Oleh: Izar Tirta
Bacaan:
Wahyu 1:1-3 1Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya
ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh
malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. 2
Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang
diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya. 3
Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat
ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah
dekat.
Inilah wahyu Yesus Kristus
Wahyu
sama artinya dengan penyataan. Penyataan sendiri berarti membuat menjadi nyata.
Segala sesuatu yang sebelumnya tertutup, tidak terlihat, tidak nyata (bukan
berarti tidak riil), tidak diketahui, kini dibuka, sehingga orang lain dapat
melihatnya serta mengetahuinya. Apa yang tadinya tertutup, kini disingkap
sehingga menjadi nyata bagi orang yang ingin mengetahuinya.
Wahyu
Yesus Kristus dapat kita artikan:
-
Bahwa
Wahyu itu berisi berita tentang
Yesus Kristus, atau
-
Bahwa
Wahyu itu dibukakan atau disampaikan oleh
Yesus Kristus.
Pemberitaan
Alkitab sepanjang Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru memang bertitik
pusat pada Yesus Kristus. Para Nabi, maupun para Rasul berkisah tentang Sang
Mesias yaitu Yesus Kristus itu sendiri. Tidak sedikit kisah-kisah dalam
Perjanjian Lama yang merupakan bayang-bayang dari Yesus Kristus sendiri. Dalam
kitab Wahyu yang menjadi inti pembahasan kita pun, kita akan mendapati bahwa
Yesus Kristus adalah pusat dari berita yang disampaikan. Yesus Kristus adalah
tokoh utama dari wahyu/penyataan tersebut.
Siapa
kah yang menjadi sumber dari wahyu Yesus Kristus?
Allah
Tritunggal adalah sumber dari wahyu itu sendiri. Sebab siapakah yang dapat
mengenal dan mengetahui segala sesuatu tentang Allah jika bukan Allah itu sendiri
bukan? Dalam Alkitab kita mendapati bahwa Allah Tritunggal secara aktif
menggerakkan para penulis untuk menceritakan tentang siapa Diri-Nya, apa yang
dikerjakan-Nya.
Dengan
kemampuannya sendiri, manusia tidak mungkin dapat mengenal Allah, karena manusia
adalah ciptaan sedangkan Allah ada Pencipta. Sebagai ciptaan, manusia memiliki
keterbatasan di dalam pengetahuan. Selain itu, manusia juga adalah makhluk yang
sudah jatuh ke dalam dosa, sehingga akal budi dan kemauannya sudah tidak
mungkin lagi dapat mengenal Allah. Oleh karena itu, penyataan akan Pribadi
Allah haruslah berasal dari inisiatif Allah sendiri dan kitab Wahyu yang kita
baca ini, berisi inisiatif tersebut.
yang dikaruniakan Allah kepada-Nya,
supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya
Yesus
Kristus di dalam konteks kalimat ini dilihat lebih dari sudut pandang diri-Nya
sebagai Penebus yang mewakili manusia berdosa yang ditebus-Nya. Oleh karena itu
di dalam Ordo-Nya, Yesus juga dilukiskan sebagai Dia yang menerima karunia
Wahyu itu dari Allah Bapa.
Kalimat
ini tidak perlu kita anggap sebagai penjelasan bahwa seolah-olah Yesus adalah
Allah yang lebih rendah dari Allah Bapa. Kalimat ini perlu kita pahami dan
lihat dari sudut pandang dimana Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia untuk
menjalankan sebuah tugas khusus sebagai Mesias. Dan di dalam tugas khusus itu,
Yesus menerima wahyu dari Bapa-Nya.
Dalam
Perjanjian Baru, kita juga telah diajar oleh Yesus yang senantiasa merendahkan
diri-Nya atau mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa sehingga seolah-olah
hidup-Nya pun bergantung kepada Bapa-Nya semata-mata.
Dalam
Perjanjian Lama, kita dapat melihat lukisan yang serupa dengan hal ini di dalam
Daniel 7 ayat 13 dan 14 ada tertulis:
(13) Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia;
datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. (14) Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan
kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku
bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal,
yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Penglihatan
Daniel akan sosok anak manusia itu, dapat kita simpulkan sebagai penglihatan
akan sosok Yesus Kristus di hadapan Bapa-Nya. Karena dari bagian-bagian lain
dari Alkitab kita dapat membaca bahwa hanya Yesus Kristuslah yang disebut
sebagai Seorang Raja yang kekuasaan-Nya kekal dan kerajaan-Nya tidak akan
musnah. Selain itu, kita tahu pula dari kitab Injil bahwa Yesus sering menyebut
diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia. Dapat dipastikan bahwa sosok anak
manusia seperti di dalam kitab Daniel inilah yang Yesus maksudkan tentang diri-Nya.
