang memuaskan dan menimbulkan keragu-raguan bagi Anda, maka mari kini
kita lihat lebih dalam lagi kepada Bahasa Yunaninya.
Kedua, dari unsur
bahasa Yunani
Menurut Alkitab
Yunani versi BYZ, Roma 3:21-24 berbunyi:
21 Νυνὶ δὲ
χωρὶς νόμου δικαιοσύνη θεοῦ πεφανέρωται, μαρτυρουμένη ὑπὸ τοῦ νόμου καὶ τῶν
προφητῶν· 22 δικαιοσύνη
δὲ θεοῦ διὰ πίστεως Ἰησοῦ χριστοῦ εἰς
πάντας καὶ ἐπὶ πάντας τοὺς πιστεύοντας· οὐ γάρ ἐστιν διαστολή· 23 πάντες γὰρ ἥμαρτον καὶ ὑστεροῦνται
τῆς δόξης τοῦ θεοῦ, 24 δικαιούμενοι δωρεὰν τῇ αὐτοῦ χάριτι διὰ τῆς ἀπολυτρώσεως
τῆς ἐν χριστῷ Ἰησοῦ·
(Dibaca: Nyni de choris nomou
dikaiosune Teou pephanerotai marturoumeno hypo tou nomou kai ton propheton, dikaiosune de
Teou dia pisteos Iesou Christou eis
pantas kai epi pantas tous pisteuontas. Ou gar estin diastole. Pantes gar hemarton kas husterountai
tes doxes tou Teou, dikaioumenoi
dorean te autou chariti dia tes apolutroseos tes en Christo Iesou.)
Kata pantes dalam ayat 23 (cetak tebal)
merupakan kata sifat, nominatif, maskulin
(gender), plural (jumlah). Kaitan
yang erat antara kata ini dengan kata-kata di dalam ayat 22 dapat ditelurusi
dari gender (maskulin) dan jumlahnya (plural). Di antara kata-kata dalam ayat
22 hanya frasa εἰς πάντας καὶ ἐπὶ πάντας (dibaca:
eis pantas kai epi pantas tous pisteuontas) yang bersifat maskulin dan plural. Arti dari frasa
tersebut adalah “... bagi semua dan di atas semua yang percaya..”
Hal ini menjadi
bukti yang kuat untuk meyakini bahwa “semua orang” dalam ayat 23 adalah sama dengan
“semua yang percaya” dalam ayat 22.
Sekarang
bagaimana jika ayat 23 kita kaitkan dengan ayat 24? Hubungan seperti apa yang
akan kita dapatkan?
Ayat 24
berbunyi:
“...dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”
Kata “telah dibenarkan” atau “being justified” adalah δικαιούμενοι (dibaca: dikaioumenoi) dalam bahasa Yunani dan memiliki case sebagai nominatif, maskulin, plural. Hal ini serupa dengan kata
pantes dalam ayat 23 diatas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa “semua orang” di dalam ayat 23 tersebut adalah mereka
yang “telah dibenarkan” di dalam ayat 24. Tentu saja hal ini memiliki dampak
yang serius secara teologi apabila kita mengatakan bahwa “semua orang” dalam
ayat 23 tersebut menunjuk pada “semua orang tanpa terkecuali,” bukan?
Lagipula, istilah
yang dipakai dalam ayat 22 adalah διαστολή (dibaca: diastole) yang berarti “distinction”
ataupun “difference” dan bukan “exception.” Dalam bahasa Yunani
exception diterjemahkan menjadi Εξαίρεση (dibaca: Exairese).
Ketiga, dari sudut
pandang teologi
Jika “semua
orang” dalam Roma 3:23 mengandung pengertian “all without exception” maka Yesus pun harus dimasukkan dalam
kategori “semua orang” dalam ayat itu, bukan? Jika demikian, maka bukankah hal
itu berarti bahwa Yesus Kristus pun termasuk Orang yang berpredikat “telah
berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah?” Dan bukankah itu juga berarti
bahwa Yesus Kristus adalah termasuk orang yang “telah dibenarkan secara
cuma-cuma pula?”
Tentu saja jawabannya
adalah tidak.
