Monday, February 12, 2018

Eksposisi singkat Wahyu 1:1-3: penjelasan singkat atas pengertian yang ada di dalamnya



Oleh: Izar Tirta




Bacaan:
Wahyu 1:1-3 1Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.  2 Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.  3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Inilah wahyu Yesus Kristus
Wahyu sama artinya dengan penyataan. Penyataan sendiri berarti membuat menjadi nyata. Segala sesuatu yang sebelumnya tertutup, tidak terlihat, tidak nyata (bukan berarti tidak riil), tidak diketahui, kini dibuka, sehingga orang lain dapat melihatnya serta mengetahuinya. Apa yang tadinya tertutup, kini disingkap sehingga menjadi nyata bagi orang yang ingin mengetahuinya.

Wahyu Yesus Kristus dapat kita artikan:
-          Bahwa Wahyu itu berisi berita tentang Yesus Kristus, atau
-          Bahwa Wahyu itu dibukakan atau disampaikan oleh Yesus Kristus.

Pemberitaan Alkitab sepanjang Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru memang bertitik pusat pada Yesus Kristus. Para Nabi, maupun para Rasul berkisah tentang Sang Mesias yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Tidak sedikit kisah-kisah dalam Perjanjian Lama yang merupakan bayang-bayang dari Yesus Kristus sendiri. Dalam kitab Wahyu yang menjadi inti pembahasan kita pun, kita akan mendapati bahwa Yesus Kristus adalah pusat dari berita yang disampaikan. Yesus Kristus adalah tokoh utama dari wahyu/penyataan tersebut.

Siapa kah yang menjadi sumber dari wahyu Yesus Kristus?
Allah Tritunggal adalah sumber dari wahyu itu sendiri. Sebab siapakah yang dapat mengenal dan mengetahui segala sesuatu tentang Allah jika bukan Allah itu sendiri bukan? Dalam Alkitab kita mendapati bahwa Allah Tritunggal secara aktif menggerakkan para penulis untuk menceritakan tentang siapa Diri-Nya, apa yang dikerjakan-Nya.

Dengan kemampuannya sendiri, manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah, karena manusia adalah ciptaan sedangkan Allah ada Pencipta. Sebagai ciptaan, manusia memiliki keterbatasan di dalam pengetahuan. Selain itu, manusia juga adalah makhluk yang sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga akal budi dan kemauannya sudah tidak mungkin lagi dapat mengenal Allah. Oleh karena itu, penyataan akan Pribadi Allah haruslah berasal dari inisiatif Allah sendiri dan kitab Wahyu yang kita baca ini, berisi inisiatif tersebut.

yang dikaruniakan Allah kepada-Nya,
supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya
Yesus Kristus di dalam konteks kalimat ini dilihat lebih dari sudut pandang diri-Nya sebagai Penebus yang mewakili manusia berdosa yang ditebus-Nya. Oleh karena itu di dalam Ordo-Nya, Yesus juga dilukiskan sebagai Dia yang menerima karunia Wahyu itu dari Allah Bapa.

Kalimat ini tidak perlu kita anggap sebagai penjelasan bahwa seolah-olah Yesus adalah Allah yang lebih rendah dari Allah Bapa. Kalimat ini perlu kita pahami dan lihat dari sudut pandang dimana Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia untuk menjalankan sebuah tugas khusus sebagai Mesias. Dan di dalam tugas khusus itu, Yesus menerima wahyu dari Bapa-Nya.

Dalam Perjanjian Baru, kita juga telah diajar oleh Yesus yang senantiasa merendahkan diri-Nya atau mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa sehingga seolah-olah hidup-Nya pun bergantung kepada Bapa-Nya semata-mata.

Dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat lukisan yang serupa dengan hal ini di dalam Daniel 7 ayat 13 dan 14 ada tertulis:
(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.  (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Penglihatan Daniel akan sosok anak manusia itu, dapat kita simpulkan sebagai penglihatan akan sosok Yesus Kristus di hadapan Bapa-Nya. Karena dari bagian-bagian lain dari Alkitab kita dapat membaca bahwa hanya Yesus Kristuslah yang disebut sebagai Seorang Raja yang kekuasaan-Nya kekal dan kerajaan-Nya tidak akan musnah. Selain itu, kita tahu pula dari kitab Injil bahwa Yesus sering menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia. Dapat dipastikan bahwa sosok anak manusia seperti di dalam kitab Daniel inilah yang Yesus maksudkan tentang diri-Nya. Hal ini sekaligus menyanggah anggapan banyak orang bahwa Yesus sendiri tidak pernah mengakui diri-Nya sebagai Allah.