Hal ini sekaligus menyanggah anggapan banyak orang bahwa Yesus sendiri tidak
pernah mengakui diri-Nya sebagai Allah.
Apabila
kita perhatikan dalam ungkapan-ungkapan yang dituliskan oleh Daniel, maka kita
dapat melihat bahwa anak manusia di dalam gambaran tersebut bukanlah sembarang
anak manusia, melainkan anak manusia yang memiliki kuasa dan kedaulatan Ilahi.
Kita
dapat menduga bahwa pendengar Yesus dapat menghubungkan sebutan Anak Manusia
tersebut kepada sosok anak manusia yang diungkapkan dalam kitab Daniel.
Apabila
kita telusuri maka kita perhatikan bahwa sosok anak manusia dalam kitab Daniel
itu menerima kuasa dan kemuliaan dari Yang Lanjut Usia. Kita dapat menyimpulkan
bahwa Yang Lanjut Usia di dalam teks tersebut adalah sosok yang kita kenal
sebagai Allah Bapa. Yang menarik adalah bahwa di sini kembali kita melihat
suatu kesejajaran dalam hal Yesus menerima sesuatu dari Bapa-Nya. Baik dalam
kitab Daniel, maupun dalam kitab Wahyu, Yesus adalah Pribadi yang menerima
segala sesuatu dari Bapa-Nya. Yesus begitu taat, rendah hati dan setia
menjalankan perintah Bapa. Ini adalah suatu teladan yang baik bagi kita, jika
Yesus saja yang sendirinya adalah Allah mau menempatkan diri sebagai sosok yang
diberi kuasa, kemuliaan dan karunia dari Bapa, mengapa kita yang hanya manusia
biasa saja ingin senantiasa mencari kemuliaan bagi diri kita sendiri?
Tinggi-Nya
Yesus, mulia-Nya Yesus justru paling nyata terlihat dari cara bagaimana Ia
telah merendahkan diri dan bahkan menerima penghinaan dengan rela.
Karunia
wahyu yang diterima oleh Yesus dari Bapa-Nya bukanlah untuk disimpan oleh
diri-Nya sendiri, melainkan - sebagaimana dapat kita Baca dalam kalimat itu –
untuk dibagikan kepada para hamba Yesus. Jika kita termasuk orang yang
memperhambakan diri kepada Yesus, maka wahyu ini adalah ditujukan kepada kita
juga.
Perlu
juga dicatat disini, bahwa salah satu ciri atau sifat dari Wahyu adalah yaitu
bahwa wahyu itu tidak pernah dipegang oleh seseorang untuk disimpan, melainkan
untuk dibagikan.
Yesus
menerima dari Bapa, lalu membagikan kepada malaikat.
Malaikat
menerima lalu membagikan kepada Yohanes.
Yohanes
menerima lalu membagikan kepada ke tujuh jemaat.
Dan
akhirnya, kita sebagai jemaat yang kini membaca wahyu, tidakkah wajar jika
Allah juga menginginkan agar kita pun membagikan wahyu tersebut?
apa yang harus segera terjadi
Segala
sesuatu yang dinyatakan dalam wahyu tersebut berisi tentang hal-hal yang harus
segera terjadi, artinya, pembaca wahyu di zaman itu tentu berpikir bahwa
semuanya akan terjadi di masa kehidupan mereka. Mereka tidak berpikir bahwa hal
ini baru akan terjadi 2000 tahun lagi bukan?
Itu
sebabnya, dalam membaca wahyu ini kita harus ingat bahwa wahyu ini bukan
semata-mata ditujukan pada kita yang merasa hidup di zaman yang seolah-olah
akan berakhir ini, melainkan justru pertama-tama kepada orang di zaman
tersebut.
Para
pembaca Wahyu adalah orang-orang yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan
hebat, kitab Wahyu seharusnya menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi
mereka yaitu bahwa penderitaan mereka diperhatikan oleh Tuhan mereka dan bahwa
ada kemuliaan dan kemenangan besar di balik penderitaan yang mereka alami
tersebut.
(Untuk
lebih lengkap Baca tulisan saya berjudul: “Waktunya sudah dekat”)
Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya
Malaikat memang seringkali menjadi utusan Allah.
Bagian ini mengingatkan kita keterkaitan serta
keselarasan antara Wahyu dengan kitab Perjanjian Baru lainnya dan bahkan
Perjanjian Lama.
