Eksposisi Surat 2 Petrus 2:1-22 tentang nabi-nabi dan guru-guru
palsu (bagian pertama)
Siapakah yang dimaksud dengan nabi palsu?
Dan siapakah pula yang dimaksud dengan guru palsu?
Apakah ciri-ciri dari para nabi dan guru palsu tersebut?
Mengapa nabi dan guru palsu itu berbahaya sekali?
Oleh: izar Tirta
Tulisan ini
merupakan bagian pertama dari sebuah Eksposisi terhadap Surat 2 Petrus 2:1-22
yang di dalam Alkitab LAI diberi judul perikop nabi-nabi dan guru-guru palsu. Karena
perikop itu sendiri cukup panjang, maka saya membaginya ke dalam dua bagian,
yaitu bagian pertama yang terdiri dari 2 Petrus 2 ayat 1 sampai ayat 11. Dan bagian kedua yang terdiri dari 2
Petrus 2 ayat 12 sampai ayat 22.
Melalui
tulisan ini kita dapat belajar dari rasul Petrus tentang betapa berbahayanya
kehadiran nabi dan guru palsu di tengah-tengah jemaat. Dengan membaca ini kita
diharapkan dapat lebih bijaksana, waspada dan menghindarkan diri dari pengaruh
nabi dan guru palsu itu, dan bahkan menghindarkan diri dari menjadi nabi dan
guru palsu bagi orang lain tanpa kita sadari.
2 Petrus 2:1 Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di
tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru
palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan,
bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan
jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
Sebagaimana nabi-nabi
palsu dahulu
Bukan hanya jaman Petrus saja nabi-nabi
palsu itu bermunculan, tetapi pada jaman sebelum Petrus pun sudah ada nabi-nabi
palsu. Dan kita bisa pastikan bahwa di setiap jaman pun akan ada nabi-nabi
palsu. Termasuk pada jaman kita sekarang ini.
BEBERAPA AYAT TENTANG NABI PALSU di dalam
Akitab adalah:
- 1 Raja-raja 22:12, nabi-nabi yang mengatakan bahwa raja akan beruntung, dan bahwa
Tuhan akan membawa kemenangan bagi raja.
- Yesaya 9:15, nabi pengajar dusta akan dikerat oleh Tuhan
- Yesaya 28:7, nabi palsu disamakan dengan orang yang pening karena anggur dan pusing karena arak.
- Yeremia 14:14 Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
- Yeremia 27:10 Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu dengan maksud menjauhkan kamu dari atas tanahmu, sehingga kamu Kucerai-beraikan dan menjadi binasa.
- Yehezkiel 13:3 Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang mengikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan.
- Zakharia 13:4 Pada waktu itu para nabi masing-masing akan mendapat malu oleh karena penglihatannya sebagai nabi, dan tidak ada lagi dari mereka yang mengenakan jubah berbulu untuk berbohong;
Melihat betapa maraknya kehadiran nabi
palsu di setiap jaman, sangat tidak bijaksana apabila kita tidak waspada pada
kehadiran mereka di jaman kita sekarang. Itu sebabnya nasihat Petrus ini akan
senantiasa relevan bagi kita hingga kapan pun. Banyak orang yang ingin menjadi
nabi. Yaitu orang menyampaikan suara yang seharusnya berasal dari Tuhan, tetapi ternyata bukan demikian.
Yang menjadikan hal ini berbahaya
adalah, bahwa nabi palsu pun ternyata punya pengikut. Artinya, berita mereka
dinilai cukup menarik untuk didengarkan, bahkan untuk diikuti. Ada sesuatu yang
mereka tawarkan yang sesuai dengan keinginan para pendengarnya. Dan dengan cara
tertentu, dan dalam arti tertentu, para pendengar pun merasa bahwa apa yang
mereka sampaikan adalah perkataan Tuhan. Betapa berbahayanya manipulasi semacam
ini.
Jika iblis datang dengan segala
ancamannya, atau dengan segala kengeriannya serta segala keganasannya, maka
mungkin banyak orang akan menjadi takut. Karena sebagai orang berdosa, orang
pun tidak mau diancam, tidak suka dengan hal yang mengerikan dan ganas. Tetapi
jika berbicara tentang hal-hal yang enak didengar seperti kemenangan,
kesuksesan, kekayaan, keberuntungan, maka sulit bagi manusia untuk menolaknya. Sebab
semua itu memang terlihat berguna untuk mengisi kekosongan jiwa manusia yang
sudah jatuh ke dalam dosa.
Tampil di tengah-tengah
umat Allah:
Nabi palsu itu tidak jauh dari kita. Mereka
ada di sekitar orang percaya. Sehingga berpotensi besar untuk mempengaruhi
kita. Itu sebabnya Rasul Petrus sangat bersungguh-sungguh dalam memperingatkan
jemaat.
Sebab tanpa upaya yang sungguh-sungguh
dari jemaat untuk berelasi dengan Tuhan melalui Firman-Nya. Maka jemaat
berpotensi besar untuk terjerat ke dalam ajaran para nabi palsu tersebut. Dan
hal tersebut dapat terlihat pula dalam kejadian sehari-hari.
