Tuesday, July 30, 2024

Ham mendapat kutukan namun keluarganya kaya dan berkuasa

 

Hak mendapat kutukan namun keluarganya kaya dan berkuasa

Banyak orang di dunia, apapun agamanya, sangat memimpikan punya hidup yang berkelimpahan dengan harta dan memiliki kekuasaan yang besar atas orang lain. Hal itu sejalan dengan hasrat hati atau kecenderungan sifat manusia yang ingin menjadi seperti Allah, sebagaimana dilukiskan dalam kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa di Taman Eden.

Mengapa kelimpahan harta merupakan suatu keadaan yang sedemikian menarik hati manusia? Sebab kelimpahan harta dapat memberikan semacam kebebasan bagi orang yang memilikinya, untuk melakukan banyak hal di dunia ini. Uang bisa dipakai untuk membeli barang apapun yang kita butuhkan, bahkan yang kita inginkan. Apakah perbedaan antara kebutuhan dan keinginan?

Kebutuhan manusia bisa ada batasnya, namun keinginan akan sesuatu dapat sulit ditentukan batasannya. Bergantung dengan pribadi masing-masing. Ada orang yang tidak punya banyak keinginan dan mudah dipuaskan oleh hal-hal sederhana. Tetapi ada pula orang yang kenginannya sedemikian banyak hingga tidak pernah benar-benar bisa dipuaskan.

Sebagai contoh dalam hal makanan. Secara normal, seseorang tidak membutuhkan makanan dalam jumlah yang sangat banyak atau dengan harga yang sangat mahal. Orang bisa hidup baik dengan makan secara normal sebanyak 3 kali sehari, atau bahkan kurang dari itu. Tubuh kita memang butuh makanan, tetapi dalam jumlah terbatas yang tidak terlalu banyak. Dan sebetulnya, tubuh kita pun tidak membutuhkan makanan dengah harga yang sangat mahal. Cukup dengan makanan sehat yang harganya relatif murah pun, tubuh kita bisa bertahan hidup dengan baik. 

Tetapi ketika bicara tentang keinginan, maka akan sangat berbeda kisahnya antara orang yang satu dan yang lain. Ada orang yang makan lebih dari 3 kali dalam sehari dan ada pula jenis makanan yang harganya sangat mahal sehingga hanya bisa dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki banyak uang saja.

Memiliki banyak uang membuat kita punya banyak pilihan dalam hidup. Ada semacam perasaan berkuasa di dalam hati kita, sebab uang memberi kuasa untuk memiliki dan menikmati apa saja yang kita inginkan. Bahkan dalam konteks atau skala yang lebih besar, uang bisa dipakai untuk membeli rasa suka dari orang lain, membeli pengaruh, membeli kesempatan, membeli keamanan dan masih banyak lagi. Sebagai perbandingan, orang yang tidak punya uang kadang kesulitan bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokoknya sekalipun.

Apakah orang yang dikutuk oleh Tuhan pasti akan jatuh miskin dan tidak sukses hidupnya?

Ada anggapan populer yang bahkan berlaku hingga saat ini bahwa jika seseorang kaya raya dan sukses hidupnya, maka itu artinya ia diberkati oleh Tuhan. Dan karena ia diberkati, maka itu berarti bahwa Tuhan berkenan pada kehidupan orang itu.

Sebaliknya, jika seseorang hidupnya miskin, maka itu berarti ia tidak atau kurang diberkati oleh Tuhan. Dan karena Tuhan tidak memberkati, maka itu artinya Tuhan tidak berkenan pada kehidupan orang tersebut.

Anggapan seperti ini keliru, jika dikaji berdasarkan sudut pandang Alkitab.

Tuhan dapat memberkati kita dengan memberikan kekayaan dan kedudukan yang tinggi, apabila Tuhan memang punya rencana melalui kekayaan dan kedudukan kita tersebut. Yusuf di beri kedudukan yang tinggi karena melalui posisi seperti itu, Tuhan ingin memakai Yusuf untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kelaparan.

Tetapi Tuhan juga dapat memberkati kita dengan cara membawa kita ke dalam situasi padang gurun kehidupan, yaitu hidup sederhana, ditopang oleh kepemilikan yang secukupnya saja, dikelilingi oleh situasi yang sulit, disalahmengerti, tidak punya status yang tinggi di masyarakat, tertimpa sakit penyakit dan kemalangan, dianiaya bahkan mati terbunuh, apabila Tuhan memang punya rencana yang mulia dibalik segala peristiwa atau keadaan yang tidak menguntungkan tersebut.