Malaikat diutus menghibur Hagar
Malaikat diutus ke Sodom sebelum kota itu dihancurkan.
Malaikat diutus kepada Maria untuk memberitahukan
kelahiran Yesus Kristus.
Malaikat menghibur Yesus di taman Getsemani.
Malaikat memberitahu para murid bahwa Yesus sudah
bangkit.
Malaikat mengingatkan para murid bahwa Yesus yang naik ke
sorga nantinya akan turun kembali ke dunia dalam kedatangan yang kedua.
Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes.
Patut
diperhatikan disini adanya flow of information atau flow of revelation.
Bapa
àYesus à Malaikat à Yohanes à Gereja
Semua
yang menerima wahyu dari Bapa, tidak menyimpan wahyu itu untuk dirinya sendiri
melainkan membagikanya kepada orang lain. Dan orang yang menerima itu pun
kemudian menyampaikan lagi kepada yang lain.
Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang
diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya
Sebuah kesaksian haruslah berisi tentang apa yang diketahui
atau apa yang telah dilihat oleh saksi itu sendiri. Seseorang harus
pertama-tama melihat kebenaran di dalam Firman Allah itu sendiri, sebelum ia
dapat memberikan kesaksian tentang firman Allah, Untuk dapat melihat kebenaran
di dalam Firman Allah, seseorang harus membacanya, merenungkannya,
mempercayainya.Banyak orang yang Baca namun tidak percaya. Namun banyak pula
yang mengaku percaya tetapi tidak benar-benar membacanya. Dua-duanya salah.
Yang benar adalah yang membaca dan mempercayainya.
Dan wujud nyata dari mempercayai adalah dengan melakukan
atau menghidupi Firman itu.
Berbahagialah
Tujuan utama dari wahyu ini memang adalah untuk menjadi
sebuah berita penghiburan. Di harapkan orang yang membaca wahyu ini dapat
merasakan suatu kebahagiaan.
ia yang membacakan
Membacakan saja sudah disebut sebagai orang yang bahagia,
mengapa?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa membacakan wahyu saja
sudah disebut bahagia:
Pertama adalah orang yang mau membacakan sudah pasti
merupakan orang yang percaya.
Kedua, karena dengan membacakan berarti kita turut
menyebarkan wahyu ini.
Ketiga, karena dengan membacakan kita juga jadi dapat
mengetahui apa yang Tuhan kehendaki.
dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini,
Mendengarkan itu lebih tinggi kualitasnya dari mendengar.
Mendengarkan itu membutuhkan sebuah perhatian.
Orang yang mau mendengarkan wahyu ini berarti adalah
orang yang percaya. Orang yang tidak percaya kepada Yesus tidak mungkin mau
mendengarkan.
dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya
Di dalam wahyu ini ada banyak nasihat. Nasihat itu bukan
berasal dari manusia melainkan dari Tuhan sendiri. Oleh karena itu menuruti apa
yang tertulis di dalam Wahyu ini, merupakan suatu tindak ketaatan kita kepada
Allah sendiri.
sebab waktunya sudah dekat.
(Untuk lebih lengkapnya, baca tulisan saya berjudul “Waktunya
sudah dekat”)
Perhatikan
bahwa kalimat peringatan mengenai waktu diulang hingga dua kali. Ada suatu sense of urgency di sini. Dan sekaligus
mengingatkan kita di zaman modern ini untuk jangan berpikir bahwa wahyu ini
semata-mata adalah pesan untuk masa depan. Wahyu adalah pesan yang relevan
untuk masa Yohanes hidup, sekaligus juga pesan yang relevan untuk zaman
sekarang.
Waktu
itu bersifat relatif kejadian-kejadian yang ada di zaman Yohanes bukanlah
ekslusif milik zaman itu saja, melainkan akan terus terjadi di sepanjang zaman
hingga sekarang, sehingga kata-kata mengenai waktu yang sudah dekat itu akan
senantiasa relevan hingga kini. Waktu yang sudah dekat itu merupakan pesan
untuk senantiasa berjaga-jaga.
Pokok pikiran di
dalam tulisan ini:
Penjelasan
tentang Wahyu 1:1-3
Eksposisi
singkat dari Wahyu 1:1-3
Apa
yang dimaksud dengan Wahyu?
Apa
yang dimaksud dengan Wahyu Kristus?
Penjelasan
singkat dari Daniel 7:13 dan 14
Mengapa
Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia?
Apakah Wahyu
berbicara tentang waktu yang sudah dekat? Ataukah masih jauh?