Tuesday, July 16, 2024

Upaya iblis menjauhkan kita dari pemahaman akan kasih Allah


Upaya iblis menjauhkan kita dari kasih Allah

Surat Yohanes banyak membicarakan tentang Allah yang adalah Kasih, untuk mengajarkan kepada pembacanya bahwa mereka pun harus mengasihi sama seperti Allah yang adalah kasih tersebut. Dan untuk memahami apa itu kasih, maka orang percaya harus menggali pengertian tersebut dari Pribadi Allah sendiri.

Seringkali manusia mencoba membuat sendiri definisi dari kasih, tanpa mempertimbangkan apa yang Alkitab katakan tentang kasih melalui Pribadi Allah. Akibatnya manusia menghasilkan definisi yang keliru dari kasih.

Ada orang yang beranggapan bahwa atas nama kasih, maka segala sesuatu menjadi diperbolehkan. Anak-anak muda melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dianggap sesuatu yang baik-baik saja, asalkan dilandaskan pada rasa saling mengasihi. Laki-laki menikahi laki-laki lain dan banyak orang menganggap bahwa itu baik-baik saja asalkan dilandaskan kasih sayang satu sama lain. Tentu saja anggapan ini sangat keliru.

Dari Allah kita belajar, bahwa kasih tidak dapat dipisahkan dari kekudusan. Dan ketika berbicara tentang kekudusan, maka kita bicara tentang apa yang baik dan apa yang jahat menurut standar Allah. Apabila manusia melanggar kekudusan, maka atas nama kasih Allah akan menegur manusia dari dosa dan pelanggarannya, agar mereka bertobat.

Berhubungan seksual sebelum menikah, atau menikah dengan sesama jenis adalah perbuatan yang salah menurut standar kekudusan Tuhan. Sehingga atas nama kasih, perbuatan itu justru harus dicegah dan pelakunya perlu bertobat dari dosanya tersebut. Justru bukan merupakan sebuah kebencian, apabila kita berupaya membawa seseorang kembali kepada Tuhan, ketimbang membiarkan mereka dalam kesesatan yang berujung pada kebinasaan.

Gagasan Alkitab tentang kasih sulit diterima oleh sebagian besar umat manusia, sebab mengandung beberapa pengertian yang mengganggu hati manusia yang berdosa. Manusia tidak suka diatur oleh otoritas yang lebih tinggi yaitu Tuhan. Sebaliknya, manusia memilih untuk menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat menurut standar mereka.

Hati manusia yang ingin menjadi tuhan bagi diri sendiri ini, didukung pula oleh iblis yang sangat senang melihat ketidakpercayaan manusia kepada Tuhan. Dalam aktivitasnya, iblis mengajukan beberapa gagasan yang menyimpang tentang Allah yang adalah kasih, yaitu:

Penyimpangan pertama, Allah bukan kasih, Ia patut dicurigai

Iblis senantiasa membuat manusia tidak sadar siapakah Tuhan dan siapakah manusia di hadapan Tuhan. Manusia akan digoda untuk melihat bahwa dirinya begitu istimewa dan bahwa Allah adalah sosok meragukan yang patut dicurigai, karena berpotensi untuk melakukan kejahatan atau kecurangan pada manusia.

Menurut kebiasaan di jaman ketika Alkitab mula-mula ditulis, yaitu sekitar zaman Musa hidup, seorang penjaga taman istana tidak boleh memakan buah dari pohon yang ada di dalam kebun sang raja. Tetapi melalui Kejadian kita diajarkan bahwa Tuhan adalah Raja yang sangat murah hati, sehingga semua buah dari pohon di Taman Eden boleh dinikmati oleh manusia. Manusia bukan pemilik Taman Eden, manusia ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara Taman itu, manusia pada dasarnya hanyalah seorang pekerja atau tukang kebun di Taman yang dimiliki oleh Tuhan.

Tetapi Adam dan Hawa justru merasa curiga bahwa Allah itu pelit dan jahat karena ada satu buah yang tidak boleh dimakan. Bukankah ini merupakan sesuatu yang sangat keterlaluan? Tetapi inilah sikap hati manusia yang ditunjukkan melalui Kejadian. Dan ketika kecurigaan itu mulai muncul, maka dengan mudahnya Iblis membujuk manusia untuk masuk ke dalam dosa yang nyata, yaitu memberontak terhadap perintah Allah. Sampai sekarang, seringkali di dalam hidup ini, kita merasa curiga kepada Tuhan, hanya karena ada satu masalah saja yang kurang beres di dalam hidup kita. Padahal Tuhan sudah menyediakan begitu banyak kebaikan kepada kita semua.