Yusuf, suami Maria, tidak ayal lagi adalah orang yang sangat diberkati dan hidupnya diperkenan oleh Allah, akan tetapi selama hidupnya Alkitab tetap menggambarkan keluarga Tuhan Yesus sebagai keluarga yang sederhana, bukan pengusaha sukses dan Yusuf bahkan tidak memiliki usia yang panjang selama hidup di dunia. Yohanes Pembaptis pun seperti itu, hidup dalam kesederhanaan, mati secara mengerikan, namun hidupnya sangat diperkenan dan ia menjadi berkat bagi banyak orang. Ia dijadikan suara yang memanggil manusia untuk bertobat demi menyambut kedatangan Sang Mesias.

Melalui Yusuf dan Yohanes Pembaptis setidaknya kita dapat belajar bahwa kemiskinan, hidup dalam ketersembunyian, serta jauh dari hingar bingar keberuntungan sebagaimana yang dikejar-kejar oleh banyak orang di dunia, bukan merupakan pertanda ketidaksukaan Allah pada diri seseorang, juga bukan sebagai penanda dari kehidupan yang tidak diberkati Tuhan.

Sebaliknya, dari Alkitab kita akan melihat bahwa orang yang masuk dalam kategori sebagai orang yang terkutuk oleh karena dosa, ternyata tidak tentu akan mengalami kemalangan dan nasib yang buruk di dalam hidupnya, melainkan dapat saja memperoleh kehidupan yang sukses secara materi, berhasil di dalam memegang tampuk kekuasaan, memiliki kekuatan besar yang mampu menaklukkan orang lain, serta dikaruniai berbagai keindahan dan keberuntungan di dalam hidup

Itulah sebabnya kita harus sungguh-sungguh berusaha memahami Alkitab agar tidak salah dalam menilai kehidupan ini, agar kita tahu mana yang sungguh merupakan berkat, maka yang bukan, mana yang benar-benar bernilai dalam kehidupan dan mana yang merupakan kemuliaan semu belaka.

Ham, menjadi orang terkutuk namun keluarganya sukses secara materi dan berkuasa

Ham pernah melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadap Nuh, sebagaimana yang dikisahkan dalam Alkitab demikian: Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. Maka Ham, bapa Kanaan itu, melihat aurat ayahnya, lalu diceritakannya kepada kedua saudaranya di luar. Sesudah itu Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya. (Kejadian 9:20-23)

Ada dua hal yang dilakukan oleh Ham menurut catatan Alkitab, yaitu pertama, melihat aurat ayahnya, dan kedua, menceritakan apa yang ia lihat kepada saudaranya di luar.

Ada penafsir yang beranggapan bahwa "melihat aurat ayahnya," merupakan tindakan yang dilakukan secara tidak sengaja. Tetapi ada pula penafsir yang menganggap bahwa hal itupun merupakan perbuatan yang tidak baik, karena untuk sampai pada posisi bisa melihat, berarti Ham telah masuk sampai ke tempat pribadi Nuh.

Tetapi tindakan yang paling tidak terpuji dari Ham terutama adalah bahwa setelah melihat ada kekurangan atau masalah pada diri ayahnya tersebut, Ham tidak segera memperbaiki situasi, melainkan justru menceritakan hal itu kepada saudara-saudaranya.

Apa yang dilakukan oleh Ham, sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kedua saudaranya. Memdengar laporan dari Ham, maka Sem dan Yafet segera berusaha menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.  Akibat perbuatan Ham tersebut, Nuh menjadi marah dan mengeluarkan kutukan. Alkitab mencatat perkataan Nuh demikian: "Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya." (Kejadian 9:25)

Dalam tulisan ini, kita tidak akan membahas secara lebih terperinci mengenai apa sebetulnya yang menjadi kesalahan Ham dan mengapa yang dikutuk justru adalah Kanaan, dan bukan Ham itu sendiri. Tetapi setidaknya dari catatan Alkitab tadi, kita tahu satu hal, yaitu bahwa Ham bukan termasuk orang yang diperkenan oleh Tuhan. Dan kita akan melihat suatu gambaran yang berbeda dengan asumsi populer bahwa: orang yang tidak diperkenan Tuhan akan mengalami kemalangan, sedangkan orang yang hidupnya penuh kesuksesan pastilah merupakan tanda bahwa Tuhan berkenan kepada orang itu. Sebab sekalipun Ham adalah orang yang hidupnya tidak berkenan, Alkitab mencatat bahwa keturunan Ham  dilimpahi dengan kemuliaan, kesuksesan dan kekayaan. Sehingga dalam hal ini, sosok Ham digambarkan sebagai orang yang memiliki kemiripan dengan sosok Kain. 

