Kepergian Tuhan Yesus ke padang gurun bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan atau random, melainkan ada banyak pesan yang ingin disampaikan kepada umat Tuhan. Dan kita bisa melihat peristiwa itu, baik dari sudut pandang paralel maupun sudut pandang kontras.
Sudut pandang paralel maksudnya adalah kisah-kisah lain di dalam Alkitab yang sejajar atau punya persamaan dengan kisah pencobaan Tuhan Yesus tersebut. Sedangkan kontras maksudnya adalah kisah-kisah di dalam Alkitab yang isinya bertolak belakang atau berkebalikan dengan kisah pencobaan Tuhan Yesus tersebut.
Paralel kisah pencobaan Kristus dengan kisah Adam Hawa di taman Eden
Persamaan antara kisah pencobaan Kristus dengan kisah Adam dan Hawa di Taman Eden adalah bahwa baik Kristus maupun Adam Hawa, semua sama-sama diuji, sama-sama dicobai oleh iblis.
Hal ini merupakan sebuah pesan kepada kita semua, bahwa sebagai manusia tidak mungkin kita luput dari pencobaan yang dilancarkan oleh si iblis. Tidak ada satu manusia pun di dunia ini, entah dia percaya akan keberadaan iblis ataupun tidak percaya, yang dapat luput dari bidikan maut si iblis.
Rasul Petrus sendiri pernah berkata: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. (1 Petrus 5:8)
Fakta bahwa di dunia ini, jauh lebih banyak orang yang tidak mau mengikuti Yesus Kristus. Fakta bahwa banyak orang di dunia ini yang meremehkan keberadaan si iblis. Fakta bahwa banyak orang yang tertarik kepadanya dan bahkan mendirikan tempat-tempat pemujaan baginya, adalah suatu bukti bahwa pekerjaan iblis di dunia ini terbilang cukup berhasil.
Jika iblis sedemikian kuat dan pekerjaannya di dunia sedemikian berhasil, lalu bagaimana kita sebagai orang percaya dapat mengalahkan si iblis? Mengenai hal itu, silahkan Baca tulisan yang saya berjudul : 7 hal yang mampu mengalahkan keganasan si iblis. Klik disini.
Kontras dengan Adam Hawa
Selain melihat dari sudut pandang persamaan atau paralel, kita akan melihat peristiwa pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun dengan pencobaan Adam Hawa di Taman Eden.
Satu hal yang pertama-tama terlihat adalah bahwa Tuhan Yesus beada di padang gurun yang gersang, sedangkan Adam dan Hawa beada di taman Eden. Tempat Tuhan Yesus dicobai sangatlah tidak nyaman, jika dibandingkan dengan tempat dimana Adam Hawa berada.
Di Taman Eden Adam Hawa memiliki serba kecukupan, buah manapun yang mereka inginkan untuk dimakan dari Taman tersbut, telah diperbolehkan oleh Tuhan, kecuali 1 buah saja yang dilarang. Sedangkan di padang gurun, Tuhan Yesus dalam keadaan tidak ada makanan sama sekali.
TETAPI, dalam kondisi serba kecukupan itu, Adam Hawa justru tidak taat terhadap perintah dan larangan Tuhan, sedangkan Tuhan Yesus, sekalipun sedang di dalam kondisi padang gurun yang serba kekurangan, dapat tetap taat kepada perintah Bapa-Nya.
Kita bersyukur atas kehadiran Tuhan Yesus Manusia yang sempurna, yang layak untuk menjadi tebusan bagi hutang dosa kita kepada Allah dan pantas untuk menjadi teladan di dalam kehidupan kita.
