Kiranya Engkau memperluas daerahku |
Di dalam isi dari Doa Yabes ada seruan agar Allah memperluas daerah Yabes. Apa maksud perkataan tersebut? Daerah apa yang Yabes ingin agar diperluas oleh Tuhan?
Dalam tulisan-tulisan terdahulu saya sudah mengutarakan kecenderungan kita sebagai manusia berdosa yang sering dipengaruhi oleh hasrat akan kekayaan materi dan kemuliaan dunia, sehingga tidak jarang ketika membaca Alkitab pun kita memakai pola pikir yang demikian.
Bukan tidak mungkin bahwa ada orang Kristen yang ketika mendengar seruan Yabes agar daerahnya diperluas oleh Tuhan, maka ia pun ingin turut berdoa seperti Yabes, apalagi di bagian akhir disebutkan bahwa Tuhan mengabulkan doa Yabes tersebut. Akan tetapi ketertarikan orang Kristen untuk turut berdoa seperti Yabes tadi, sangat mungkin disebabkan atau digerakkan oleh anggapan bahwa yang akan diperluas oleh Tuhan adalah kepemilikan akan harta di dunia, seperti rumah yang diperluas, tanah diperluas, bangunan pabrik diperluas, toko diperluas, jaringan bisnis diperluas, popularitas diperluas dan lain sebagainya yang tidak jauh-jauh berkisar di antara urusan materi dan kemuliaan duniawi semata.
Padahal bukan itu yang didoakan oleh Yabes, dan bukan permintaan jenis itu yang akan dikabulkan oleh Tuhan (Yakobus 4:3)
Apabila kita kembali kepada konteks yang dihadapi oleh Yabes semasa hidupnya di era hakim-hakim (sebagaimana telah saya uraikan dalam tulisan terdahulu), maka kita mendapati bahwa Yabes sedang menerima tanggungjawab dari Tuhan untuk memerangi penduduk Kanaan yang tidak mengenal Allah yang sejati. Sehingga Yabes memohon agar Tuhan memberkati dia secara berlimpah-limpah dengan keberanian untuk berperang dan kesetiaan kepada Tuhan.
Oleh karena itu, permohonan Yabes agar daerahnya diperluas oleh Tuhan, sudah pasti bukan bicara tentang kepemilikan akan harta dan kemuliaan duniawi, melainkan agar daerah yang menjadi tanggungjawabnya itu boleh diperluas, agar Tuhan bersedia mempercayakan tanggungjawab yang lebih besar lagi kepadanya, agar ia boleh lebih banyak lagi terlibat di dalam pekerjaan Tuhan di dunia ini. Doa seperti inilah yang akan dikabulkan oleh Tuhan, sebab doa seperti ini sudah pasti sejalan dengan kehendak Tuhan sendiri.
Bukan kepemilikan materi dan kemuliaan duniawi yang diperluas oleh Tuhan
Darimana kita tahu bahwa Yabes bukan bicara tentang kepemilikan materi yang semakin luas? Tentu saja dari kisah-kisah lain di dalam Alkitab.
Sementara pandangan dunia beranggapan bahwa kehidupan orang yang diberkati Tuhan itu semakin lama semakin makmur dan ditandai dengan kepemilikan materi yang semakin banyak, semakin besar, semakin luas; beberapa tokoh penting di dalam Alkitab justru mengalami hal yang sebaliknya. Mereka jauh dari kondisi makmur, tidak punya banyak materi dan ruang gerak kehidupan mereka justru semakin dipersempit dan dikekang.
Tuhan Yesus mengakhiri hidup-Nya dalam keadaan yang sangat miskin. Jangankan memiliki banyak harta, satu-satunya kepemilikan yang melekat pada tubuh Tuhan, yaitu baju, itupun diambil daripada-Nya. Tuhan Yesus tidak memiliki ruang gerak yang semakin lama semakin luas, sebaliknya, pada akhir hidup-Nya, Tuhan Yesus justru tidak bisa bergerak karena dipakukan kepada kayu salib. Di hadapan manusia pada waktu itu, Tuhan Yesus adalah sosok orang kecil, orang tidak penting, sampah masyarakat yang perlu disingkirkan, bukan sosok mulia yang membanggakan. Bahkan para murid pun salah paham pada-Nya. Jadi, apabila Doa Yabes bicara tentang kehidupan materi yang semakin makmur, properti yang semakin luas, maka hal itu sungguh-sungguh tidak berlaku pada diri Yesus Kristus. Sehingga bagaimana mungkin Doa Yabes menjadi doa yang sesuai kehendak Allah sehingga perlu dikabulkan?
