Kanonisasi Alkitab – Perjanjian Lama
Serie tulisan: Kanonisasi Alkitab
Arti
penting Alkitab
bagi
kehidupan Pribadi Yesus Kristus
Amat
disayangkan apabila ada orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus,
tetapi tidak memiliki kedekatan dengan Alkitab. Ajaran Alkitab menjadi sesuatu
yang asing, jarang dibaca, jarang dipelajari dan jarang direnungkan. [1]
Ini adalah suatu kenyataan yang sangat absurd
sekali, sebab Yesus Kristus sendiri justru merupakan seorang Pribadi yang
sangat dekat dengan ajaran Alkitab. Bagaimana mungkin seseorang dapat ingin
menjadi pengikut-Nya tetapi malah tidak mau menjalani cara hidup yang serupa
dengan Dia? [Baca juga: Bagaimana kumpulan kitab Perjanjian Lama terbentuk? Klik disini.]
Alkitab
Perjanjian Lama adalah Alkitab yang dibaca oleh Tuhan Yesus pada waktu Tuhan
kita turun ke bumi sekitar 2000-an tahun yang lalu. Alkitab Perjanjian Lama
sebagaimana yang kita kenal saat ini, sudah tersedia pada waktu itu dan Tuhan
Yesus bahkan terlihat seringkali memakai Alkitab Perjanjian Lama tersebut
sebagai dasar di dalam pengajaran, dasar di dalam berperilaku dan dasar untuk
melawan cobaan dari si iblis.
Sejak
masih kecil, Tuhan Yesus sudah memiliki kegemaran terhadap Kitab Suci. Lukas mencatat
sebuah peristiwa ketika pada usia dua belas tahun, Tuhan kita pergi ke
Yerusalem bersama kedua orang tua-Nya pada waktu hari raya Paskah. Segalanya
berjalan lancar selama masa perayaan sedang berlangsung, namun setelah perayaan
tersebut berakhir, ternyata kedua orang tua Tuhan Yesus tidak sadar bahwa Anak
mereka itu tidak pulang bersama-sama dengan mereka. Lalu Lukas mencatat:
Sesudah
tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di
tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat
heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. [2]
Tuhan
Yesus memang adalah Allah yang menjadi Manusia. Namun di dalam keadaan-Nya
sebagai Manusia, Tuhan Yesus tetap harus belajar sebagaimana layaknya anak-anak
lain belajar. Kecerdasan yang dimiliki oleh Tuhan kita bukanlah hasil instant yang Ia miliki begitu saja “mentang-mentang Dia adalah Allah.” [Baca juga: Mengapa Tuhan Yesus rela menjadi Manusia? Klik disini]
Segala
kecerdasan itu diperoleh karena dua hal: ketertarikan
yang sangat besar terhadap Kitab Suci dan ketekunan
di dalam belajar mulai dari Tuhan kita masih kanak-kanak hingga menjadi
pria dewasa. Hal itu tercermin di dalam perkataan Lukas tentang Tuhan Yesus di
masa pertumbuhan-Nya:
Dan
Yesus makin bertambah besar dan bertambah
hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.[3]
Apabila
anak-anak di zaman kita tidak memiliki kecerdasan seperti Tuhan Yesus dalam hal
pemahaman Alkitab, kita tidak dapat berkata: Terang aja Tuhan Yesus pintar dalam soal Alkitab, Dia Allah sih. Ucapan
seperti ini, sama sekali berbeda dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Kitab
Lukas. [Baca juga: Kisah Yesus sejak lahir hingga beranjak dewasa. Klik disini]
Sebab
sekalipun Yesus Kristus adalah Allah, tetapi kitab Lukas justru lebih cenderung
menyoroti sosok Kristus dari natur ke-Manusia-an-Nya [4]
yaitu sebagai manusia yang belajar. Perhatikan kata-kata Lukas tentang Tuhan
kita yang makin bertambah hikmat-Nya. Sebagai seorang Manusia, Mesias kita
tidak mendadak memiliki hikmat yang sempurna semenjak masih anak-anak. Sebagai
seorang Manusia, Mesias kita itupun mengizinkan diri-Nya bertambah di dalam
hikmat sama seperti anak manusia lainnya.