Orang Kristen lebih suka dengan
orang-orang yang mengkhotbahkan humanisme, moralitas, pluralisme, kesuksesan,
keberuntungan, pencapaian manusia. Tetapi kepada orang-orang yang
sungguh-sungguh berkhotbah dari Alkitab tentang salib, tentang dosa, tentang
jalan keselamatan satu-satunya, tentang doktrin dasar Alkitab, tentang
penggalian dan perenungan Firman yang dalam, tidak banyak orang Kristen yang
menyukainya.
Demikian pula di antara
kamu tampil guru-guru palsu:
Ada kesan bahwa Petrus membedakan
antara nabi dan guru. Sangat mungkin nabi adalah orang yang menerima wahyu
khusus dari Allah lalu secara langsung menyampaikannya kepada umat Allah. Dan
hal itu mengacu pada jaman dimana proses penulisan Alkitab Perjanjian Lama
sedang berlangsung.
Sedangkan guru adalah orang yang
fungsinya mengajar jemaat berdasarkan segala sesuatu yang sudah tertulis dalam
Kitab Suci. Sebagaimana di jaman dahulu, orang bisa menyampaikan pesan yang
salah dari Allah. Demikian pula sekarang (di jaman Petrus) orang bisa
mengajarkan hal yang salah kepada jemaat, sekalipun mereka menggunakan Kitab
Suci yang sama.
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Rasul
Petrus sudah mengingatkan jemaat bahwa Kitab Suci memang tidak boleh
ditafsirkan menurut kehendak manusia sendiri. Manusia harus sungguh-sungguh
belajar, sungguh-sungguh menjadi murid. Manusia harus sungguh-sungguh
bergantung pada Roh Kudus. Agar mereka tidak keliru dalam mengajar sehingga
akhirnya menjadi guru palsu.
Menurut Paulus, guru-guru palsu ini
pasti akan muncul. Jemaat jangan tidak tahu bahwa hal seperti ini pasti akan
terjadi. Itu sebabnya, sebagaimana kita baca di Pasal 1, Rasul Petrus begitu
berusaha untuk mendorong jemaat agar berpaut kepada Firman.
Mereka akan memasukkan:
Entah karena sengaja, atau karena
tidak sengaja. Ada yang punya keyakinan tertentu, lalu dengan sungguh-sungguh
dan tulus mengajar orang lain. Padahal ternyata ajarannya salah, karena dia
sendiri kurang berusaha menambahkan kepada imannya itu pengetahuan. Meskipun
mereka tidak bermaksud jahat, tetapi mereka tetap saja bisa menyesatkan orang
lain.
Atau, ada juga yang memang sengaja
ingin menarik orang dari iman yang benar. Motivasi mereka bisa saja karena
kebencian, atau kekecewaan terhadap iman Kristen.
Pengajaran sesat yang
membinasakan:
Menurut Alkitab ternyata bukan hanya
virus, bukan hanya kecelakaan, atau bencana alam, atau binatang buas, atau
pembunuh berantai yang dapat membinasakan kita. Tetapi ajaran sesat pun dapat
membinasakan seorang manusia.
Sebagai orang Kristen, janganlah
sekali-sekali kita menganggap bahwa pengajaran Alkitab itu sebagai sesuatu yang
remeh, tidak penting, bahkan dinilai sangat negatif. Menurut Rasul Petrus,
orang Kristen perlu menambahkan pengetahuan kepada kebajikan dan menambahkan
kebajikan kepada iman. Dan hal tersebut diulang sekali lagi di dalam bagian
ini, bahwa pengajaran yang keliru itu berpotensi membawa seorang manusia
terjerumus ke dalam kebinasaan.
Bahkan mereka menyangkal
Penguasa yang menebus mereka:
Kata “Bahkan” memberi indikasi adanya
suatu peningkatan di dalam sebuah pernyataan. Jika sebelumnya diberitakan bahwa
guru palsu akan membawa ajaran yang sesat. Maka disini Rasul Petrus mengatakan
bahwa guru palsu akan terang-terangan mengajak orang untuk menyangkal Yesus
Kristus.
Hal ini dapat menjadi peringatan bagi
kita, yaitu ketika kita mulai mengabaikan ajaran Alkitab yang sehat. Jangan
kaget bahwa pada akhirnya kita akan masuk ke dalam penyangkalan-penyangkalan
yang lebih buruk daripada sebelumnya.
Penguasa yang menebus
mereka:
Rasul Petrus memakai istilah “Penguasa,”
sehingga penyangkalan manusia terhadap Yesus Kristus menjadi sebuah masalah
yang sangat serius. Mereka bukan berhadapan dengan orang awam. Juga bukan
gereja yang sedang mereka sangkali. Bahkan bukan pula rasul-rasul yang mereka
sangkal.
Tetapi yang mereka sangkali adalah
Penguasa di atas segala penguasa. Dan Penguasa yang dimaksudkan di sini juga
bukan penguasa yang tidak pernah berkorban apa-apa bagi manusia. Melainkan
Penguasa yang telah berkorban bagi kebaikan umat manusia. Termasuk manusia yang
telah menyangkali-Nya itu.