Lalu hal yang
kedua, jika “semua orang” dalam Roma 3:23 mengandung pengertian “all without exception” maka bukankah itu
berarti “semua orang” ini juga telah dibenarkan oleh kasih karunia sebagaimana
yang tercantum dalam Roma 3:24? Jika ya, bukankah itu berarti Alkitab telah
mengajarkan paham universalisme melalui kedua ayat tersebut?
Jawabannya
sekali lagi adalah tidak.
Dari semua
uraian ini, dapat kita simpulkan bahwa kata “semua orang” dalam Roma 3:23 bukan
menunjuk pada semua orang di seluruh dunia ini, melainkan semua orang percaya yang telah berdosa, namun yang
juga telah dibenarkan.
Jika demikian,
apakah itu berarti bahwa kitab Roma tidak mengajarkan konsep keberdosaan yang
universal? Tentu saja kitab Roma mengajarkan konsep keberdosaan yang universal,
namun konsep tersebut tidak dibangun di atas dasar pasal 3 ayat 23 ini.
Konsep
keberdosaan yang universal tersebut dapat kita temukan pada ayat lain, yaitu
Roma 5:12 yang berbunyi:
Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang,
dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua
orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
Bagian 2: hemarton
Arti penting dari kata “telah”
Apabila kita
melihat Roma 3:23 itu dalam bahasa Yunani, maka kita akan temukan bahwa kata
yang dipakai untuk “telah berdosa” adalah ἥμαρτον (dibaca:
hemarton), yaitu
sebuah kata kerja, indikatif, aorist, aktif,
orang ke 3, jamak berasal dari kata dasar ἁμαρτάνω
(dibaca: hamartano). Dan kata hamartano sendiri dapat ditelusuri
hingga ke akar katanya ἁμαρτία (dibaca:
hamartia)
Cukup menarik
untuk mengetahui bahwa hamartia
sendiri adalah suatu istilah yang berasal dari panggung drama bernuansa tragedi
dalam kebudayaan Yunani. Arti dari hamartia
adalah meleset dari sasaran atau berbuat kesalahan.
Istilah hamartia ini pertama kali muncul dalam
karya Aristoteles berjudul Poetics,
yaitu suatu karya literatur yang bertemakan drama tragedi tadi. Di dalam karya
tersebut, istilah hamartia dipakai
untuk menggambarkan suatu situasi dimana sang tokoh utama yang berkarakter baik
(biasanya kita sebut sebagai protagonist)
melakukan suatu kesalahan atau cacat dalam suatu tindakan yang kemudian membawa
dia pada serangkaian tindakan-tindakan salah yang berikutnya. Kekeliruan demi
kekeliruan tersebut akhirnya menyeret sang protagonist
ke dalam situasi yang sangat buruk, sehingga keadaannya yang sebelumnya baik,
kini berubah secara bertolak belakang menjadi suatu keadaan yang buruk.
Kesalahan yang
dilakukan oleh protagonist itu dapat
berupa ketidakpedulian atau kesalahan dalam mengambil tindakan, baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Bahkan kesalahan tersebut dapat pula
berupa sebuah cacat di dalam karakternya, dan lain sebagainya.
Istilah hamartia ini, atau istilah lain yang
mendekati atau memiliki hubungan erat dengan hamartia muncul beberapa kali di dalam Alkitab. Misalnya di dalam 1
Kor 7:28, yang berbunyi: “Tetapi,
kalau engkau kawin, engkau tidak berdosa. Dan kalau seorang gadis kawin,
ia tidak berbuat dosa. Tetapi orang-orang yang demikian akan ditimpa
kesusahan badani dan aku mau menghindarkan kamu dari kesusahan itu.”
Di dalam 1 Kor 7:28, hamartia
diterjemahkan sebagai berdosa atau berbuat dosa.
Istilah hamartia atau hamartano juga muncul di dalam Lukas
15:18, yang berbunyi:
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan
berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
Pada bagian ini,
hamartia juga diartikan sebagai
berdosa, dan diberi keterangan tambahan yaitu berdosa terhadap sorga dan
berdosa terhadap sang bapa yang baik. (Selanjutnya,
istilah hamartia muncul pula di ayat-ayat lain seperti Matius 12:31,
Yoh 8:21, Yohanes 9:41, 1 Kor 15:56,
Yakobus 1:15, 1 Yoh 3:4 dan masih banyak lagi.)
