Wednesday, May 24, 2023

Apa yang dimaksud dengan pemberitaan tentang salib?


Salib merupakan lambang atau simbol yang sangat penting di dalam iman Kristen. Sebab seluruh Alkitab bercerita atau menuju pada puncak cerita yang berpusat pada Yesus Kristus. Dan puncak dari kehidupan Tuhan Yesus sendiri adalah ketika Ia dipermuliakan di atas kayu salib. Sebagai orang Kristen kita tidak seharusnya berhenti pada budaya memakai simbol-simbol salib saja, entah sebagai kalung atau sebagai hiasan dinding rumah. Tanpa mencoba untuk mengerti lebih dalam arti dari salib, dan bahkan mengikuti panggilan Tuhan Yesus pada kita untuk turut memikul salib bersama Dia.

 

Buku "Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus"
Klik disini.

Di dalam sejarah, Tuhan Yesus bukan satu-satunya orang yang pernah disalibkan. Bahkan pada hari yang sama ketika Tuhan disalibkan, ada dua orang lain yang juga disalibkan bersama dengan Dia. Tetapi hanya Yesus Kristus, Tuhan kita sajalah, satu-satunya Pribadi yang disalibkan bukan karena Ia bersalah, tetapi karena Ia menebus kesalahan orang lain. Ada arti yang berbeda di balik peristiwa penyaliban Tuhan Yesus yang tidak dimiliki oleh siapapun di sepanjang sejarah dunia.

Di dalam kehidupan dan pengajaran-Nya, baik sebelum maupun setelah disalibkan, Tuhan Yesus meminta murid-Nya dan semua orang yang mau menjadi murid-Nya, untuk turut memikul salib seperti Dia. Tuhan Yesus berkata: Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. (Matius 10:38).

Ayat yang diambil dari Injil Matius di atas, sungguh suatu perkataan yang serius serta tidak dapat dianggap remeh, bukan? Kalimat Tuhan Yesus tidak memberikan banyak pilihan bagi manusia untuk dikatakan layak atau tidak layak di hadapan-Nya. Tentu saja hal ini bukan berarti keselamatan kita didasarkan pada keberhasilan dari usaha kita dalam memikul salib. Kalimat Tuhan Yesus ini seharusnya dimengerti sebagai tanda kesejatian iman, yaitu hal apakah yang seharusnya ada di dalam diri seseorang yang sudah diselamatkan. Memikul salib, dalam hal ini, adalah tanda dari anugerah sejati yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Ciri dari orang yang sudah diselamatkan adalah kerelaannya untuk menerima dan memikul salib yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Berita salib memiliki kedekatan dengan penderitaan, kesulitan dan bahkan kematian. Dalam tulisan singkat ini kita mencoba merenungkan apakah saja yang dapat kita kategorikan sebagai memikul salib Kristus dan hal apa saja yang bukan merupakan salib, sekalipun di dalamnya ada penderitaan.


Beberapa contoh dari penderitaan yang merupakan salib dari Tuhan

Contoh Penderitaan Salib yang Pertama

Ketika seseorang merelakan diri mengalami kematian, demi berkorban bagi orang lain, karena hal itu diinginkan oleh Tuhan, meskipun kita sendiri tidak mudah menanggungnya dan meskipun kita sendiri punya pilihan untuk pergi dari situasi tersebut.

Orang seperti ini memusatkan hidupnya pada keinginan dan rencana Tuhan, bukan keinginan dan rencananya pribadi. Tuhan Yesus adalah contoh yang sempurna dari orang yang memikul salib yang diberikan Allah Bapa kepada-Nya. Meskipun tidak ada kewajiban bagi-Nya untuk mati bagi orang lain, yaitu dalam rangka menebus manusia, Tuhan Yesus merelakan hati-Nya untuk menerima konsekuensi dari perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia tersebut. Dengan rela Ia memikul salib bahkan hingga mengalami kematian di atas kayu salib. Hal ini dilakukan karena sudah menjadi kehendak dari Sang Bapa untuk menyelamatkan dunia. 

Alkitab memberi kesaksian mengenai begitu besarnya kasih Allah kepada dunia ini, sehingga setelah jatuh ke dalam dosa pun Allah Bapa tidak bersegera untuk memusnahkannya. Sebaliknya, Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk mati menebus dosa manusia. Dan sebagai Anak yang diutus oleh Bapa untuk menebus dosa, Tuhan Yesus rela menanggung segala penderitaan tersebut.