Dan dengan jalan
demikian segera mendatangkan kebinasaan bagi diri mereka:
Petrus mengingatkan konsekuensi
menakutkan yang sedang menantikan orang-orang yang menyangkal Yesus Kristus. Ada
kesan ke-segera-an di dalam kebinasaan yang datang merenggut jiwa mereka. Meskipun
Petrus sendiri mengalami apa artinya diampuni oleh Kristus, dan betapa indahnya
ketika diberi kesempatan kedua, tetapi Petrus tidak ingin jemaat bermain-main
dengan hal ini. Petrus lebih ingin agar jemaat berhati-hati pada konsekuensi
serius itu, ketimbang terlena oleh sikap santai, tidak waspada, terlalu
menggampangkan masalah dan lain sebagainya.
2 Petrus 2:2 Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka
yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.
Banyak orang:
Ini merupakan suatu kenyataan yang
menyedihkan. Pekerjaan guru-guru palsu ternyata tidak sia-sia. Pekerjaan
guru-guru palsu meskipun terkesan mengerikan dan sungguh merupakan kejahatan
yang serius, ternyata mempunyai daya tarik yang besar. Bukan kepada sekelompok
kecil manusia. Tetapi kepada sejumlah besar orang.
Akan mengikuti cara
hidup mereka:
Cara hidup seseorang mempunyai
kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun cara hidup
yang ditampilkan adalah cara hidup yang salah, dan bahkan jahat di mata Tuhan. Tetapi
karena banyak orang yang mengikuti, maka sangat berpotensi untuk membawa
semakin banyak lagi orang untuk mengikuti. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasul
Petrus.
Yang dikuasai hawa
nafsu:
Banyak orang mau mengikuti guru-guru
palsu karena mereka sendiri dari telah dikuasai oleh hawa nafsu. Yaitu hawa
nafsu untuk memberontak kepada Tuhan. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa ada
orang yang mau mengikuti guru palsu? Di sini Petrus menjelaskan, bahwa memang
orang-orang itu sendiri di dalam hatinya sudah dikuasai oleh hawa nafsu.
Dan karena mereka jalan
kebenaran akan dihujat:
Tindakan guru-guru palsu dan para
pengikut yang banyak itu akan membawa kerusakan yang besar. Bukan hanya
guru-gurunya. Tetapi juga para pengikutnya akan sama-sama bertanggungjawab.
Bahkan berdampak buruk pula kepada Jalan Kebenaran. Orang yang pada awalnya
bersimpati dan tertarik pada jalan kebenaran Pada akhirnya bisa turut menghujat
dan sama sekali tidak tertarik pada jalan kebenaran.
2 Petrus 2:3 Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu
akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol
mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan
kebinasaan tidak akan tertunda.
Dan karena serakahnya
guru palsu itu:
Serakah disini mengacu pada keinginan
untuk mendapatkan uang. Bahkan uang yang tidak seharusnya mereka miliki.
Akan berusaha (mencari
untung dari kamu):
Perhatikan bahwa ini adalah kontras
dari anjuran Petrus kepada jemaat. Dimana jemaat diminta untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh melakukan sesuatu terhadap iman
mereka. Sebab apabila mereka tidak sungguh-sungguh berusaha, maka mereka
sudah pasti kalah dengan para guru palsu, sebab guru palsu itu justru berusaha.
Sangat ironis apabila para guru palsu bisa berusaha untuk sesuatu yang jahat,
mengapa orang Kristen tidak berusaha untuk sesuatu yang baik?
Mencari untung dari
kamu:
Para guru palsu tidak memikirkan apa
manfaat pelayanan mereka bagi orang lain. Mereka tidak memikirkan “keuntungan”
orang lain. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana bisa menarik keuntungan dari
orang lain.
Dengan cerita-cerita
isapan jempol mereka:
Cerita apapun tentang Allah yang bukan
berasal dari tulisan para nabi dan rasul pasti merupakan cerita isapan jempol. Kebenaran
Ilahi hanya dapat kita temukan melalui Alkitab. Jika kita berusaha mengenal
Allah melalui sumber-sumber di luar Alkitab, maka kita dapat berisiko mengenal
Allah yang salah.
Untuk perbuatan itu:
Ada beberapa
hal yang dilakukan oleh guru palsu, yaitu:
-
Pengajaran
sesat.
-
Penyangkalan
terhadap Penguasa yang telah menebus.
-
Membawa
serta banyak orang mengikuti cara hidup mereka.
-
Memiliki
cara hidup yang dikuasai hawa nafsu.
-
Membuat
Jalan Kebenaran dihujat.
-
Serakah
yaitu mencari untung dari pengajaran berita palsu.
Hukuman telah lama
tersedia:
Tuhan bukan tidak melihat. Tuhan bukan
diam saja. Tetapi sudah menyediakan hukuman. Bahkan sejak lama sudah menyiapkan
hukuman tersebut.
Dan kebinasaan tidak
akan tertunda:
Kebinasaan adalah lawan kata dari
kehidupan. Semenjak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah sudah merencanakan
jalan untuk menyelamatkan manusia. Dan rencana-Nya itu bukan sekedar rencana,
yang tidak ada realisasinya.