Kehebatan dan kesuksesan dari keturunan Ham

Tentang keturunan Ham, Alkitab mencatat demikian: Keturunan Ham ialah Kush, Misraim, Put dan Kanaan. (Kejadian 10:6)

Dalam ukuran dunia Kush, Misraim dan Kanaan digambarkan sebagai tokoh-tokoh yang bergelimangan harta dan kekuasaan. Hal itu terlihat dari adanya nama-nama besar yang muncul sebagai keturunan mereka.

Kush digambarkan sebagai bapa dari seorang yang sangat berkuasa di bumi ini. Alkitab mencatat: 8 Kush memperanakkan Nimrod; dialah yang mula-mula sekali orang yang berkuasa di bumi; 9 ia seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN, sebab itu dikatakan orang: "Seperti Nimrod, seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN." 10 Mula-mula kerajaannya terdiri dari Babel, Erekh, dan Akad, semuanya di tanah Sinear. 11 Dari negeri itu ia pergi ke Asyur, lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah 12 dan Resen di antara Niniwe dan Kalah; itulah kota besar itu. (Kejadian 10:8-12)

Nimrod, disebut sebagai seorang yang mula-mula berkuasa, sebelum ada orang lain yang berkuasa sebagai raja di bumi, Nimrod sudah jadi raja. Ia mampu menaklukkan orang lain, mengatur orang lain, menentukan nasib orang lain, mempengaruhi hidup matinya orang lain. Mengapa bisa demikian?

Sebab menurut Alkitab, Nimrod adalah seorang pemburu yang perkasa (ayat 8 & 9). Nimrod dapat kita bayangkan sebagai sosok yang ditakuti banyak orang karena ia kuat, tangguh, punya kekuatan untuk memburu atau membunuh mangsanya, entah mangsanya itu hewan ataupun manusia. Tidak heran ia bisa sangat berkuasa sebagai raja. Fisiknya kuat, strategi bertarung dan mempertahankan dirinya pun dapat dipastikan sangat baik.

Karena punya kekuatan dan strategi yang baik dalam menaklukkan banyak manusia, tidak heran jika Nimrod kemudian punya banyak kekayaan sehingga mampu mendirikan banyak kota-kota besar (ayat 10), bukan satu kota, tetapi banyak, bukan kota kecil, tetapi kota besar.

Dalam ukuran dunia, Nimrod adalah sosok yang menjadi impian banyak orang. Nimrod adalah contoh dari seseorang yang hidupnya dikaruniai dengan kekuasaan, kekuatan dan kekayaan yang besar. Suatu jenis kemuliaan yang paling dikejar-kejar oleh hampir semua orang di dunia ini. Dalam ukuran dunia, Nimrod adalah orang yang berhasil dalam segala hal yang dikejar banyak orang yaitu harta, tahta dan wanita.

Salah satu kerajaan yang didirikan Nimrod adalah Babel, sebuah kota yang kemudian menjadi kerajaan yang besar, dengan teknologi yang maju. Menurut catatan sejarah dan archeology, kerajaan Babylonia sudah memiliki sistem hukum, yaitu hukum Hamurabi yang terkenal itu. Dari sisi linguistik, bahasa yang dipakai dalam kerajaan Babel menjadi semacam internasional yang dipakai oleh banyak kerajaan lain di wilayah sekitar Babilonia. Dari sisi teknologi konstruksi, kerajaan Babel memiliki peninggalan yang pernah menjadi keajaiban dunia, yaitu taman gantung. Dari sisi fisika, matematika dan astronomi, Babel memiliki ahli-ahli hitung yang metodenya bahkan masih dipakai hingga sekarang ini. Singkatnya, kerajaan Babel sangat maju di dalam berbagai bidang.

Bahkan dari sisi militer, Alkitab mencatat bagaimana Babel mampu menaklukkan Asyur dan bahkan menaklukkan Israel juga. Sedemikian hebatnya Babel menurut ukuran dunia, sehingga di dalam Kitab Wahyu, Babel dijadikan sebagai simbol dari kemuliaan dunia, yaitu kota yang besar dan kota yang kuat.