Paralel dengan Israel
Kisah perjalanan ke padang gurun, bukanlah kisah yang sangat asing di dalam sejarah Alkitab. Bukan Cuma Tuhan Yesus yang pernah dipimpin ke padang gurun, melainkan Israel sebagai bangsa juga pernah dipimpin keluar dari Mesir oleh Tuhan, untuk beribadah di padang gurun (Keluaran 7:16)
Sebagaimana bangsa Israel dibawa ke padang gurun selama 40 tahun, demikian pula Tuhan Yesus dibawa ke padang gurun selama 40 hari. Tentang perjalanan bangsa Israel di padang gurun, Alkitab mencatat demikian: Sesuai dengan jumlah hari yang kamu mengintai negeri itu, yakni empat puluh hari, satu hari dihitung satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari padamu: (Bilangan 14:34)
Kontras dengan Israel.
Meskipun Israel berada di padang gurun, tetapi bangsa Israel tidak sedang berpuasa dan dalam kondisi kelaparan seperti Tuhan Yesus. Bangsa Israel diberi makan setiap hari dengan manna yang dikirimkan oleh Tuhan agar hidup mereka terpelihara dari hari ke sehari, tetapi meski demikian, bangsa Israel tidak taat pada perintah Tuhan. Tuhan Yesus berada di padang gurun, berpuasa, merasakan kelaparan, namun Tuhan Yesus tetap taat dan tidak tunduk kepada pencobaan yang dilancarkan oleh si iblis.
Bangsa Israel dibawa ke padang gurun selama 40 tahun oleh Tuhan karena bangsa itu harus menanggung penderitaan akibat kesalahan mereka terhadap Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus berpuasa di padang gurun selama 40 hari, bukan untuk menanggung kesalahan diri-Nya sendiri, melainkan untuk menanggung kesalahan manusia di hadapan Allah.
Keutamaan Kristus Yesus
Tuhan Yesus adalah sosok yang sangat istimewa. Tidak seperti Adam Hawa yang gagal di dalam pencobaan, Tuhan Yesus tetap bertahan meskipun kondisi-Nya sangat sulit. Dan tidak seperti Israel yang tidak taat, meski telah diberi kecukupan, Tuhan Yesus tetap bertahan meski dalam keadaan serba kekurangan. Oleh karena itu janganlah seorangpun yang pernah dan boleh meremehkan Tuhan Yesus. Ia adalah sosok yang sangat Agung, sangat Suci, sangat Taat, sangat Cinta Bapa, dan sekaligus juga sangat mencintai kita. Siapakah manusia yang boleh meremehkan, merendahkan, apalagi menghina Tuhan Yesus? Tidak wajarkah apabila manusia dilempar ke Neraka, karena telah menghina Pribadi yang sedemikian baik dan sedemikian suci seperti Tuhan Yesus?
Anugerah Tuhan bagi manusia sudah sedemikian hebat, sedemikian besar, apabila manusia tidak menghargai perbuatan Kristus, apabila manusia tidak memperdulikan kehadiran Tuhan Yesus, apabila manusia menjual Tuhan Yesus, demi mendapatkan kekayaan, demi memperoleh penerimaan dari manusia, maka sangatlah wajar dan sangatlah pantas apabila manusia seperti itu di buang ke Neraka.
Padang gurun adalah tempat yang berkali-kali muncul di dalam Alkitab.
Padang gurun bukan tempat yang tidak memiliki makna apa-apa. Sekalipun tempat itu gersang, tidak banyak hal menyenangkan yang dapat ditemui disana, tetapi padang gurun adalah tempat yang sering dipakai oleh Allah untuk menguji manusia.
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak. (Ulangan 8:2)
Melalui padang gurun, karakter manusia dibentuk oleh Tuhan. Manusia diajar untuk merendahkan hati. Manusia diuji keinginannya untuk berpegang pada perintah Tuhan, sekalipun situasi sedang tidak enak dan tidak nyaman.
Kalau semua kondisi disekitar kita baik-baik saja, maka karakter manusia belum teruji. Tetapi melalui penderitaan, ujian, dan kesukaran, maka barulah karakter manusia itu bisa teruji. Ayub, adalah orang yang saleh, tetapi Tuhan mengizinkan Ayub mengalami penderitaan, dengan tujuan untuk menguji dia. Alkitab menampilkan banyak tokoh-tokoh yang dibentuk karakternya melalui berbagai kesulitan. Abraham diuji melalui perjalanan ke Mesir. Yusuf, Musa, Daud, Daniel, Petrus, Paulus, Yohanes Pembaptis dan masih banyak lagi, semua mengalami ujian melalui kesulitannya masing-masing.
