Thursday, September 25, 2025

Dalam hal apakah Iblis dikatakan berbahaya ?

 

Iblis sedang membisiki Yudas (Yoh 13:2)

 

Matius 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya…

 

Berbeda dengan pandangan orang, bahwa iblis itu berbahaya karena bisa melukai kita, bisa memperkosa, atau bahkan membunuh manusia dengan sadis, Alkitab berpendapat bahwa keberbahayaan yang terutama dari Iblis justru terletak pada perkataannya.

Contoh yang paling utama, dapat kita lihat dalam dua peristiwa yang dicatat oleh Alkitab, yaitu peristiwa di taman Eden dan peristiwa di padang gurun.

 

Kemunculan iblis di Taman Eden

Di taman Eden, iblis mengacaukan kehidupan manusia bukan melalui serangan fisik. Meskipun dalam peristiwa itu, iblis dikatakan muncul dalam wujud seekor ular, akan tetapi musibah yang ditimbulkan oleh iblis terhadap Hawa bukanlah dalam bentuk gigitan atau terkaman atau lilitan maut yang meremukkan tulang seperti yang biasanya dilakukan oleh seekor ular. Di taman Eden Iblis menyerang Hawa melalui perkataan demi perkataan.

Dan ketika diungkapkan bahwa serangan iblis tersebut berupa perkataan, kita juga tidak menemukan bahwa perkataan iblis itu disampaikan dengan cara yang kasar, memaki-maki, atau mengata-ngatai Hawa dan Adam. Sebaliknya, iblis berbicara dengan cara yang halus dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jika dipahami secara sepintas maka perkataan-perkataan tersebut terdengar tidak berbahaya sama sekali.

Baca juga:
Pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati. Klik disini.

Hanya ketika kita memahami apa yang sebenarnya Allah katakan kepada Hawa, maka barulah kita mengerti bahwa perkataan si iblis yang terdengar halus dan tidak berbahaya itu, ternyata justru sangat berbahaya dan pada akhirnya terbukti membawa kisah kehidupan manusia ke dalam jurang kebinasaan.

Betapa berbahayanya kekuatan sebuah perkataan, bukan? Perkataan itu bahkan tidak harus disampaikan dengan gaya yang menyerang atau berisi kata-kata kasar yang menyakitkan. Perkataan si iblis cukup disampaikan dengan cara yang halus dan bahkan terkesan elegan, tetapi perkataan itu telah menjadi alat berbahaya yang dipakai oleh iblis untuk membunuh manusia.

 

Kemunculan Iblis di padang gurun

Di padang gurun pun iblis menyerang Tuhan Yesus juga dengan memakai perkataan sebagai senjatanya, bukan dengan cakar, bukan melalui bencana alam, atau cuaca ekstrim yang mematikan dan lain sebagainya, melainkan melalui perkataan.

Dari dua peristiwa itu, kita seharusnya belajar bahwa perkataan bukanlah sesuatu yang tidak berarti. Melalui perkataan seseorang bisa dibangunkan, tetapi melalui perkataan pula seseorang bisa dihancurkan dan bahkan bisa menemui kebinasaannya.

 

Arti penting Firman Tuhan

Mengingat betapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh sebuah perkataan, maka tidak mengherankan jika di padang gurun Tuhan Yesus pun melawan iblis dengan memakai perkataan, yaitu perkataan Ilahi sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci. Tuhan Yesus tidak memakai kekuatan supranatural atau kekuatan fisik untuk melawan si iblis, melainkan memakai Firman Tuhan.

Itu sebabnya bagi orang Kristen, Firman Tuhan memegang peran yang sangat sentral. Firman Tuhan atau Alkitab itu adalah tolok ukur bagi orang Kristen dalam beriman, dalam berpikir, dalam berkata-kata maupun berperilaku. Melalui Firman Tuhan itu pulalah, orang Kristen mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus.

Orang Kristen yang sejati, tidak menjadikan tradisi manusia ataupun tradisi gereja sebagai tolok ukur yang layak dijadikan sebagai dasar kehidupan. Tradisi tidak bisa disejajarkan dengan Alkitab, apalagi jika dianggap lebih tinggi atau mencoba mengatur Alkitab. Dan prinsip ini bukan merupakan prinsip yang asal saja ditetapkan, melainkan prinsip yang diangkat dari dalam kisah-kisah di Alkitab itu sendiri.

Beberapa contoh yang dapat kita sebutkan secara singkat misalnya adalah;

Pertama, cara Tuhan Yesus melawan iblis dengan memakai Firman Tuhan, bukan kekuatan supranatural seperti air suci atau patung salib atau gambar Bunda Maria dan lain sebagainya.
Kedua, cara Tuhan Yesus menyadarkan dua murid Emaus bahwa yang sedang berbicara dengan mereka adalah Yesus Kristus yang asli, juga melalui penjelasan akan Firman Tuhan, bukan melalui penampakan atau cara-cara magis lain.