Memikul salib seperti ini merupakan kejadian yang dialami oleh Tuhan Yesus dan para martir. Tidak semua orang Kristen diberi anugerah untuk sampai pada titii ini di dalam kehidupan mereka.


Contoh Penderitaan Salib yang Kedua

Ketika seseorang harus menangung kehidupan yang sulit, semata-mata karena ia mau setia mengikuti pimpinan Tuhan

Dalam arti yang sempit, berita salib memang berisi tentang peristiwa yang secara spesifik dialami oleh Tuhan Yesus di atas bukit Golgota. Ketika paku-paku menembusi tangan dan kaki-Nya, ketika mahkota duri ditancapkan pada kepala-Nya, ketika Tuhan tergantung selama berjam-jam dalam penderitaan hingga ajal-Nya tiba, pada saat itulah peristiwa penyaliban sedang berlangsung. 

Tetapi dalam arti yang luas, berita salib adalah tentang keseluruhan hidup Tuhan Yesus dari sejak lahir sebagai  bayi hingga menemui kematian di atas salib. Sebab sejak bayipun Tuhan Yesus sudah menanggung perendahan serta senantiasa ada di bawah bayang-bayang kematian.

Sekalipun Tuhan Yesus bisa saja datang ke dunia dalam keadaan sudah dewasa, tetapi kita tahu bahwa Tuhan Yesus memilih untuk menjadi bayi. Berita salib dalam arti yang luas adalah suatu kerelaan untuk menanggalkan segala kekuatan dan membiarkan diri sendiri dalam keadaan yang rapuh, lemah, mudah diserang, mudah disakiti, mudah disalahpahami.

Berita salib dakam arti luas adalah ketika seseorang merelakan hatinya untuk dipimpin Tuhan masuk ke dalam kehidupan yang sulit, tidak semarak, tidak ideal, disalapahami, namun tetap melakukan panggilan Tuhan itu dengan setia.

Tuhan Yesus menanggalkan segala kemuliaan-Nya sebagai Pencipta dan menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai milik yang tidak harus dipertahankan. Dengan rela Ia memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus untuk masuk ke dalam rahim Maria dan dilahirkan sebagai bayi manusia.

Dalam keadaan-Nya sebagai bayi, tentu saja Tuhan Yesus sangat rapuh. Ia membiarkan Bapa-Nya yang memutuskan bagi Dia tentang apa yang harus terjadi. Lahir di kandang, di tengah keluarga yang miskin, di bawah ancaman pembunuhan Herodes, dilarikan ke Mesir, bertumbuh di sebuah desa kecil yang miskin dan bekerja dengan tangan-Nya sebagai tukang kayu. Perendahan hidup secara sosial di hadapan semua orang adalah salah satu aspek dari berita salib, dan hal ini mungkin justru lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Tidak semua orang Kristen diberi anugerah untuk menjadi martir, tetapi anugerah perendahan seperti yang harus dijalani oleh Tuhan Yesus sesungguhnya dapat terjadi pada siapa saja.

Secara insting yang berdosa, kita cenderung untuk lebih ingin dipermuliakan, disegani, dikagumi, diterima, dihormati oleh lain, tetapi jika kita melihat kepada Kristus, kita akan mendapati bahwa kehidupan Tuhan Yesus selama di dunia itu jauh dari kesan dipermuliakan, disegani dan dikagumi tadi. 

Hanya segelintir orang saja yang menemukan kemuliaan yang sejatu yang ada di dalam diri Yesus Kristus. Jauh lebih banyak orang yang salah paham, tidak suka dan bahkan sangat membenci Tuhan Yesus. Serangan dan sikap tidak percaya itu datang dari berbagai kalangan, mulai dari orang Farisi, ahli Taurat, pemerintah, masyarakat Yahudi, bahkan kaum keluarga-Nya sendiri pun tidak percaya pada-Nya dan menganggap diri-Ny tidak waras. Bukankah hal ini menyakitkan?

Tuhan Yesus tidak pernah berbuat jahat kepada siapapun. Hati-Nya penuh kasih, sabar dan selalu ingin membawa orang kepada jalan yang benar. Fakta bahwa Dia ternyata sangat dibenci dan tidak dipercayai oleh sebagian besar masyarakat, pasti sangat menyakitkan bagi perasaan Tuhan Yesus. Tetapi Tuhan Yesus rela menerima semua kepedihan itu sebagai jalan hidup yang telah ditetapkan oleh Sang Bapa.