Selain Babel, Nimrod juga menguasai daerah Asyur (sekarang Siria) yang kerajaannya juga terkenal dan sering disebut sebagai kerajaan yang mampu menaklukkan Israel. Di Asyur, Nimrod mendirikan kerajaan yang besar, yaitu Niniwe. Alkitab mencatat Niniwe sebagai sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. (Yunus 3:3) Lalu ada pula Kanaan, yang dilukiskan sebagai negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu (Keluaran 3:8).

Jadi sekali lagi, Ham digambarkan sebagai seorang pribadi yang keturunannya adalah orang-orang kuat yang sukses dalam menaklukkan dunia dan mengumpulkan banyak kekayaan, bahkan mereka dapat tinggal di daerah-daerah subur yang "berlimpah susu dan madunya." Seakan-akan seluruh keberuntungan dan kemuliaan dalam hidup senantiasa menyertai Ham dan keturunannya. Padahal Ham sendiri adalah orang yang melakukan perbuatan tercela dan keturunannya dikutuk oleh Nuh.

Apa yang kita baca tentang Ham mengingatkan kita pada suatu gambaran tentang sosok yang lain yang sangat mirip jalan hidupnya, yaitu Kain.

Dari kisah Ham dan Kain kita belajar suatu prinsip yaitu bahwa: Kesuksesan duniawi yang dicapai seseorang, bukanlah merupakan tanda bahwa Allah berkenan pada orang itu. Dan sebaliknya, penderitaan, kemalangan dan kemiskinan yang kita alami di dunia ini, bukanlah suatu tanda bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. Orang yang dikasihi Tuhan dapat diizinkan memiliki kemuliaan dunia, apabila menurut Tuhan hal itu memang diperlukan. Tetapi di dalam bijaksana Tuhan, bukan tidak mungkin apabila orang yang dikasihi-Nya itu harus masuk ke dalam penderitaan dan kesulitan.

Pergumulan dalam memahami hubungan antara berkat dan perkenanan

Menghubungkan antara berkat materi dan kenyamanan hidup dengan perkenan Tuhan, merupakan pergumulan yang tidak mudah untuk dicerna, bahkan oleh para pemazmur.

Dalam Mazmur 73 misalnya, pemazmur justru bergumul karena melihat ada orang yang melawan Tuhan, tetapi justru sukses secara materi dan secara keberuntungan dalam hidup di dunia ini. Sementara orang-orang yang setia pada Tuhan, justru mengalami penderitaan.

Kisah Esau dan Yakub juga memperlihatkan pola yang serupa, dimana Esau tidak memperoleh berkat kesulungan seperti Yakub, tetapi Esau justru jauh lebih sukses secara duniawi, keturunannya pun banyak yang menjadi raja, bahkan sebelum ada raja di Israel, sudah ada raja di dalam keturunan Esau.

Pada suatu saat, keturunan Esau, orang Edom menjadi raja, namanya adalah Herodes. Dan ia berjumpa dengan keturunan Yakub yang adalah Raja yang sejati, namanya Yesus Kristus. Tetapi ironisnya, di dalam kehidupan dunia, Tuhan Yesus jauh dari penampilan seorang Raja, apabila diukur menurut kriteria dunia.

Melalui fakta-fakta Alkitab seperti ini kita memang tidak boleh membuat kesimpulan secara terburu-buru ketika melihat keadaan lahiriah seseorang, sebab kita tidak pernah tahu apa yang terjadi antara orang tersebut dan Tuhan. Sedangkan ketika kebaikan atau keburukan tersebut menimpa diri kita sendiri, maka kita pun tidak perlu buru-buru menilai bagaimana sikap Tuhan kepada kita. Lebih baik kita memfokuskan diri pada relasi dengan Tuhan. Apabila relasi kita dengan Tuhan baik, maka segala peristiwa yang terjadi dalam hidup akan jauh lebih mudah diterima atau dicerna. Ketika keadaan baik, kita bersyukur sambil waspada. Ketika keadaan buruk, kita tetap setia dan bergantung pada Tuhan. Dengan demikian kita lebih tidak mudah terkecoh oleh perasaan ditinggalkan oleh Tuhan.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin. 