Sebaliknya, rencana Allah itu sungguh
diwujudkan dalam Pribadi Yesus Kristus. Harga yang harus dibayar oleh Yesus
Kristus untuk menebus manusia bukanlah harga yang murah, melainkan dengan harga
tebusan yang sangat mahal, yaitu Nyawa-Nya sendiri.
Dari sisi Allah, sudah sedemikian
besar, sudah sedemikian serius upaya untuk memberi kehidupan kepada manusia
sebagai ganti dari kebinasaan. Sungguh amat disayangkan bahwa tidak semua orang
ternyata bisa menghargai karya keselamatan itu. Ada orang-orang yang menolak. Ada
orang-orang yang menentang. Bahkan ada orang yang dengan gigih mengajarkan
penyangkalan terhadap Kristus yang menebus itu. Tidak heran jika kebinasaan
tidak akan tertunda lagi.
2 Petrus 2:4 Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan
malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka
dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan
mereka sampai hari penghakiman;
Sebab Jikalau:
Istilah ini muncul di ayat 4, lalu
muncul lagi di ayat 5 “dan jikalau”, lalu muncul pula di ayat 6 “dan jikalau.”
Istilah-istilah tersebut menjadi suatu gaya penyampaikan komparasi sebab akibat.
Sebab jika A, maka akan B. Sebab musababnya dijelaskan dalam ayat 4 ini,
sedangkan akibatnya akan dijelaskan dalam ayat 9.
Allah tidak menyayangkan
malaikat yang berbuat dosa:
Sebab jika malaikat saja yang lebih
mulia daripada manusia, tidak disayangkan, artinya Allah tidak ragu-ragu untuk
membuang karena mereka berdosa. Maka apalagi manusia, yang tidak lebih mulia
daripada malaikat. Jika malaikat saja dihukum oleh Allah sebagai akibat dari
dosa, maka betapa lebihnya lagi manusia. Akan halnya guru-guru palsu ini,
bagaimana mungkin mereka tidak akan dibinasakan? Sedangkan Yesus Kristus
sebagai satu-satunya jalan keselamatan itu justru mereka sangkali?
Tetapi melemparkan
mereka ke neraka:
Berbeda dengan pandangan populer yang
menganggap bahwa iblis adalah penguasa neraka. Menurut Alkitab neraka adalah
tempat penghukuman bagi malaikat yang berdosa atau iblis. Iblis bukan menjadi
berkuasa di Neraka, melainkan disiksa oleh Allah karena mereka berdosa. Tidak
ada suatu tempat dimana Allah tidak berkuasa. Bahkan Neraka pun merupakan
daerah kekuasaan-Nya. Tidak ada makhluk berdosa yang luput dari hukuman. Bahkan
malaikat pun dihukum-Nya.
Menyerahkan ke dalam
gua-gua yang gelap:
Ini adalah kontras dari gambaran
tentang tahkta yang mulia. Di dalam gua, iblis diperangkap. Di dalam gelap,
iblis hilang dari pandangan. Ia bukan sosok terpandang. Ia bukan sosok yang
terlihat.
Di dalam dunia yang berdosa, ada
kalanya kita melihat manusia memuja iblis. Mereka menyangka iblis itu mempunyai
takhta, ternyata iblis ada di dalam gua. Mereka menyangka iblis itu berkuasa,
ternyata justru sedang diperangkap. Mereka menyangka iblis itu mulia, ternyata
iblis itu tidak terlihat, tidak terpandang dan tenggelam di dalam kegelapan.
Untuk menyimpan mereka
sampai hari penghakiman:
Sekali lagi merupakan gambaran dari
ketidakberdayaan. Mereka disimpan di dalam gua oleh Allah. Jangankan memiliki
kuasa yang besar, untuk keluar dari gua atas kemauan mereka sendiri pun mereka
tidak sanggup. Dan masa depan mereka adalah penghakiman.
2 Petrus 2:5 dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia
purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh
orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik;
Dan jikalau:
Merupakan gaya bahasa perbandingan. Jika
A, maka B. Bukan gaya bahasa pengandaian. Seandainya saja A, maka B. Sebab
kalimat berikutnya adalah sesuatu yang benar-benar sudah terjadi. Bukan sesuatu
yang seandainya saja terjadi.
Allah tidak menyayangkan
dunia purba:
Sekali lagi ini merupakan kalimat yang
ironis. Allah adalah Pribadi Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Tetapi dalam
kalimat sebelumnya, Allah tidak menyayangkan malaikat. Meskipun malaikat itu
indah dan mulia. Dan dalam kalimat ini, Allah tidak menyayangkan dunia purba. Meskipun
dunia purba itu dikatakan sungguh amat baik.
Tetapi hanya
menyelamatkan Nuh:
Nuh adalah bagian dari dunia purba. Yang
tidak turut dihancurkan oleh penghakiman Allah atas dosa. Selain Nuh dan
keluarganya, semua dihancurkan oleh Tuhan. Sebagian besar manusia, sebagian
besar hewan dan sebagian besar ciptaan yang lain, binasa atau rusak oleh air
bah, sebagai akibat dari dosa-dosa manusia.