Tuhan Yesus tidak pernah memberontak kepada Bapa-Nya. Apapun yang ditetapkan oleh Bapa, Tuhan Yesus siap untuk melakukan, dan dalam definisi yang cukup luas, kita dapat katakan bahwa inilah jalan salib yang harus ditempuh oleh Tuhan Yesus dalam rangka menyelamatkan manusia. Kematian di bukit Golgota adalah satu moment di antara sekian banyak moment dalam kehidupan Tuhan Yesus, yang menghasilkan suatu penderitaan salib bagi-Nya.

Dan justru penderitaan salib seperti inilah yang jauh lebih dekat dengan kehidupan kita sekarang. Sebab sebagai orang modern, mungkin membayangkan bahwa diri kita akan disalibkan sama seperti Kristus atau sama seperti para rasul, rasanya agak mustahil akan terjadi, sebab sistem hukum yang berlaku masa kini jelas berbeda dengan masa lalu. Dapat dikatakan, tidak ada lagi negara, apalagi negara maju dimana sistem peradilannya sudah jauh lebih baik, yang masih menerapkan hukuman salib untuk sarana menghukum seseorang.

Tetapi untuk setia menerima keputusan dan panggilan Tuhan di dalam hidup kita, sekalipun panggilan itu membawa pada kesulitan dan panggilan itu tidak sama dengan cita-cita kita, maka hal seperti ini jelas merupakan suatu jenis salib yang dapat dialami dan dipikul oleh setiap orang percaya dari di segala tempat, di segala waktu.


Contoh Penderitaan Salib yang Ketiga

Ketika seseorang memperkenalkan Tuhan kepada dunia bukan dengan cara-cara dunia, yaitu kemegahan, kekayaan dan kekuatan dunia, tetapi melalui pengorbanan, kesetiaan, kelemahan dan penderitaan.

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk memperkenalkan Tuhan Yesus kepada dunia dan alangkah baiknya jika kita berusaha setia terhadap panggilan ini. Akan tetapi di dalam praktiknya, tidak jarang orang Kristen justru menyampaikan pesan yang berlawanan dengan pesan salib itu sendiri.

Di mana pesan atau berita salib itu bicara tentang penderitaan, pengorbanan, perendahan dan kesetiaan dalam mengikuti panggilan Ilahi sekalipun panggilan itu sangat berat. Orang Kristen justru mencoba memperkenalkan Kristus melalui institusi gereja yang organisasinya kuat, yang keuangannya kaya, yang banyak didukung oleh orang-orang penting di dalam masyarakat, yang hamba Tuhannya dari kalangan berpendidikan tinggi dari universitas bergengsi dengan kepandaian dalam berorasi tingkat tinggi dan kecakapan dalam ilmu berkomunikasi serta jago dalam bersilat lidah, yang jemaatnya makmur, yang jemaatnya selalu kelihatan ceria, sukacita, banyak pesta, tidak mengenal sakit penyakit, tidak ada kemalangan dan jauh dari penderitaan.

Model pemberitaan Injil seperti ini pernah muncul ketika Injil Kemakmuran (Prosperity Gospel) mulai dikenal di kalangan gereja-gereja tertentu. Menurut para penganut dan para pengajar Injil Kemakmuran, kita tidak boleh kelihatan lemah, sakit dan miskin di mata dunia. Sebab jika dunia melihat kita dalam kondisi yang seperti itu maka kita akan ditertawakan dan dunia tidak tertarik untuk menjadi orang Kristen.

Itu sebabnya para penganut Injil Kemakmuran sangat menekankan pada mukjizat kesembuhan dan berkat-berkat kekayaan. Kepada dunia diberitakan bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Penyembuh, tidak ada yang sakit di dalam komunitas Kristen karena sakit penyakit adalah gambaran dari kelemahan. Setiap penyakit akan disembuhkan melalui mukjizat-Nya yang ajaib.

Selain itu kepada dunia juga diberitakan bahwa Tuhan Yesus siap membalas berkali-kali lipat siapapun yang rela memberi persembahan kepada gereja. Sehingga tidak mungkin ada orang yang miskin ekonominya di kalangan gereja. Sebab jika seorang jemaat memberi 100, Tuhan Yesus akan balas memberkati jadi 1000. Maka berikan 1000, agar Tuhan Yesus balas 10.000. Jika urutan ini diteruskan, maka otomatis jemaat tadi makin lama akan makin kaya, karena mereka akan dibalas berlipat-lipat ganda dengan kekayaan oleh Tuhan Yesus.