Sebagaimana
telah saya sampaikan di atas, kata ἥμαρτον (dibaca:
hemarton), merupakan
sebuah kata kerja, indikatif, aorist, aktif,
orang ke 3, jamak
Kata kerja
aorist sendiri merupakan kata kerja mengenai suatu tindakan yang terjadi di masa
lalu dan membawa efek hingga sekarang.
Sehingga
hemarton disini mengungkapkan sebuah keadaan atau suatu tindakan yang dilakukan pada masa lampau namun akibat dari tindakan tersebut
masih dirasakan dampaknya hingga saat ini.
Telah meleset,
telah tidak tepat sasaran. Penekanan pada kata telah, artinya sesuatu yang
sudah terjadi pada masa lampau sehingga tidak dapat diubah kembali tanpa
melalui tindakan lain sebagai tambahan.
Hal ini penting
untuk kita pahami, yaitu Alkitab menekankan suatu konsep bahwa diri kita
sendiri sudah tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi di masa lalu tersebut.
Sama seperti kita tidak dapat mengubah siapa orang tua biologis kita atau
mengubah tempat dan tanggal lahir kita. Semua itu sudah terjadi di masa lalu
dan kita hanya dapat menerima dampaknya secara pasif.
Bagian 3: kai
husterountai
Kata “kai” dalam kalimat ini merupakan kata
penghubung yang sama dengan istilah “dan” dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya
kata ini jelas sekali mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara kata “hemarton”
dan “husterountai” ini.
Kata “husterountai”
merupakan kata kerja present, indicative,
passive, orang ke 3, jamak. Dan kata ini
berasal dari kata kerja ὑστερέω (dibaca: hustereo) yang berarti:
fall behind, lacking, fall short, suffer
need dan inferior.
Dari kata
tersebut kita memperoleh gambaran bahwa sebagai makhluk yang di masa lampau
telah berbuat dosa, kita umat manusia juga sedang mengalami
kemerosotan. Dan bentuk pasif dari kata tersebut mengindikasikan
bahwa secara
pasif kita ditarik ke bawah oleh sebuah kuasa yang lebih besar dari
kuasa kita.
Kemerosotan yang
kita alami tersebut merupakan sebuah kekuatan yang menarik kita ke bawah
sedemikian rupa sehingga kita sendiri tidak
berdaya menghadapi situasi tersebut.
Pemahaman ini
penting untuk kita pahami agar kita tahu bahwa menurut ajaran Alkitab, tidak
ada seorang manusia berdosa pun yang punya kekuatan untuk melawan keberdosaan
dirinya tersebut. Dosa yang ada pada diri manusia, membuat manusia tersebut
mengalami kemerosotan yang tidak mungkin ditanggulanginya sendiri.
Pada bagian
berikut kita akan melihat dalam hal apakah kita telah mengalami kemerosotan?
Bagian 4: tes
doxes tou Teou
Arti dari kata tes
doxes tou Teou adalah kemuliaan
yang dimiliki oleh Allah. Kita adalah ciptaan yang
paling mulia, karena kita diciptakan dalam gambar
dan rupa Allah. Seharusnya, penciptaan kita dimaksudkan
untuk menjadi pemancar kemuliaan Allah bagi seluruh
ciptaan yang lain.
Namun, melalui peristiwa kejatuhan manusia
ke dalam dosa, gambar kemuliaan Allah yang semula ada di
dalam diri kita itu kini mengalami kemerosotan yang
berkesinambungan.
Kesimpulan
Roma 3:23 adalah sebuah ayat yang tidak dapat dibaca
secara berdiri sendiri sebagaimana yang sering kita lakukan selama ini terhadap
ayat ini.
Ayat ini bukan ditujukan secara khusus untuk
mengajarkan bahwa semua manusia telah berdosa, sebaliknya, ayat ini justru
ingin mengajarkan bahwa semua orang percaya yang telah berdosa itu, kini telah
dibenarkan.