Bukan hanya Tuhan Yesus yang mengalami ruang lingkup kehidupan duniawi yang semakin dipersempit, tetapi tokoh-tokoh lain yang setia kepada Tuhan, mengalami hal yang serupa. Yohanes Pembaptis yang semula bebas berjalan-jalan kemanapun ia mau, pada akhirnya harus mengalami penjara dan bahkan mati di sana. Yesaya dan Yeremia pun mengalami hal yang serupa dengan Tuhan Yesus dan Yohanes Pembaptis.
Bahkan kepada Petrus, Tuhan Yesus menubuatkan suatu kehidupan yang pasti sangat berbeda dengan angan-angan dunia tentang apa yang dimaksud dengan sebuah kehidupan yang baik. Tuhan Yesus berkata: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." (Yohanes 21:18). Kehidupan Petrus secara jasmaniah dan duniawi, justru semakin dipersempit dan bukan semakin diperluas.
Berdasarkan beberapa contoh dan prinsip kehidupan kristiani yang saya utarakan tadi, maka jelaslah bagi kita, bahwa yang diminta oleh Yabes agar diperluas oleh Tuhan bukanlah kepemilikan materi ataupun kemuliaan duniawi, melainkan keluasan di dalam tanggungjawab dan kepercayaan dari Tuhan serta keluasan di dalam keterlibatan dengan pekerjaan Tuhan. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mau mengabulkan doa Yabes tersebut.
Di dalam Perjanjian Baru kita juga mendapati prinsip perluasan yang dikerjakan Tuhan dalam diri para hamba-Nya. Prinsip perluasan tersebut memiliki kemiripan dengan yang terdapat di dalam doa Yabes, dan bahkan lebih dari itu, prinsip tersebut juga mengalami perkembangan (progressive revelation) di dalam bentuknya.
Setidaknya ada tiga hal yang diperluas oleh Tuhan di dalam kehidupan spiritual para hamba-Nya, sebagaimana tercatat dalam Perjanjian Baru, yaitu:
- Tuhan memperluas tanggungjawab pelayanan para hamba-Nya
- Tuhan memperluas jangkauan orang-orang yang diselamatkan-Nya.
- Tuhan memperluas hati hamba-Nya untuk sabar menerima kekurangan orang lain.
Kita akan membahas satu persatu pekerjaan Tuhan ini beserta contoh-contoh yang diambil dari Alkitab.
Tuhan memperluas tanggungjawab pelayanan para hamba-Nya
Dalam kisah Rasul, Tuhan Yesus berjanji bahwa daerah pelayanan para murid akan diperluas. Tuhan berkenan memberi para murid kepercayaan yang lebih besar, tanggungjawab yang lebih berat dan jangkauan pelayanan kesaksian yang semakin luas. Tuhan Yesus berkata: "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8).
Meminta tanggungjawab yang lebih besar kepada Tuhan adalah suatu sikap yang baik, asalkan di dasarkan pada motivasi yang benar. Tetapi jika motivasinya keliru, maka Tuhan pun pasti tidak berkenan untuk mengabulkannya. Motivasi yang benar adalah ketika seseorang melihat betapa besarnya dan betapa pentingnya pekerjaan Tuhan di dunia ini sehingga ia terdorong untuk ikut ambil bagian dalam pekerjaan tersebut. Orang semacam itu melihat hati Tuhan yang mengasihi dunia yang sedang binasa ini dan hatinya pun turut bergetar bersama hati Tuhan, sehingga tercetuslah sebuah keinginan untuk turut bersusahpayah di dalam pekerjaan Tuhan itu.
Seorang teolog Inggris bernama John Knox (1514 - 1572) melihat betapa besar kebutuhan masyarakat Skotlandia untuk mengenal Yesus Kristus dan ia tidak tinggal diam. Doa John Knox yang terkenal adalah "Give me Scotland Lord, or I die." Berikan Skotlandia padaku ya Tuhan atau biarkan aku mati saja.