Kesadaran akan cinta kasih Tuhan sangatlah penting, sebab kita memiliki kecenderungan untuk curiga kepada Tuhan dan sikap curiga seperti itu sangatlah salah. Allah adalah kasih. Ia adalah sumber kasih. 

Penyimpangan kedua: Allah adalah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi kamu

Iblis bisa menggoda kita dengan mengatakan: Allah memang adalah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi kamu. Tentu saja pikiran-pikiran yang salah seperti ini jangan dibiarkan ada di dalam diri kita. Kita bertanggungjawab untuk melawannya dengan penuh kesadaran, sebab Alkitab justru ditulis untuk mengajarkan bahwa Allah adalah kasih.

Untuk melawan godaan iblis seperti ini, kita perlu belajar dari Tuhan Yesus ketika Beliau digoda oleh iblis di padang gurun. Cara yang dipakai oleh Tuhan Yesus bukan melalui demonstrasi kekuatan supranatural seperti tenaga dalam untuk memukul iblis atau kekuatan alam seperti petir atau api untuk membakar iblis. Cara yang dipakai oleh Tuhan Yesus adalah melalui Firman Tuhan yang telah ditulis sebelumnya, yaitu Perjanjian Lama.

Ketika orang Kristen digoda iblis dengan gagasan bahwa Allah tidak mengasihi kita secara pribadi, maka yang harus dilakukan orang Kristen adalah bersungguh-sungguh membaca Kitab Suci dari kitab yang paling permulaan hingga kitab paling akhir. Melalui proses pembacaan itu, bukalah hati serta pikiran kita dan dengarkan Allah berbicara kepada kita. Biarkan Allah sendiri yang memberi kita keyakinan bahwa Ia mengasihi kita secara pribadi, bukan sekedar kasih yang bersifat general kepada sekelompok manusia saja, tetapi juga kasih yang bersifat khusus kepada masing-masing pribadi.

Ada saatnya Alkitab menggambarkan kasih Allah yang bersifat global, misalnya Yohanes 3:16 dimana kasih Allah ditujukan kepada seluruh dunia. Tetapi ada saatnya kasih Allah digambarkan secara sangat personal, misalnya dalam peristiwa Pentakosta, dimana lidah api Roh Kudus bukan turun dalam bentuk api yang sangat besar berkobar-kobar melingkupi semua orang yang hadir, melain turun secara satu persatukepada masing-masing pribadi. Ada sentuhan yang sangat personal di dalam peristiwa Pentakosta.

Penyimpangan ketiga: definisi yang keliru terhadap kasih Allah

Bentuk lain dari penyimpangan terhadap pengertian akan kasih Allah adalah, dengan membuat definisi yang keliru dari kasih Allah. Ada beberapa interpretasi keliru tentang apa artinya Allah adalah kasih

Ada orang yang menganggap bahwa Allah itu baru adalah kasih, apabila Ia memberi hadiah kepada saya. Dan yang dimaksud dengan hadiah di sini, biasanya berupa kesehatan, kekayaan, kondisi kehidupan yang baik, keluarga yang baik, pekerjaan yang baik, kelancaran, kenyamanan dan lain sebagainya yang sejenis dengan itu. Apabila Tuhan ternyata tidak memberikan hadiah seperti yang diharapkan, maka kita pantas marah dan menilai bahwa Allah itu bukan kasih.

Melalui anggapan seperti ini, tanpa sadar kita telah bertindak seolah-olah diri kita inilah yang menjadi standar dari kasih. Seakan-akan, kitalah yang berwenang membuat definisi tentang kasih, serta menjadi standar untuk mengukur mana yang merupakan kasih Allah dan mana yang bukan. Tentu saja anggapan seperti ini adalah keliru dan sesat.

Bagaimana mungkin seorang manusia bisa membuat standar dari mana yang bukan kasih Allah dan mana yang adalah kasih Allah? Manusia begitu banyak jumlahnya, masing-masing orang mempunyai standarnya sendiri, lalu standar siapakah yang mau dipegang? Selain itu, siapakah manusia yang merasa mampu mengenal Allah secara sempurna sehingga merasa mampu dan berhak untuk memberi penilaian terhadap hal mana yang Allah harus lakukan dan hal mana yang tidak patut dilakukan-Nya.