Tuesday, July 16, 2024

Upaya iblis menjauhkan kita dari pemahaman akan kasih Allah


Upaya iblis menjauhkan kita dari kasih Allah

Surat Yohanes banyak membicarakan tentang Allah yang adalah Kasih, untuk mengajarkan kepada pembacanya bahwa mereka pun harus mengasihi sama seperti Allah yang adalah kasih tersebut. Dan untuk memahami apa itu kasih, maka orang percaya harus menggali pengertian tersebut dari Pribadi Allah sendiri.

Seringkali manusia mencoba membuat sendiri definisi dari kasih, tanpa mempertimbangkan apa yang Alkitab katakan tentang kasih melalui Pribadi Allah. Akibatnya manusia menghasilkan definisi yang keliru dari kasih.

Ada orang yang beranggapan bahwa atas nama kasih, maka segala sesuatu menjadi diperbolehkan. Anak-anak muda melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sesuatu yang baik-baik saja, asalkan dilandaskan pada rasa saling mengasihi. Laki-laki menikahi laki-laki lain dan banyak orang menganggap bahwa itu baik-baik saja asalkan dilandaskan kasih sayang satu sama lain. Tentu saja anggapan ini sangat keliru.

Dari Allah kita belajar, bahwa kasih tidak dapat dipisahkan dari kekudusan. Dan ketika berbicara tentang kekudusan, maka kita bicara tentang apa yang baik dan apa yang jahat menurut standar Allah. Apabila manusia melanggar kekudusan, maka atas nama kasih Allah akan menegur manusia dari dosa dan pelanggarannya, agar mereka bertobat.

Berhubungan seksual sebelum menikah, atau menikah dengan sesama jenis adalah perbuatan yang salah menurut standar kekudusan Tuhan. Sehingga atas nama kasih, perbuatan itu justru harus dicegah dan pelakunya perlu bertobat dari dosanya tersebut. Justru bukan merupakan sebuah kebencian, apabila kita berupaya membawa seseorang kembali kepada Tuhan, ketimbang membiarkan mereka dalam kesesatan yang berujung pada kebinasaan.

Gagasan Alkitab tentang kasih sulit diterima oleh sebagian besar umat manusia, sebab mengandung beberapa pengertian yang mengganggu hati manusia yang berdosa. Manusia tidak suka diatur oleh otoritas yang lebih tinggi yaitu Tuhan. Sebaliknya, manusia memilih untuk menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat menurut standar mereka.

Hati manusia yang ingin menjadi tuhan bagi diri sendiri ini, didukung pula oleh iblis yang sangat senang melihat ketidakpercayaan manusia kepada Tuhan. Dalam aktivitasnya, iblis mengajukan beberapa gagasan yang menyimpang tentang Allah yang adalah kasih, yaitu:

Penyimpangan pertama, Allah bukan kasih, Ia patut dicurigai

Iblis senantiasa membuat manusia tidak sadar siapakah Tuhan dan siapakah manusia di hadapan Tuhan. Manusia akan digoda untuk melihat bahwa dirinya begitu istimewa dan bahwa Allah adalah sosok meragukan yang patut dicurigai, karena berpotensi untuk melakukan kejahatan atau kecurangan pada manusia.

Menurut kebiasaan di jaman ketika Alkitab mula-mula ditulis, yaitu sekitar zaman Musa hidup, seorang penjaga taman istana tidak boleh memakan buah dari pohon yang ada di dalam kebun sang raja. Tetapi melalui Kejadian kita diajarkan bahwa Tuhan adalah Raja yang sangat murah hati, sehingga semua buah dari pohon di Taman Eden boleh dinikmati oleh manusia. Manusia bukan pemilik Taman Eden, manusia ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara Taman itu, manusia pada dasarnya hanyalah seorang pekerja atau tukang kebun di Taman yang dimiliki oleh Tuhan.

Tetapi Adam dan Hawa justru merasa curiga bahwa Allah itu pelit dan jahat karena ada satu buah yang tidak boleh dimakan. Bukankah ini merupakan sesuatu yang sangat keterlaluan? Tetapi inilah sikap hati manusia yang ditunjukkan melalui Kejadian. Dan ketika kecurigaan itu mulai muncul, maka dengan mudahnya Iblis membujuk manusia untuk masuk ke dalam dosa yang nyata, yaitu memberontak terhadap perintah Allah. Sampai sekarang, seringkali di dalam hidup ini, kita merasa curiga kepada Tuhan, hanya karena ada satu masalah saja yang kurang beres di dalam hidup kita. Padahal Tuhan sudah menyediakan begitu banyak kebaikan kepada kita semua.