Jadi, penekanan ayat ini adalah pada anugerah
pembenaran yang diberikan kepada semua orang percaya yang telah berdosa dan
telah kehilangan kemuliaan Allah tersebut. Ayat ini ingin memberi pengarahan
kepada kita bahwa sebagai orang percaya kita tidak lagi dibeda-bedakan secara
suku, ras, pekerjaan, jabatan, denominasi atau apapun. Kita dipersatukan oleh
Tuhan kita melalui pembenaran secara cuma-cuma sekalipun kita semua adalah
orang yang berdosa. Perlu kita pahami, bahwa surat ini ditujukan kepada
orang-orang di Roma yang dapat dikatakan sebagai gentile, baik yang berasal dari kebangsaan Romawi maupun Yunani.
Sangat masuk akal jika Paulus memberi encourage
kepada mereka bahwa di hadapan Tuhan mereka bukanlah warga kelas dua apabila
dibandingkan dengan orang Yahudi yang telah lebih dulu menerima anugerah berita
Injil. Mereka sama diterimanya oleh Allah seperti orang-orang Yahudi sebab
Allah tidak membeda-bedakan. Mereka sama diterimanya oleh Allah seperti
orang-orang Yahudi sebab seperti orang Yahudi, mereka semua pun, baik Yunani
maupun Romawi adalah orang yang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah.
Konsep keberdosaan semua manusia, baik yang percaya
maupun yang tidak, memang diajarkan pula di dalam kitab Roma, namun bukan
ditekankan melalui ayat ini, melainkan secara khusus dapat dilihat pada Roma 5:12.
Meskipun demikian, melalui Roma 3:23 ini setidaknya
kita dapat memperoleh gambaran betapa sebagai orang berdosa kita tidak mungkin
mampu mengatasi keberdosaan kita itu dengan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya, secara
pasif atau secara tak berdaya, kita telah diseret ke dalam suatu kemerosotan
yang menjauhkan kita dari kemuliaan Allah yang semula ditanamkan dalam diri kita.
Konsep yang disampaikan dalam Roma 3:23 ini berbeda
dengan konsep yang dimiliki oleh agama-agama yang tidak didasarkan pada ajaran
Alkitab. Dalam agama-agama lain tersebut, umat diajarkan bahwa manusia masih
mampu mengatasi dosa mereka melalui perbuatan baik yang mereka lakukan.
Seakan-akan perbuatan baik tersebut mampu menetralisir sifat keberdosaan yang
ada di dalam diri kita. Konsep ajaran semacam ini tidak kita temukan di dalam
Alkitab dan Roma 3:23 adalah salah satu ayat yang justru menentang konsep
tersebut.
Roma 3:23 ini kembali menyiratkan kebutuhan kita akan
seorang Juruselamat yang mampu menyelamatkan kita dari situasi yang mematikan
tersebut. Dan di dalam bagian-bagian lain dari Alkitab kita tahu bahwa
Juruselamat tersebut adalah Yesus Kristus.
Kiranya melalui penelusuran ini kita semakin mengenal
ajaran inti (core teaching) dari
Alkitab kita sehingga kita tidak mudah digoyahkan oleh ajaran-ajaran lain yang
berbeda dan bahkan bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Alkitab kita.
Tuhan memberkati.
Tema/pokok pikiran/kata kunci dari tulisan ini:
Eksposisi Roma 3:23
Bahan renungan Roma 3:23
Bahan khotbah dari Roma
3:23.
Apa yang dimaksud dengan “Semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”?
Siapakah yang dimaksud
dengan “semua orang” dalam kalimat “semua orang telah berbuat dosa”
Apa yang diajarkan oleh Roma
3:23.
Mengapa kita tidak dapat
menyelamatkan diri sendiri dari dosa?
Mengapa kita membutuhkan
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita?
Dalam hal apakah ajaran
Alkitab berbeda dengan ajaran agama lain?
Apakah dampak dari dosa
terhadap diri kita?
Apakah dampak dari dosa
terhadap hubungan kita dengan Tuhan?
Roma 3:23 sering dipakai sebagai rujukan
dalam pengajaran tentang manusia, dosa dan hubungannya dengan keselamatan di
dalam Yesus Kristus.
Apa yang
dimaksud dengan “telah berbuat dosa” dalam Roma 3:23?
Apa yang
dimaksud dengan “telah kehilangan kemuliaan Allah” dalam Roma 3:23?
Mengapa
perbuatan baik kita tidak mungkin dapat menyelamatkan kita dari keberdosaan?
[1] Alkitab
tentu saja tidak setuju dengan pandangan panteisme ini.