Dari logika sederhana seperti ini saja sudah terlihat betapa absurdnya cara berpikir seperti ini, bukan?

Penyimpangan keempat: kasih Allah diwujudkan dalam aspek-aspek yang keliru

Betapa licik dan licinnya cara iblis menggoda manusia dengan menawarkan berbagai gagasan sesat yang sangat efektif membawa manusia ke neraka bersama dia. Pada penyimpangan pertama, iblis menegasi kebenaran dengan berkata bahwa Allah bukan kasih. Serangannya ditujukan kepada Pribadi Allah, sebagai subjek dari kasih. Pada penyimpangan kedua, iblis setuju bahwa Allah kasih, tetapi Ia tidak mengasihi manusia, serangannya ditujukan kepada manusia sebagai objek dari kasih. Pada penyimpangan ketiga, iblis menyerang definisi dari kasih itu sendiri sambil memberikan definisi-definisi palsu dari kasih Allah.

Pada penyimpangan keempat ini, yang diserang oleh iblis adalah konsekuensi atau implikasi dari kasih. Iblis mencoba mengacaukan orang Kristen agar mereka keliru dalam mengaplikasikan kasih ke dalam hidup mereka. Sedemikian rupa sehingga sekalipun orang Kristen terlihat bertindak baik, namun mereka melakukan kebaikan di dalam arah yang keliru.

Setelah empat penyimpangan tersebut, kita melihat betapa kasih Allah telah diserang dari berbagai segi dan aspek agar manusia tidak pernah mengenal dengan benar, tidak bisa mengalami kasih itu secara penuh dan pada akhirnya kasih itu tidak akan bisa berbuah di dalam kehidupan orang Kristen.

Melalui penyimpangan yang ke empat ini, orang beranggapan: karena Tuhan adalah kasih, maka doktrin atau ajaran Alkitab tidaklah penting. Untuk apa belajar Alkitab secara mendalam? Bukankah pada akhirnya kita akan bertengkar karena doktrin?  Anggapan ini tentu saja keliru. Kita perlu mengerti doktrin Alkitab dengan baik agar kita dapat mengenal Tuhan dengan lebih baik sehingga ketika kita mengasihi, maka kita dapat mengasihi dengan cara yang benar, kepada objek yang benar dan dilandasi oleh motivasi yang benar.

Anggapan lain yang keliru adalah: Karena Tuhan adalah kasih, maka semua orang adalah anak Allah, semua orang dicintai Allah, semua orang akan diterima atau diselamatkan oleh Allah. Tentu saja anggapan sepeti itu adalah anggapan yang keliru dari kasih Allah. 

Apakah karena Allah adalah kasih maka semua orang adalah anak Allah? Tidak demikian. Allah adalah kasih, tetapi bukan semua orang dapat dikatakan sebagai anak Allah sebab manusia telah jatuh ke dalam tangan iblis. Hanya orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sajalah yang diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.

Apakah karena Allah adalah kasih, maka semua orang dicintai Allah? Tidak demikian. Manusia berdosa adalah musuh Allah dan meskipun Allah itu adalah kasih, bukan berarti Ia tidak bisa membenci. Allah membenci dosa. Allah benci kepada Esau. Allah mengadakan permusuhan dengan keturunan ular.

Apakah karena Allah adalah kasih, maka semua orang akan diselamatkan? Tidak. Hanya orang yang percaya kepada Tuhan Yesus saja yang akan diselamatkan. Orang yang tetap tidak percaya akan tetap berada di bawah hukuman dan murka Ilahi.

Kesimpulan

Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, punya kecenderungan untuk tidak menyukai Allah. Di sisi lain, ada iblis yang melakukan segala upaya untuk menjauhkan manusia dari pengenalan akan Allah. Dua faktor tersebut sudah merupakan penghalang yang sangat besar bagi manusia untuk dapat mengenal Allah dan Kasih-Nya.

Tanpa anugerah dari Allah, maka adalah sebuah kemustahilan bagi manusia untuk dapat mengenal Dia. Namun ketika Allah beranugerah kepada manusia, maka ciri-ciri atau tandanya bahwa orang itu mendapat anugerah adalah timbulnya keinginan untuk mengerti Firman dan bertindak sesuai dengan Firman Tuhan tersebut.

Tanpa pengertian yang benar sesuai ajaran Firman Tuhan, maka kasih pun bisa mengalami kekeliruan di dalam banyak hal.