Pemberita kebenaran itu:
Menurut Petrus, identitas orang yang
diselamatkan oleh Allah adalah seorang pemberita kebenaran. Tentu kita tidak
dapat mengatakan bahwa karena Nuh memberitakan kebenaran maka ia diselamatkan,
tetapi yang benar adalah, ciri-ciri dari orang yang diselamatkan oleh Allah
adalah bahwa orang itu, yaitu Nuh, diberi anugerah untuk memberitakan
kebenaran. Nuh sebagai pemberita kebenaran yang diselamatkan. Dibandingkan
dengan malaikat, dunia purba yang berdosa dan tidak diselamatkan,
Dengan tujuh orang lain:
Nuh bukan satu-satunya yang diselamatkan
oleh anugerah Tuhan, melainkan ada tujuh orang lainnya. Memang jumlahnya
minoritas, tetapi bukan hanya satu orang.
Ketika Ia mendatangkan
air bah atas dunia orang fasik:
Air bah itu bukan fenomena alam yang
terjadi secara kebetulan., sebagaimana gua yang gelap dipakai Allah untuk
memenjarakan malaikat yang berdosa. Demikian juga air bah dipakai Allah untuk
menghukum manusia yang berdosa.
Allah berkuasa memakai apa saja untuk
menyatakan kekudusan-Nya. Allah sungguh-sungguh serius dalam membenci dosa. Sehingga
bersedia melakukan apa saja, termasuk melakukan perbuatan yang terkesan
bertolak belakang dari sifat yang penuh kasih.
Allah yang penuh kasih sayang bisa
tidak menyayangkan malaikat, karena dosa. Allah yang penuh kasih sayang bisa
tidak menyayangkan dunia yang Ia ciptakan dengan sangat baik itu, juga karena
dosa. Di dalam keterbatasan kita, kasih itu seolah-olah merupakan sesuatu yang
tidak mungkin bersamaan dengan tindakan penghancuran.
Tetapi dari Alkitab kita belajar bahwa
di dalam kasih Allah itu termasuk pula tindakan penghancuran atas dunia yang
berdosa. Tanpa Kristus yang menjadi pengantara, maka tidak mungkin ada jalan
keluar bagi dunia yang berdosa ini.
2 Petrus 2:6 dan
jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan
demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang
hidup fasik di masa-masa kemudian,
Dan jikalau Allah:
Sekali lagi kita lihat
di sini Petrus membuat perbandingan antara apa yang Allah pernah lakukan, sebagai
suatu dasar bagi argumentasi bahwa Allah akan melakukan lagi hal yang serupa di
masa kini atau di masa yang akan datang.
Membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api:
Gambaran yang
disajikan Petrus ini kembali terlihat berbeda dengan gambaran yang tidak
lengkap dari orang Kristen masa kini tentang kasih Allah yang seolah-olah taboo
untuk menjatuhkan hukuman. Petrus mengingatkan kita bahwa Allah yang penuh
kasih itu dapat membinasakan dua buah kota. Dan hal itu bukan sekedar ancaman
kosong belaka, melainkan sesuatu yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Istilah api yang
dipakai di sini memang merupakan instrumen yang khas dikaitkan dengan penyucian
atau pemurnian atau bahkan alat penghakiman terhadap umat manusia.
Dengan demikian memusnahkannya:
Murka Allah bukan saja
membawa pada kebinasaan bagi orang-orang yang melakukan, melainkan juga membawa
kepada kemusnahan, artinya tidak ada kesempatan bagi siapapun yang sudah
dimusnahkan untuk bangkit kembali.
Kita tahu bahwa pada
zaman kini atau zaman kapanpun, kejahatan masih selalu saja dapat muncul
kembali dalam segala bentuknya. Akan tetapi kemusnahan kota Sodom menjadi
contoh atau cicipan awal dari kemusnahan kekal yang Tuhan timpakan kepada
orang-orang yang menentang Dia dan tidak hidup sesuai dengan Hukum-Hukum-Nya.
dan menjadikannya suatu peringatan:
Di dalam kitab Wahyu
ada gambaran tentang sangkakala dan cawan murka. Artinya, ketika Tuhan akan
menjatuhkan hukuman, Tuhan terlebih dahulu memberi peringatan. Apabila ada
pertobatan dari sisi manusia, maka Tuhan juga akan memberi pengampunan. Contoh
paling terkenal untuk hal ini misalnya dapat kita temui dalam kisah Yunus dan
kota Niniwe.
Tetapi apabila manusia
tidak menunjukkan pertobatan, maka Tuhan pun akan menuangkan cawan murka-Nya,
sebagaimana yang terjadi di Sodom dan Gomora. Selanjutnya kehancuran Sodom ini
dipakai Tuhan sebagai peringatan bagi yang lain, yaitu bahwa Allah yang penuh
kasih pun tidak segan-segan bertindak tegas terhadap apapun yang dapat menodai
kesucian-Nya.
Untuk mereka yang hidup fasik di masa kemudian
Dalam konteks ini
menurut Petrus adalah nabi palsu dan guru palsu.