 

Bagaimana iblis menipu manusia di zaman sekarang ini

Kekristenan dewasa ini telah cukup sering ditipu oleh iblis sehingga dalam menjalankan kehidupan imannya, sehingga tidak semua gereja atau orang Kristen yang memiliki landasan kokoh di dalam pengajaran akan Firman Tuhan. Alkitab yang seharusnya menjadi otoritas tertinggi, malah disejajarkan, atau bahkan dikalahkan oleh tradisi gereja ataupun oleh tafsiran pemimpin gereja yang belum tentu sesuai dengan Alkitab itu sendiri.

Sebagai contoh: di dalam Alkitab tidak pernah ada gambaran dimana Maria memegang peran sebagai perantara kepada Tuhan. Meskipun Maria mendapat kesempatan untuk menjadi ibu yang melahirkan Kristus, tetapi tidak pernah ada gambaran sekecil apapun bahwa ia ditunjuk sebagai perantara manusia kepada Kristus. Alkitab mengajarkan bahwa Kristus adalah pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Alkitab tidak mengajarkan bahwa ada semacam sub-pengantara, yaitu Maria, yang memediasi antara manusia dengan Kristus. Konsep semacam ini dibangun dari tradisi manusia saja, namun bukan dari Alkitab, tidak sepatutnya orang Kristen melakukan hal seperti itu.

Baca juga:
Mengapa Kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.
Beberapa ayat dalam kitab Apocrypha yang bertentangan dengan Alkitab. Klik disini.

Selain itu, iblis juga dengan sangat pandainya membawa kehidupan iman gereja untuk lebih difokuskan pada ritual-ritual, seremoni, benda-benda suci, penampakan supranatural, penonjolan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai orang kudus, tanda-tanda ajaib seperti Stigmata, tempat-tempat religius dan lain sebagainya. Tujuan dari ditonjolkannya semua yang disebutkan di atas adalah agar perhatian manusia teralih dari apa yang paling penting, yaitu mengenal Kristus secara Pribadi melalui Firman-Nya.

Jemaat sibuk kesana kemari untuk melihat tempat-tempat suci, melihat penampakan, menyimpan benda-benda suci, menyanjung orang-orang kudus sedemikian rupa hingga mereka tidak fokus lagi untuk menggali Alkitab dan mencari wajah Kristus melalui Kitab Suci-Nya.

 

Penutup

Hingga hari ini iblis masih terus bekerja di tengah-tengah manusia, bahkan di tengah-tengah gereja. Iblis tidak muncul dengan wajah yang mengerikan dan perkataan kasar yang membuat ngeri. Sebaliknya iblis tampil dengan jubah agama dan memberikan wejangan-wejangan yang terdengar relijius namun bukan berasal dari Alkitab.

Iblis suka memberikan komentar-komentar yang humanis, lembut dan nyaman bagi telinga. Iblis dengan pandainya membuat kita fokus pada ritual agar supaya nurani kita bisa diredam dari rasa bersalah. Dosa yang satu dikompensasi dengan perbuatan baik yang lain. Dosa A bisa diresolusi dengan Doa Bapa Kami 5 kali dan Doa Salam Maria 10 kali. Entah dari mana ide seperti itu muncul, tetapi yang pasti adalah bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan metode kompensasi seperti itu.

Setiap orang bisa melakukan ritual yang disebutkan di atas dan merasa lega di hati, meskipun mereka tidak pernah benar-benar menjalin hubungan Pribadi dengan Kristus yang hidup. Orang bisa berdoa semalam suntuk mengulang-ulang doa yang sama itu, tanpa benar-benar mengalami perjumpaan dengan Kristus yang diberitakan dalam Alkitab. Karena mereka pikir setelah mengulang-ulang doa, maka semuanya sudah beres dan nurani sudah diredam dan dosa sudah diselesaikan. Padahal bukan seperti itu yang diajarkan oleh Alkitab. Bagaimana mungkin menjalin komunikasi yang riil dengan Pribadi yang hidup, tetapi memakai kata-kata yang diulang-ulang seperti itu? Sangat absurd dan aneh sekali, jika praktik semacam itu diteropong dari prinsip yang diajarkan oleh Alkitab.

Itu sebabnya hal semacam ini menjadi tipuan iblis yang paling mengerikan, karena disampaikan secara halus, sehingga membuat kita merasa baik-baik saja, padahal sesungguhnya kerohanian kita masih jauh dari apa yang digambarkan oleh Alkitab, dan kita bahkan tidak menyadarinya.

Kiranya melalui pembacaan Alkitab dan penggalian yang sehat terhadap ajaran Alkitab, semakin lama kita semakin sadar akan seberapa jauh kita telah menyimpang dari apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Amin.

Baca juga:
Bukti Alkitab adalah Firman Tuhan. Klik disini.
Apakah Tuhan merestui hubungan cinta di antara kaum LGBTQ. Klik disini.