Kesadaran akan cinta kasih Tuhan sangatlah penting, sebab kita memiliki kecenderungan untuk curiga kepada Tuhan dan sikap curiga seperti itu sangatlah salah. Allah adalah kasih. Ia adalah sumber kasih. 

Penyimpangan kedua: Allah adalah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi kamu

Iblis bisa menggoda kita dengan mengatakan: Allah memang adalah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi kamu. Tentu saja pikiran-pikiran yang salah seperti ini jangan dibiarkan ada di dalam diri kita. Kita bertanggungjawab untuk melawannya dengan penuh kesadaran, sebab Alkitab justru ditulis untuk mengajarkan bahwa Allah adalah kasih.

Untuk melawan godaan iblis seperti ini, kita perlu belajar dari Tuhan Yesus ketika Beliau digoda oleh iblis di padang gurun. Cara yang dipakai oleh Tuhan Yesus bukan melalui demonstrasi kekuatan supranatural seperti tenaga dalam untuk memukul iblis atau kekuatan alam seperti petir atau api untuk membakar iblis. Cara yang dipakai oleh Tuhan Yesus adalah melalui Firman Tuhan yang telah ditulis sebelumnya, yaitu Perjanjian Lama.

Ketika orang Kristen digoda iblis dengan gagasan bahwa Allah tidak mengasihi kita secara pribadi, maka yang harus dilakukan orang Kristen adalah bersungguh-sungguh membaca Kitab Suci dari kitab yang paling permulaan hingga kitab paling akhir. Melalui proses pembacaan itu, bukalah hati serta pikiran kita dan dengarkan Allah berbicara kepada kita. Biarkan Allah sendiri yang memberi kita keyakinan bahwa Ia mengasihi kita secara pribadi, bukan sekedar kasih yang bersifat general kepada sekelompok manusia saja, tetapi juga kasih yang bersifat khusus kepada masing-masing pribadi.

Ada saatnya Alkitab menggambarkan kasih Allah yang bersifat global, misalnya Yohanes 3:16 dimana kasih Allah ditujukan kepada seluruh dunia. Tetapi ada saatnya kasih Allah digambarkan secara sangat personal, misalnya dalam peristiwa Pentakosta, dimana lidah api Roh Kudus bukan turun dalam bentuk api yang sangat besar berkobar-kobar melingkupi semua orang yang hadir, melain turun secara satu persatukepada masing-masing pribadi. Ada sentuhan yang sangat personal di dalam peristiwa Pentakosta.

Penyimpangan ketiga: definisi yang keliru terhadap kasih Allah

Bentuk lain dari penyimpangan terhadap pengertian akan kasih Allah adalah, dengan membuat definisi yang keliru dari kasih Allah. Ada beberapa interpretasi keliru tentang apa artinya Allah adalah kasih

Ada orang yang menganggap bahwa Allah itu baru adalah kasih, apabila Ia memberi hadiah kepada saya. Dan yang dimaksud dengan hadiah di sini, biasanya berupa kesehatan, kekayaan, kondisi kehidupan yang baik, keluarga yang baik, pekerjaan yang baik, kelancaran, kenyamanan dan lain sebagainya yang sejenis dengan itu. Apabila Tuhan ternyata tidak memberikan hadiah seperti yang diharapkan, maka kita pantas marah dan menilai bahwa Allah itu bukan kasih.

Melalui anggapan seperti ini, tanpa sadar kita telah bertindak seolah-olah diri kita inilah yang menjadi standar dari kasih. Seakan-akan, kitalah yang berwenang membuat definisi tentang kasih, serta menjadi standar untuk mengukur mana yang merupakan kasih Allah dan mana yang bukan. Tentu saja anggapan seperti ini adalah keliru dan sesat.

Bagaimana mungkin seorang manusia bisa membuat standar dari mana yang bukan kasih Allah dan mana yang adalah kasih Allah? Manusia begitu banyak jumlahnya, masing-masing orang mempunyai standarnya sendiri, lalu standar siapakah yang mau dipegang? Selain itu, siapakah manusia yang merasa mampu mengenal Allah secara sempurna sehingga merasa mampu dan berhak untuk memberi penilaian terhadap hal mana yang Allah harus lakukan dan hal mana yang tidak patut dilakukan-Nya.