Tentu saja ajaran Injil Kemakmuran tadi adalah keliru dan sama sekali berbeda dengan apa yang Alkitab ajarkan.

Sekalipun Tuhan Yesus mampu menyembuhkan orang sakit, tetapi Tuhan Yesus tidak ingin orang mengenal Dia sebagai Mesias yang pekerjaan-Nya adalah menyembuhkan orang. Apabila kita membaca Injil Markus, jelas sekali terlihat bahwa Tuhan Yesus melarang orang memberitakan Diri-Nya sebagai pembuat Mukjizat. Yang Tuhan Yesus inginkan adalah orang mengenal Dia sebagai Mesias yang menderita dan mati di kayu salib, bukan Mesias celebrity yang bisa membuat keajaiban di mana-mana.

Lalu apabila sekarang ada kelompok orang Kristen yang sangat menekankan pada berita mukjizat kesembuhan, apakah hal itu bukan merupakan tindakan yang justru tidak disukai oleh Tuhan Yesus sendiri? Mengapa manusia begitu berani dengan sengaja melakukan apa yang justru dilarang oleh Tuhan Yesus dan bahkan secara gegabah berani mengatasnamakan tindakan mereka itu sebagai pemberitaan Injil?

Pemberitaan Injil adalah pemberitaan tentang penderitaan salib, yaitu Tuhan yang mengasihi manusia sehingga rela berkorban untuk menyelamatkan manusia itu. Berita salib adalah berita tentang manusia yang berdosa, lemah, miskin, gagal dan tidak mampu. Lalu Tuhan datang menolong dan membebaskan manusia, agar mereka dapat hidup dengan bebas, yaitu bebas mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia yang lain. Tetapi orang dunia tidak suka dianggap lemah, berdosa, miskin, bodoh. Mereka ingin dianggap kaya, kuat, sukses, pandai, mampu mengatasi segala rintangan dengan kekuatan sendiri. 

Itu sebabnya rasul Paulus berkata: Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (1 Korintus 1:18)

Rasul Paulus sendiri tidak diragukan lagi merupakan seorang yang pandai dan berpendidikan tinggi. Akan tetapi di dalam menyampaikan Firman Tuhan, Rasul Paulus tidak ingin mengandalkan hikmat dan kepandaian manusia dalam berargumentasi, dalam berorasi atau berolah pikir atau apalagi bersilat lidah. Rasul Paulus hanya ingin bergantung pada kuasa Roh saja, sebab Paulus sadar bahwa tanpa Tuhan, dirinya bukan siapa-siapa.

Selengkapnya Rasul Paulus berkata:

1 Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. 2 Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. 3 Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. 4 Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, 5 supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:1-5)


Beberapa contoh dari penderitaan yang BUKAN merupakan salib dari Tuhan

Setelah melihat dan merenungkan contoh pengertian dari memikul salib, berikut ini kita akan melihat contoh dari penderitaan, tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai salib Tuhan.


Pertama

Mengalami penderitaan sebagai akibat dari kesalahan diri sendiri.

Apabila kita melakukan suatu kesalahan, cepat atau lambat kita akan menerima konsekuensi dari kesalahan itu dan biasanya ada penderitaan yang harus kita alami sebagai akibatnya. Penderitaan semacam ini jelas bukan salib dari Tuhan, melainkan semata-mata konsekuensi dari kesalahan kita saja.

Tuhan Yesus menderita bukan karena kesalahan-Nya. Para martir dihukum mati juga bukan karena mereka melakukan tindak kriminal atau cacat secara moral, melainkan karena mereka menolak untuk berhenti mengasihi Allah.


Kedua

Mengalami penderitaan demi mendapat pujian manusia

Ini lebih mirip sikap hati yang ingin dianggap sebagai pahlawan, orang yang berhati mulia. Pusatnya atau centernya ada pada manusia itu sendiri, bukan karena digerakkan oleh pekerjaan Tuhan.

Di dalam hubungan antara manusia dan Tuhan, apabila seseorang tidak mengerti berita salib, tentang Allah yang berkorban bagi manusia yang berdosa, maka alternatifnya adalah orang itu akan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hati Allah. Manusia akan berusaha melakukan kebaikan, berusaha berkorban, bahkan mengalami penderitaan atas nama iman. Dan penderitaan semacam ini tentu saja bukan penderitaan salib, sebab penderitaan salib adalah Allah yang berkorban untuk mendapatkan manusia, bukan manusia yang berkorban untuk mendapatkan Allah.

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk memikul salib kita masing-masing dan mengikut Dia. Amin.