Apabila kita perhatikan dalam ungkapan-ungkapan yang dituliskan oleh Daniel, maka kita dapat melihat bahwa anak manusia di dalam gambaran tersebut bukanlah sembarang anak manusia, melainkan anak manusia yang memiliki kuasa dan kedaulatan Ilahi.

Kita dapat menduga bahwa pendengar Yesus dapat menghubungkan sebutan Anak Manusia tersebut kepada sosok anak manusia yang diungkapkan dalam kitab Daniel.

Apabila kita telusuri maka kita perhatikan bahwa sosok anak manusia dalam kitab Daniel itu menerima kuasa dan kemuliaan dari Yang Lanjut Usia. Kita dapat menyimpulkan bahwa Yang Lanjut Usia di dalam teks tersebut adalah sosok yang kita kenal sebagai Allah Bapa. Yang menarik adalah bahwa di sini kembali kita melihat suatu kesejajaran dalam hal Yesus menerima sesuatu dari Bapa-Nya. Baik dalam kitab Daniel, maupun dalam kitab Wahyu, Yesus adalah Pribadi yang menerima segala sesuatu dari Bapa-Nya. Yesus begitu taat, rendah hati dan setia menjalankan perintah Bapa. Ini adalah suatu teladan yang baik bagi kita, jika Yesus saja yang sendirinya adalah Allah mau menempatkan diri sebagai sosok yang diberi kuasa, kemuliaan dan karunia dari Bapa, mengapa kita yang hanya manusia biasa saja ingin senantiasa mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri?

Tinggi-Nya Yesus, mulia-Nya Yesus justru paling nyata terlihat dari cara bagaimana Ia telah merendahkan diri dan bahkan menerima penghinaan dengan rela.

Karunia wahyu yang diterima oleh Yesus dari Bapa-Nya bukanlah untuk disimpan oleh diri-Nya sendiri, melainkan - sebagaimana dapat kita Baca dalam kalimat itu – untuk dibagikan kepada para hamba Yesus. Jika kita termasuk orang yang memperhambakan diri kepada Yesus, maka wahyu ini adalah ditujukan kepada kita juga.

Perlu juga dicatat disini, bahwa salah satu ciri atau sifat dari Wahyu adalah yaitu bahwa wahyu itu tidak pernah dipegang oleh seseorang untuk disimpan, melainkan untuk dibagikan.

Yesus menerima dari Bapa, lalu membagikan kepada malaikat.
Malaikat menerima lalu membagikan kepada Yohanes.
Yohanes menerima lalu membagikan kepada ke tujuh jemaat.
Dan akhirnya, kita sebagai jemaat yang kini membaca wahyu, tidakkah wajar jika Allah juga menginginkan agar kita pun membagikan wahyu tersebut?

apa yang harus segera terjadi
Segala sesuatu yang dinyatakan dalam wahyu tersebut berisi tentang hal-hal yang harus segera terjadi, artinya, pembaca wahyu di zaman itu tentu berpikir bahwa semuanya akan terjadi di masa kehidupan mereka. Mereka tidak berpikir bahwa hal ini baru akan terjadi 2000 tahun lagi bukan?

Itu sebabnya, dalam membaca wahyu ini kita harus ingat bahwa wahyu ini bukan semata-mata ditujukan pada kita yang merasa hidup di zaman yang seolah-olah akan berakhir ini, melainkan justru pertama-tama kepada orang di zaman tersebut.

Para pembaca Wahyu adalah orang-orang yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan hebat, kitab Wahyu seharusnya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi mereka yaitu bahwa penderitaan mereka diperhatikan oleh Tuhan mereka dan bahwa ada kemuliaan dan kemenangan besar di balik penderitaan yang mereka alami tersebut.