2 Petrus 2:7 tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang
benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak
mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja,
Tetapi Ia menyelamatkan
Lot:
Allah menyelamatkan Lot. Dibandingkan
seluruh Sodom, Lot bukan siapa-siapa, hanya jumlah kecil manusia dibandingkan
seluruh kota. Tetapi mata Allah tidak luput dari melihat Lot. Oleh karena itu,
kita tidak perlu khawatir mata Allah tidak bisa melihat kita. Keberdosaan orang
disekeliling kita, tidak akan menjadi penghalang bagi Tuhan untuk melihat
orang-orang pilihan yang akan diselamatkan-Nya.
Orang yang benar:
Kita memang senantiasa diajar bahwa
tidak ada orang benar pada dirinya sendiri. Semua orang adalah insan yang
berdosa di hadapan Allah. Dan ajaran itu benar adanya. Akan tetapi Alkitab juga
mengajarkan bahwa ada orang-orang pilihan yang hidup dalam kebenaran. Inipun
adalah fakta Alkitabiah.
Orang-orang Sodom adalah orang
berdosa. Lot pun adalah orang yang berdosa. Tetapi anugerah Tuhan atas Lot
bukan sesuatu yang sama sekali tidak terlihat. Anugerah Tuhan atas Lot bukan
sesuatu yang sama sekali tidak membuat perbedaan. Dan Tuhan tidak luput
melihat, manakah orang-orang yang setelah mendapat anugerah kemudian
menjalankan kehidupan yang berbeda dengan orang lain. Tuhan tidak akan salah
menilai, atau gagal dalam membedakan, mana orang benar, mana orang yang tidak
benar.
Yang terus menerus
menderita:
Satu di antara sekian banyak ciri-ciri
dari orang benar adalah bahwa mereka menderita. Mengapa? Sebab dunia ini adalah
dunia yang sedang menuju kebinasaan. Cara hidup dunia pasti sangat berbeda
dengan cara hidup orang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan. Oleh karena itu,
kebenaran yang Tuhan anugerahkan pada seorang manusia pasti akan berbenturan
dengan ketidakbenaran yang ada di dalam dunia.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa
ciri dari orang yang sudah menerima kebenaran Allah adalah bahwa orang itu akan
menderita di tengah-tengah dunia. Karena cara hidup orang itu pasti akan
berbenturan dengan cara hidup dunia.
Oleh cara hidup:
Kita terutama dibuat menderita oleh
cara hidup seseorang. Perbuatan seseorang itulah yang memberi dampak bagi orang
lain. Entah dampak yang baik, atau seperti dalam konteks ini, dampak yang
buruk.
Orang-orang yang tak
mengenal hukum
Hukum Allah sangat penting. Orang yang
cara hidupnya tidak sesuai dengan hukum Allah, pasti merupakan orang yang akan
dibuang oleh Tuhan. Orang yang diselamatkan adalah orang yang percaya kepada
Yesus Kristus. Tetapi jangan lupa, ciri dari orang yang percaya kepada Yesus
Kristus adalah orang taat kepada Hukum Ilahi. Mereka tidak melihat Hukum Ilahi
sebagai sebuah pengekangan dari kehidupan. Melainkan justru sebagai jalan
kebebasan. Yohanes 8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Mereka tidak melakukan Hukum dengan
keterpaksaan. Melainkan justru dengan sukacita. Mazmur
1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat
TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Dan hanya mengikuti hawa
nafsu mereka saja
Tidak ada macam-macam kategori manusia
di hadapan Hukum Ilahi. Hanya ada dua kategori saja, yaitu orang yang arah
hidupnya mengikuti Hukum Allah, atau orang yang arah hidupnya mengikuti hawa
nafsu saja. Tidak ada kategori di tengah-tengah, atau abstain. Tidak ambil
posisi ke sana tapi tidak juga ambil posisi ke sini alias netral. Bahkan
setelah kematian pun manusia hanya diperhadapkan pada dua pilihan saja. Sorga
atau Neraka, tidak ada kondisi di tengah-tengah.
2 Petrus 2:8
sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari
melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga
jiwanya yang benar itu tersiksa
Orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka:
Pada
kenyataannya kita memang tidak mungkin berada dalam situasi yang steril. Selama
kita masih tinggal di dunia, kita akan selalu dikelilingi oleh orang yang tidak
percaya. Bahkan sekalipun kita saat ini ada di tengah keluarga yang percaya Atau
bahkan lingkungan yang percaya. Tuhan tetap akan memangil dan mengutus kita ke
tengah dunia yang tidak percaya, seperti domba yang diutus ke tengah serigala.
Setiap hari melihat dan mendengar perbuatan yang
jahat:
Kita
juga tidak mungkin terhindar dari melihat dan mendengar kejahatan manusia. Sama
seperti Allah pun tidak menghindarkan diri dari hal tersebut. Yang terpenting
adalah agar kita tidak turut ambil bagian dalam apa yang kita lihat dan dengar.
Sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa:
Meskipun
kita tidak dipanggil untuk dengan sengaja mencari keadaan tersiksa, Tetapi
merupakan hal yang natural bagi orang benar apabila mereka mengalami keadaan
yang tersiksa. Justru itu menjadi salah satu tanda kesejatian dari orang benar
tersebut.