Doa John Knox ini bukanlah suatu bentuk kesombongan, melainkan sebuah keinginan kuat dan kerelaan untuk dipakai dan diutus oleh Tuhan sebagai saksi-Nya dan sikap ini tidak bertentangan dengan keinginan Tuhan bagi para pengikut-Nya untuk menjadi saksi hingga ke ujung dunia. Bahkan mungkin tidak keliru juga apabila kita membandingkan ucapan John Knox ini dengan ucapan nabi Yesaya: "Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8).
Kita dapat menghayati Doa Yabes di dalam konteks yang benar, yaitu ketika kita meminta kepada Tuhan agar diberi tanggungjawab pelayanan di dalam area yang lebih luas, entah lebih luas secara geografis, maupun secara bidang-bidang pelayanan yang semakin beragam dan berkembang luas.
Tuhan memperluas jangkauan orang-orang yang diselamatkan-Nya.
Pada awal-awal perjumpaan antara bangsa Israel dan Tuhan, sebagaimana yang mungkin dialami pula oleh Yabes, ada anggapan di dalam benak bangsa Israel bahwa Tuhan datang haya untuk menyelamatkan bangsa Israel saja dan akan membiarkan bangsa lain dalam kebinasaan.
Begitu kuatnya anggapan tersebut dipegang oleh mayoritas orang Yahudi sehingga mereka menganggap bangsa Israel merupakan bangsa paling istimewa yang lebih unggul dari bangsa manapun. Dan meskipun selama masa Perjanjian Lama Tuhan telah mengajar bangsa Israel bahwa Tuhan memperhatikan dan mau menyelamatkan pula bangsa-bangsa lain, orang Yahudi seperti sudah terlanjur merasa sebagai bangsa yang sangat istimewa dibandingkan bangsa yang lain. Mereka seperti lupa atau kurang menaruh perhatian bahwa di dalam Perjanjian Lama pun Tuhan mau menerima Rahab, perempuan Kanaan maupun Rut yang adalah perempuan Moab. Bahkan di dalam Kitab Yunus, Tuhan berupaya menyelamatkan Niniwe dari kebinasaan dengan cara mengutus Yunus ke sana.
Kesalahpahaman atau kekurangmengertian orang Israel bahwa Allah berencana pula untuk menyelamatkan bangsa-bangsa lain di luar Israel, agaknya masih terjadi pada orang Israel yang hidup sejaman dengan Tuhan Yesus. Rasul Petrus yang telah hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus selama kurun waktu 3 tahun pun tidak mudah untuk membuka hati bagi bangsa lain di luar Yahudi. Petrus telah sangat dipengaruhi oleh pandangan orang Yahudi yang menganggap bahwa orang berkebangsaan lain adalah orang najis atau tidak tahir. Hal ini dapat kita ketahui dari ucapan Petrus sendiri demikian: "Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir." (Kisah Para Rasul 10:28).
Suatu ketika, pada saat Petrus sedang lapar, Tuhan memberi penglihatan kepada Petrus tentang sekumpulan binatang yang dianggap najis bagi orang Yahudi, lalu Tuhan menyuruh Petrus untuk menyembelih dan memakan binatang-binatang tersebut. Sebagai penganut ajaran agama yang saleh, tentu saja Petrus menolak hal tersebut. Tetapi Tuhan punya maksud lain.
Mungkin semula Petrus pun merasa agak heran, mengapa Tuhan menyuruh dia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah dalam Taurat? Tetapi dari sinilah Petrus belajar bahwa sekalipun Tuhan pernah mengajarkan konsep tahir dan najis di dalam soal makanan pada era Perjanjian Lama, namun bukan berarti bahwa prinsip itu dapat diterapkan kepada manusia. Tuhan memberi arahan kepada Petrus demikian: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (Kisah Para Rasul 10:15)
Berdasarkan Firman Tuhan itulah Petrus mulai menyadari bahwa ia harus belajar untuk menerima pula orang lain yang non-Yahudi. Dan pada akhirnya Petrus menerima panggilan Tuhan untuk melayani Kornelius yang adalah seorang Romawi. Maka kemudian Petrus pun berkata: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang." (Kisah Para Rasul 10:34-36).
Jadi apakah contoh dari penggenapan atas Doa Yabes agar Tuhan memperluas daerahnya? Contohnya adalah Petrus yang telah memperluas sudut pandangnya tentang orang-orang yang membutuhkan Injil Keselamatan. Semula Petrus mengira hanya Yahudi saja, kini hatinya diperluas untuk menerima non-Yahudi juga.