(Untuk lebih lengkap Baca tulisan saya berjudul: “Waktunya sudah dekat”)

Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya
Malaikat memang seringkali menjadi utusan Allah.
Bagian ini mengingatkan kita keterkaitan serta keselarasan antara Wahyu dengan kitab Perjanjian Baru lainnya dan bahkan Perjanjian Lama.
Malaikat diutus menghibur Hagar
Malaikat diutus ke Sodom sebelum kota itu dihancurkan.
Malaikat diutus kepada Maria untuk memberitahukan kelahiran Yesus Kristus.
Malaikat menghibur Yesus di taman Getsemani.
Malaikat memberitahu para murid bahwa Yesus sudah bangkit.
Malaikat mengingatkan para murid bahwa Yesus yang naik ke sorga nantinya akan turun kembali ke dunia dalam kedatangan yang kedua.

Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. 
Patut diperhatikan disini adanya flow of information atau flow of revelation.
Bapa àYesus à Malaikat à Yohanes à Gereja
Semua yang menerima wahyu dari Bapa, tidak menyimpan wahyu itu untuk dirinya sendiri melainkan membagikanya kepada orang lain. Dan orang yang menerima itu pun kemudian menyampaikan lagi kepada yang lain.

Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya
Sebuah kesaksian haruslah berisi tentang apa yang diketahui atau apa yang telah dilihat oleh saksi itu sendiri. Seseorang harus pertama-tama melihat kebenaran di dalam Firman Allah itu sendiri, sebelum ia dapat memberikan kesaksian tentang firman Allah, Untuk dapat melihat kebenaran di dalam Firman Allah, seseorang harus membacanya, merenungkannya, mempercayainya.Banyak orang yang Baca namun tidak percaya. Namun banyak pula yang mengaku percaya tetapi tidak benar-benar membacanya. Dua-duanya salah.

Yang benar adalah yang membaca dan mempercayainya.
Dan wujud nyata dari mempercayai adalah dengan melakukan atau menghidupi Firman itu.

Berbahagialah
Tujuan utama dari wahyu ini memang adalah untuk menjadi sebuah berita penghiburan. Di harapkan orang yang membaca wahyu ini dapat merasakan suatu kebahagiaan.

ia yang membacakan
Membacakan saja sudah disebut sebagai orang yang bahagia, mengapa?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa membacakan wahyu saja sudah disebut bahagia:
Pertama adalah orang yang mau membacakan sudah pasti merupakan orang yang percaya.
Kedua, karena dengan membacakan berarti kita turut menyebarkan wahyu ini.
Ketiga, karena dengan membacakan kita juga jadi dapat mengetahui apa yang Tuhan kehendaki.

dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini,
Mendengarkan itu lebih tinggi kualitasnya dari mendengar.
Mendengarkan itu membutuhkan sebuah perhatian.
Orang yang mau mendengarkan wahyu ini berarti adalah orang yang percaya. Orang yang tidak percaya kepada Yesus tidak mungkin mau mendengarkan.

dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya
Di dalam wahyu ini ada banyak nasihat. Nasihat itu bukan berasal dari manusia melainkan dari Tuhan sendiri. Oleh karena itu menuruti apa yang tertulis di dalam Wahyu ini, merupakan suatu tindak ketaatan kita kepada Allah sendiri.

sebab waktunya sudah dekat.
(Untuk lebih lengkapnya, baca tulisan saya berjudul “Waktunya sudah dekat”)
Perhatikan bahwa kalimat peringatan mengenai waktu diulang hingga dua kali. Ada suatu sense of urgency di sini. Dan sekaligus mengingatkan kita di zaman modern ini untuk jangan berpikir bahwa wahyu ini semata-mata adalah pesan untuk masa depan. Wahyu adalah pesan yang relevan untuk masa Yohanes hidup, sekaligus juga pesan yang relevan untuk zaman sekarang.
Waktu itu bersifat relatif kejadian-kejadian yang ada di zaman Yohanes bukanlah ekslusif milik zaman itu saja, melainkan akan terus terjadi di sepanjang zaman hingga sekarang, sehingga kata-kata mengenai waktu yang sudah dekat itu akan senantiasa relevan hingga kini. Waktu yang sudah dekat itu merupakan pesan untuk senantiasa berjaga-jaga.

Pokok pikiran di dalam tulisan ini:
Penjelasan tentang Wahyu 1:1-3
Eksposisi singkat dari Wahyu 1:1-3
Apa yang dimaksud dengan Wahyu?
Apa yang dimaksud dengan Wahyu Kristus?
Penjelasan singkat dari Daniel 7:13 dan 14
Mengapa Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia?
Apakah Wahyu berbicara tentang waktu yang sudah dekat? Ataukah masih jauh?