2 Petrus 2:9
maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari
pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari
penghakiman,
Maka nyata:
Di
Surat 2 Petrus pasal yang ke dua ini, kita mendapati bahwa Petrus sedang
berargumentasi tentang adanya guru palsu yang menyangkal Kristus.
Guru
palsu itu: ada di tengah jemaat, dikuasai hawa nafsu, mengakibatkan jakan
kebenaran dihujat, berusaha mencari untung melalui kisah isapan jempol. Dan
agaknya mereka tidak percaya bahwa Allah akan menghukum atau menghakimi
manusia. Itu sebabnya Petrus memaparkan bukti-bukti Alkitab bahwa penghakiman
Allah itu nyata terhadap malaikat yang berdosa, orang-orang berdosa di jaman
Nuh, orang berdosa di jaman Lot.
Dan
sementara penghakiman diberikan di jaman Nuh, tetap ada sekelompok kecil orang
yang diselamatkan. Dan sementara penghakiman dijatuhkan di atas Sodom, tetap
ada sekelompok kecil orang yang diselamatkan. Sehingga Petrus pada bagian ini menganggap
adalah sebuah kenyataan yang tak dapat ditolak bahwa Allah adalah Pribadi yang
pasti akan menghakimi dunia. Tetapi juga tetap akan menyelamatkan dunia ini.
Tuhan tahu menyelamatkan orang saleh:
Tuhan
tidak kehilangan pandangan terhadap orang saleh, meskipun jumlahnya sedikit
dibanding orang yang tidak saleh. Tuhan tahu pasti dimana orang saleh itu ada. Hal
ini untuk menentang anggapan bahwa Tuhan tidak peduli.
Selain
itu, Tuhan bukan hanya tahu, tetapi Tuhan juga mampu dan mau menyelamatkan
orang yang harus diselamatkan. Hal ini untuk menentang anggapan bahwa Tuhan itu
tidak mampu.
Menurut
Petrus, Tuhan itu tahu, Ia peduli, dan Ia mampu menyelamatkan manusia. Namun
dalam bijaksana-Nya, Tuhan menetapkan sendiri kapan penghakiman akan dijatuhkan.
Melalui cara apa penghakiman itu dijatuhkan? Siapa saja yang akan terkena? Dan
siapa saja yang akan terluput? Semua itu ada di dalam penetapan Tuhan. Bukan
manusia yang punya kuasa untuk menentukan. Oleh karena itu juga bukan manusia
yang berhak menilai. Posisi manusia adalah sebagai objek yang diselamatkan atau
dihakimi.
Orang saleh dari pencobaan:
Orang
saleh tidak steril dari pencobaan. Kita diajar untuk berdoa agar Tuhan tidak
memasukkan kita ke dalam pencobaan. Untuk menyadarkan diri kita akan kelemahan
kita sebagai manusia. Meskipun demikian, kita harus ingat bahwa pencobaan
terhadap manusia adalah sesuatu yang riil.
Petrus
mengingatkan kita bahwa Allah yang mengizinkan manusia masuk ke dalam pencobaan,
adalah Allah yang juga berkuasa menyelamatkan orang saleh dari pencobaan. Sehingga
sekalipun ia jatuh, tidak sampai tergeletak.
Penekanan
disini adalah bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang saleh. Ia memperhatikan, Ia
tahu dimana batasnya dan Ia tahu kapan waktu untuk memyelamatkan. Manusia tidak
tahu, oleh karena itu kita tidak boleh mencobai orang lain. Diri kita sendiri
pun tidak tahu, oleh karena itu kita jangan terlalu yakin dalam menilai
kemampuan diri sendiri dalam menangani pencobaan.
Dan tahu menyimpan orang-orang jahat:
Tuhan
bukan hanya tahu siapa yang melakukan kebenaran, Tuhan juga tahu siapa-siapa
saja orang yang jahat. Dan Tuhan tidak akan meluputkan orang yang melawan-Nya
dari hukuman.
Kata”menyimpan”
merupakan istilah yang menakutkan. Ada aspek waktu yang tidak segera di dalam
kata tersebut. Artinya, Tuhan tidak segera menghukum orang-orang jahat itu, melainkan
membiarkan mereka di dalam kejahatan itu untuk suatu kurun waktu tertentu. Sebelum
pada akhirnya menjatuhkan penghukuman atas kejahatan mereka.
Fakta
bahwa ada orang jahat di dunia ini yang masih hidup bebas, bahkan makmur
sejahtera saat ini jangan dilihat sebagai ketidakpedulian Allah. Dalam
bijaksana-Nya, Allah menunda dan menyimpan murka-Nya untuk waktu yang Ia
tentukan sendiri.
Untuk disiksa pada hari penghakiman:
Orang
jahat dibiarkan oleh Tuhan di dunia ini, karena ada waktunya bagi mereka untuk
berhadapan dengan Tuhan. Jika tiba waktunya maka mereka akan disiksa. Hari itu
adalah hari penghakiman.
2 Petrus 2:10
terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan
diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh,
sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan,
Terutama:
Berbicara
tentang karakteristik dari orang-orang yang paling akan terdampak oleh siksaan
Tuhan pada hari penghakiman tersebut. Orang seperti ini pasti akan dihukum,
bukan sekedar kemungkinan lagi, tetapi merupakan kepastian.