Tuhan
Yesus sangat cerdas karena hati-Nya memang sudah melekat kepada Firman. Ia
mengasihi Firman Tuhan dan seumur hidup-Nya di dunia, perkataan Allah di dalam
Perjanjian Lama senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diri-Nya.
Maka
sekali lagi, sungguh menyedihkan apabila di zaman sekarang masih ada
orang-orang yang kelihatannya seperti pengikut Kristus tetapi justru tidak
mendasarkan kehidupannya, keyakinannya, cara berpikirnya di atas ajaran
Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bukan? Sedangkan Yesus
Kristus sendiri yang adalah Allah, ternyata sangat memperhatikan apa yang
dikatakan oleh Kitab Suci Perjanjian Lama yang tersedia bagi-Nya pada waktu
itu.
Wajah
kekristenan dewasa ini tidak jarang diwarnai dengan orang-orang yang sangat
antusias terhadap hal-hal yang bersifat mistis, penampakan-penampakan, berita-berita
heboh tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan berbagai gegap gempita
spiritual yang tidak disertai dukungan Alkitabiah yang memadai.
Orang
menjadi sangat tertarik untuk mendengar kesaksian si A atau si B yang mengaku
pernah diajak Tuhan ke sorga ataupun ke neraka. Tetapi tidak ada suatu
sensitivitas sedikitpun dari para pendengar ini untuk memeriksa apakah hal-hal
yang demikian itu sesuai dengan ajaran Alkitab ataukah tidak? Mereka suka
mendengar kisah-kisah luarbiasa tentang keadaan sorga atau keadaan neraka,
tetapi mereka bahkan tidak peduli untuk sejenak memeriksa apakah yang mereka dengar
itu ada dukungan Alkitabiahnya atau tidak.
Kondisi
seperti ini sangat mirip dengan kondisi yang dituliskan di dalam kitab Hakim-hakim:
Pada
zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap
orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. [5]
“Pada
zaman itu tidak ada raja,” kata penulis kitab Hakim-Hakim. Sungguh ironis perkataan tersebut. Allah
adalah Sang Raja, tetapi orang Israel menganggap sepi Sang Raja dan memilih
jalan hidupnya sendiri. [Baca juga: Kerinduan mengenal Yesus. Klik disini]
Meskipun
Yesus Kristus adalah Sang Raja yang telah menyatakan diri-Nya melalui Alkitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sangat memprihatinkan apabila kita para
pengikut-Nya lebih memilih untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan anggapan
kita sendiri saja, tanpa sungguh-sungguh memeriksa apa yang Alkitab katakan
tentang hal itu. Semoga tulisan ini mengingatkan kita untuk kembali ke jalan
yang telah ditunjukkan oleh Yesus, Tuhan kita yang Mahamulia itu.
Arti
penting Alkitab
bagi
kehidupan pelayanan Yesus Kristus
Pertama:
Yesus Kristus tahu dengan pasti
bahwa Perjanjian Lama berbicara
tentang Dia
Dalam
suatu peristiwa setelah Tuhan kita disalibkan, ada dua orang murid-Nya yang merasa
kecewa dan bingung dalam menyikapi peristiwa penyaliban tersebut.
Seperti
murid lainnya, mereka berpikir bahwa Yesus Kristus akan tampil sebagai
penyelamat bangsa yang akan mengalahkan Romawi dan mengembalikan kejayaan
Israel seperti pada masa Daud dan Salomo dahulu kala.
Kematian
Yesus Kristus di atas salib sulit dilihat sebagai tanda kemenangan di mata
siapapun pada saat itu. Dari mulut mereka sendiri terucap kata-kata:
Padahal
kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa
Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
[6]
Sulit
untuk tidak menangkap kesan kecewa di dalam kata-kata mereka, bukan? Tetapi
bagaimanakah kira-kira Tuhan Yesus akan menolong dua orang murid yang salah
mengerti ini? Lukas mencatat:
Lalu Ia
berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu,
sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala
kitab nabi-nabi. [7]
Adakalanya
kita berpikir bahwa iman kepercayaan seorang manusia akan bertumbuh apabila orang
itu melihat penampakan spiritual ataupun melihat mukjizat.