Karakter adalah sesuatu yang baru muncul, setelah ada ujian, setelah ada kesukaran. Ambil satu contoh saja, berkenaan dengan kesetiaan. Bagaimana kita bisa mengetahui seseorang itu setia atau tidak? Kita tidak akan pernah tahu apakah seseorang itu setia atau tidak, kecuali jika kita menguji kesetiaannya di dalam kurun waktu yang panjang dan melalui berbagai kesukaran. Jika seseorang tetap setia, meski ada kesukaran dan meski harus menjalani proses yang panjang, maka sangat mungkin orang itu memang memiliki karakter kesetiaan di dalam dirinya.
Kekristenan tidak mempermuliakan penderitaan.
Meskipun Tuhan sering memakai situasi padang gurun, kesukaran dan penderitaan tetapi kekristenan bukanlah suatu kepercayaan yang suka mempermuliakan penderitaan. Mengapa? Sebab jika kekristenan mempermuliakan penderitaan, maka Tuhan pasti tidak mencipta sorga. Jika kekristenan mempermuliakan penderitaan, maka tidak ada RS Kristen, sekolah. Tetapi, semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, penderitaan, kesulitan, kesengsaraan adalah kondisi yang tidak terhindarkan.
Bagi orang berdosa, penderitaan di dunia adalah bayang-bayang dari kematian kekal. Semua orang tidak terkecuali apakah ia orang kaya, orang terkenal, orang berpengaruh, semua mereka tidak ada yang luput dari kesukaran. Bagi orang percaya, Tuhan juga tidak meluputkan kita dari penderitaan, kesukaran, Tetapi itu bukan sebagai bayang-bayang kematian, melainkan sebagai alat yang berguna di tangan Tuhan, untuk menguji iman, untuk mempertumbuhkan iman orang-orang Kristen.
Anugerah dan tanggung jawab
Orang Kristen suka mendengar berita anugerah, tetapi orang Kristen agak jarang merenungkan bahwa dibalik setiap anugerah, Tuhan senantiasa memberikan pula tanggungjawab untuk dipikul.
Anugerah yang Tuhan berikan, bukan sama dengan hidup santai, pasif, enak-enakan, tidak mengerjakan apa-apa, tidak ada tanggungjawab apa-apa. Sebaliknya, anugerah Tuhan selalu diiringi dengan tugas, tanggungjawab, kesukaran, buktinya:
1. Manusia diberi Eden, tapi diberi tugas
mengelola (Kej 2:15)
2. Bangsa Israel diberi tanah Kanaan, tetapi harus
lebih dulu memerangi bangsa yang ada disana.
3. Seorang lumpuh diberi kesembuhan, tetapi
ia harus bangun, angkat tilam dan berjalan (Yoh
5:8)
Ada begitu banyak tokoh Alkitab yang bersinggungan dengan kondisi padang gurun kehiduapn: bangsa Israel, Yusuf, Daud, Daniel, Sadrakh, Ayub dan Yunus adalah beberapa contoh dari orang-orang yang mengalami ujian dari Tuhan. Peristiwa padang gurun kehidupan sangat berguna bagi pengujian iman dan pertumbuhan iman manusia.
Tuhan menerima kita apa adanya, tetapi Tuhan tidak akan membiarkan kita apa adanya. Dia ingin menjadikan kita seperti Kristus. Dan Tuhan memakai padang gurun sebagai sarana untuk membentuk karakter kita agar semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Kiranya Tuhan Yesus menolong kita. Amin.
Baca artikel lain:
Apakah Tuhan merestui hubungan cinta kaum LGBTQ? Klik disini.