Mereka yang menuruti hawa nafsunya:
Mereka
yang hidup sesuai dengan natur kedagingan yang berdosa. Mereka yang hidup
semata-mata untuk memuaskan selera kedagingannya. Nafsu di dalam bagian ini
dapat dipahami sebagai hasrat akan ketidakmurnian (lust of uncleanness),
atau kesenangan yang sudah tercemar (polluted pleasure). Dapat pula
dibaca sebagai orang yang berjalan menurut natur dagingnya saja.
Orang
seperti itu, dapat diumpamakan seperti binatang buas yang melakukan pembunuhan
secara insting saja, tanpa ada pertimbangan moral apalagi spiritual. Semua
tindakan yang dilakukan hanya didasarkan pada pertimbangan duniawi saja, tidak
ada pertimbangan spiritual, atau pun perspektif Ilahi. Bahkan dalam hal ini,
pertimbangan kedagingan yang bersifat asing atau aneh atau tidak lazim.
Misalnya,
keinginan untuk memiliki suatu benda dapat dikategorikan sebagai nafsu
kedagingan. Tetapi hal itu masih bisa masuk kategori normal jika dicapai dengan
cara normal, melalui kerja keras misalnya. Keinginan daging yang bersifat
asing, strange fless (Yakobus 1:7), adalah ketika orang menginginkan
sesuatu benda dengan cara mencuri, atau merampok, bahkan hingga membunuh.
“Hawa
nafsu” atau the lust of the fless mengacu pada penyebab (the cause)
atau awal mula dimana segala tindakan kedagingan itu bersemi (spring up).
Karena ingin mencemarkan diri:
Hal
ini mengacu pada keputusan hati sendiri atau
menunjukkan kerelaan untuk melakukan apa yang cemar. Apabila manusia
diserahkan kepada keinginan hatinya sendiri maka yang muncul memang adalah
kecemaran, bukan kesucian.
Dan yang menghina pemerintahan Allah
Meskipun
tidak terlihat, tetapi pemerintahan Allah adalah sesuatu yang nyata. Setiap
manusia perlu menyadari bahwa Allah adalah pemerintah yang sejati.
Mereka berani dan angkuh:
Keberanian
adalah suatu sifat yang bisa positif tetapi juga bisa negatif. Berani terhadap
Allah bukanlah sikap yang baik, apalagi keberanian yang disertai keangkuhan. Sikap
seperti itu justru tanda orang yang akan binasa.
Sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan:
Keberanian
yang salah membawa manusia kepada penghujatan. Orang yang mengenal kemuliaan
Allah justru akan merasa segan dan takut kepada Allah. Dan rasa segan dan takut
itu akan membawa pada puji-pujian kepada Allah.
2 Petrus 2:11 padahal malaikat-malaikat sendiri,
yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai
kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di
hadapan Allah.
Malaikat lebih kuat dan lebih berkuasa dari manusia:
Dalam
kebutaannya, manusia ingin menghina pemerintahan Allah. Artinya, manusia
melihat dirinya sedemikian tinggi, dan menganggap Allah sedemikian rendah. Padahal
dalam kenyataannya, jangankan dibandingkan dengan Allah, dibandingkan dengan
malaikat pun manusia kalah kuat dan kalah berkuasa. Jangankan menghina Allah,
menghina malaikat pun manusia tidak pantas.
Tidak memakai kata-kata hujat:
Mengacu
pada kata-kata yang kasar, kata-kata yang menghina dan merendahkan. Atau kata-kata
yang lahir dari kebencian.
Kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka
Manusia
yang tidak kuat dan tidak berkuasa, malah menghujat Allah yang Mahakuasa. Sementara
malaikat yang lebih kuat dan lebih berkuasa dari manusia serta lebih berhak
untuk menghujat manusia karena manusia lebih rendah dan jahat, malahan tidak
melakukan hal itu kepada manusia.
Ini
merupakan ironi yang sangat besar dari manusia yang berdosa. Itu sebabnya
sangat wajar jika manusia dituntut oleh hukuman Ilahi. Dan sangat beralasan
jika malaikat yang menuntut hukuman terhadap manusia di hadapan Allah.
Di hadapan Allah:
Pribadi
yang dihujat itu adalah Pribadi yang punya kuasa tertinggi untuk menjatuhkan
hukuman.
Penutup untuk bagian
pertama Surat 2 Petrus 2:1-11
Pada
ayat 1 kita melihat kalimat yang mengindikasikan betapa para nabi palsu dan
guru palsu itu menyangkal Penguasa dan Penebus mereka. Sedangkan pada ayat 10
kita membaca bagaimana mereka menghina pemerintahan Allah dan menghujat
kemuliaan Tuhan. Sedemikian buruknya kejahatan para nabi dan guru palsu itu
sehingga Petrus membandingkan secara kontras perbuatan jahat itu dengan
perbuatan baik para malaikat yang bahkan tidak menghujat pendosa di hadapan
Allah.
Dalam bagian berikutnya kita akan melihat apa
yang akan Allah lakukan terhadap para nabi dan para guru palsu ini.