Siapakah orang-orang yang selama ini kita anggap sebagai orang asing atau kelompok orang yang tidak kita sukai sehingga kita merasa segan atau menganggap bahwa mereka tidak perlu dijangkau oleh Injil Tuhan? Mari kita perluas hati untuk menjangkau mereka juga.
Tuhan memperluas hati hamba-Nya untuk sabar menerima kekurangan orang lain.
Kalau dalam peristiwa Petrus dan Kornelius, persoalan yang mengemuka adalah seputar penerimaan terhadap orang yang berbeda, yang belum kita kenal, maka dalam peristiwa Paulus berikut ini, persoalan yang mengemuka adalah seputar mengampuni orang yang pernah mengecewakan kita.
Alkitab mencatat bahwa Paulus pernah bertengkar dengan Barnabas karena ulah perbuatan Markus, demikian: Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan. Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka." Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. (Kisah Para Rasul 15:35-39)
Dalam bagian ini, Paulus digambarkan sebagai pribadi yang sulit menerima orang lain, yaitu Markus, yang secara kerohanian kelihatan lemah dan kurang serius dalam melayani Tuhan. Bagi Paulus, orang seperti itu sudah dianggap gagal, serta tidak perlu diberi kesempatan atau kepercayaan lagi. Paulus adalah seorang pelayan yang terbiasa kerja keras dan sangat serius dalam melayani Tuhan. Tidak ada ruang di hati Paulus untuk orang-orang lemah seperti Markus.
Tetapi rekan sepelayanan Paulus yang bernama Barnabas, punya sikap yang berbeda. Barnabas bersedia memberi kesempatan lagi kepada Markus. Perbedaan itu cukup tajam hingga Paulus dan Barnabas pun berpisah sambil saling berselisih. Suatu gambaran yang mungkin kurang sedap dipandang, namun menjadi suatu kenyataan di dalam kehidupan setiap kita.
Betapapun Paulus adalah seorang rasul yang pandai dan sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, kita perlu ingat bahwa beliau pun seorang manusia yang tidak luput dari kekurangan atau kelemahan. Dalam hal ini, kekuatan Paulus dalam melayani Tuhan justru menjadi suatu kelemahan dalam memahami orang lain dan menerima mereka yang masih lemah. Mungkin Paulus berharap semua orang bisa seperti dia dalam sikap melayani, padahal dalam kenyataannya tentu tidak semua orang bisa disamakan kekuatannya serta keadaan spiritualnya. Ada orang yang sudah lebih matang, tetapi ada pula orang yang masih bersifat kekanak-kanakan, bahkan ada pula mereka-mereka yang sedang bergumul dengan dosa.
Yang indah dari kisah ini bukanlah kisah kegagalan Markus dalam ujian kesetiaan atau kegagalan Paulus dalam ujian kesabaran untuk menerima kelemahan orang lain, yang indah dari kisah ini adalah bahwa Tuhan bekerja di dalam hati anak-anak-Nya, sehingga seorang Paulus yang semula berhati sempit, berubah menjadi pribadi yang berhati luas. Sebab dari surat Paulus kepada Timotius terungkap sikap hati Paulus yang telah menerima Markus kembali. Bahkan Paulus menganggap pelayanan Markus adalah sesuatu yang penting dalam menopang pelayanannya sendiri.
Paulus menulis: "Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku" (2 Timotius 4:11). Pada akhirnya rasul Paulus membuka hatinya untuk Markus dan kita bersyukur atas kesempatan dan kepercayaan sang rasul ini kepada rekan pelayanannya yang lebih muda, karena di kemudian hari Markus pun dipakai Tuhan untuk menulis Injil yang pertama, yaitu Injil Markus yang kita kenal sekarang.
Penutup
Berdoa seperti Yabes agar Tuhan memperluas daerah kita, merupakan suatu hal yang baik apabila didasarkan pada pengertian yang benar dan motivasi yang benar, itu sebabnya Tuhan mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh Yabes. Akan tetapi apabila pemahaman kita salah dan motivasi kita pun salah, maka sangat mungkin Tuhan tidak akan mengabulkan doa kita tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita.
Kita masih akan melanjutkan pembahasan tentang Doa Yabes dalam tulisan mendatang.
Berlanjut ke:
Kiranya Engkau menyertai dan melindungi agar kesakitan tidak menimpa aku. Klik disini.