Dari logika sederhana seperti ini saja sudah terlihat betapa absurdnya cara berpikir seperti ini, bukan?

Penyimpangan keempat: kasih Allah diwujudkan dalam aspek-aspek yang keliru

Betapa licik dan licinnya cara iblis menggoda manusia dengan menawarkan berbagai gagasan sesat yang sangat efektif membawa manusia ke neraka bersama dia. Pada penyimpangan pertama, iblis menegasi kebenaran dengan berkata bahwa Allah bukan kasih. Serangannya ditujukan kepada Pribadi Allah, sebagai subjek dari kasih. Pada penyimpangan kedua, iblis setuju bahwa Allah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi manusia, serangannya ditujukan kepada manusia sebagai objek dari kasih. Pada penyimpangan ketiga, iblis menyerang definisi dari kasih itu sendiri sambil memberikan definisi-definisi palsu dari kasih Allah.

Pada penyimpangan keempat ini, yang diserang oleh iblis adalah konsekuensi atau implikasi dari kasih. Iblis mencoba mengacaukan orang Kristen agar mereka keliru dalam mengaplikasikan kasih ke dalam hidup mereka. Sedemikian rupa sehingga sekalipun orang Kristen terlihat bertindak baik, namun mereka melakukan kebaikan di dalam arah yang keliru.

Setelah empat penyimpangan tersebut, kita melihat betapa kasih Allah telah diserang dari berbagai segi dan aspek agar manusia tidak pernah mengenal dengan benar, tidak bisa mengalami kasih itu secara penuh dan pada akhirnya kasih itu tidak akan bisa berbuah di dalam kehidupan orang Kristen.

Melalui penyimpangan yang ke empat ini, orang beranggapan: karena Tuhan adalah kasih, maka doktrin atau ajaran Alkitab tidaklah penting. Untuk apa belajar Alkitab secara mendalam? Bukankah pada akhirnya kita akan bertengkar karena doktrin?  Anggapan ini tentu saja keliru. Kita perlu mengerti doktrin Alkitab dengan baik agar kita dapat mengenal Tuhan dengan lebih baik sehingga ketika kita mengasihi, maka kita dapat mengasihi dengan cara yang benar, kepada objek yang benar dan dilandasi oleh motivasi yang benar.

Anggapan lain yang keliru adalah: Karena Tuhan adalah kasih, maka semua orang adalah anak Allah, semua orang dicintai Allah, semua orang akan diterima atau diselamatkan oleh Allah. Tentu saja anggapan sepeti itu adalah anggapan yang keliru dari kasih Allah. 

Apakah karena Allah adalah kasih maka semua orang adalah anak Allah? Tidak demikian. Allah adalah kasih, tetapi bukan semua orang dapat dikatakan sebagai anak Allah sebab manusia telah jatuh ke dalam tangan iblis. Hanya orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sajalah yang diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.

Apakah karena Allah adalah kasih, maka semua orang dicintai Allah? Tidak demikian. Manusia berdosa adalah musuh Allah dan meskipun Allah itu adalah kasih, bukan berarti Ia tidak bisa membenci. Allah membenci dosa. Allah benci kepada Esau. Allah mengadakan permusuhan dengan keturunan ular.

Apakah karena Allah adalah kasih, maka semua orang akan diselamatkan? Tidak. Hanya orang yang percaya kepada Tuhan Yesus saja yang akan diselamatkan. Orang yang tetap tidak percaya akan tetap berada di bawah hukuman dan murka Ilahi.

Kesimpulan

Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, punya kecenderungan untuk tidak menyukai Allah. Di sisi lain, ada iblis yang melakukan segala upaya untuk menjauhkan manusia dari pengenalan akan Allah. Dua faktor tersebut sudah merupakan penghalang yang sangat besar bagi manusia untuk dapat mengenal Allah dan Kasih-Nya.

Tanpa anugerah dari Allah, maka adalah sebuah kemustahilan bagi manusia untuk dapat mengenal Dia. Namun ketika Allah beranugerah kepada manusia, maka ciri-ciri atau tandanya bahwa orang itu mendapat anugerah adalah timbulnya keinginan untuk mengerti Firman dan bertindak sesuai dengan Firman Tuhan tersebut.

Tanpa pengertian yang benar sesuai ajaran Firman Tuhan, maka kasih pun bisa mengalami kekeliruan di dalam banyak hal.