Itu
sebabnya ada orang-orang yang rela pergi ke sana ke mari karena ingin melihat
penampakan-penampakan spiritual [8] ataupun
mukjizat tersebut. Tetapi tulisan Lukas dalam peristiwa Emaus ini mengingatkan
kita bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan isi
hati Tuhan. Mengapa?
Sebab
selama perjalanan ke Emaus itu, Tuhan Yesus memiliki kesempatan yang sangat
besar untuk menampakkan diri-Nya kepada para murid tersebut untuk membuat
mereka percaya bahwa Ia telah bangkit, tetapi hal itu justru tidak dilakukan
oleh Tuhan kita.
Sebaliknya
Tuhan kita memilih untuk menjelaskan segala sesuatu tentang diri-Nya dengan
memakai catatan Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab
nabi-nabi. Sungguh, banyak dari kita yang mungkin kurang puas dengan hal ini
atau mungkin kita kurang suka mendengar hal ini, kita berharap Tuhan Yesus
menampakkan diri-Nya di hadapan murid-murid Emaus, kita berharap Yesus
mendemostrasikan mukjizat-mukjizat hebat agar orang-orang Emaus ini percaya.
Tetapi sekali lagi tidak demikian yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Tuhan
Yesus tahu siapa diri-Nya dan Dia memilih untuk menjelaskan diri-Nya itu
melalui Kitab Suci, bukan melalui penampakan akan wajah-Nya, bukan pula melalui
demonstrasi mukjizat apapun. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa inilah cara yang
dipilih Tuhan untuk menumbuhkan iman seseorang kepada-Nya.
Jika
kita adalah pengikut Tuhan Yesus, dapatkah setidaknya kita menghormati pilihan
Tuhan kita itu dan berhenti memaksa Dia untuk bekerja sesuai dengan fantasi
kita yang liar dan berdosa?
Yesus Kristus memulai pelayanan-Nya
dengan mengutip Perjanjian Lama
Berbeda
dengan pandangan orang Saduki yang percaya hanya kitab Musa saja yang merupakan
Kitab Suci, Tuhan Yesus justru mengakui bahwa kitab nabi Yesaya pun merupakan
Kitab Suci.
Ia
datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari
Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan
nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian
Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai
mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya." [9]
Yesus
Kristus melihat diri-Nya sebagai penggenap dari nubuat nabi Yesaya. Artinya, di
mata Tuhan kita, kitab nabi Yesaya yang telah dituliskan lama sebelum Ia lahir
ke dunia adalah kitab yang sungguh-sungguh merupakan kitab yang suci.
Yesus Kristus mengakhiri pelayanan-Nya
juga dengan mengutip Perjanjian Lama
Di
dalam masa-masa akhir pelayanan-Nya di dunia, sebelum Ia naik ke sorga, Tuhan
Yesus mendekati para murid-Nya lalu berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan
di bumi.” [10]
Bagi
kita ucapan ini mungkin terkesan cukup netral atau umum-umum saja. Tetapi bagi
orang di zaman itu, perkataan Yesus ini tidak mungkin tidak akan membawa mereka
untuk mengingat akan perkataan Daniel sekitar 600 tahun sebelumnya. Daniel
berkata:
Aku
terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari
langit seorang seperti anak
manusia; datanglah
ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan
dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi
kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan
kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:13,14)
Tuhan
Yesus ingat tulisan Daniel dan melihat diri-Nya sebagai penggenapan dari apa
yang pernah dilihat oleh Daniel tersebut. Bagi Tuhan Yesus, kitab Daniel bukan
kitab sembarangan melainkan Firman Allah sendiri.
Akhir
Kata
Tidak
dapat dipungkiri bahwa bagi Yesus Kristus, Alkitab yaitu Perjanjian Lama yang
kita kenal saat ini, merupakan suatu buku yang sangat penting sekali. Ia
mempelajarinya sejak kecil, memakainya untuk kehidupan sehari-hari, memakainya
dalam pelayanan pertama, memakainya untuk peperangan rohani, menggunakannya
untuk mengajar, mengutipnya untuk melawan ajaran sesat, mengulanginya lagi
untuk menolong murid yang resah dan akhirnya mengutipnya lagi di akhir
pelayanan di dunia.
Sungguh
luarbiasa bahwa dalam kapasitas-Nya sebagai Pribadi kedua Allah Tritunggal,
Tuhan Yesus tidak datang dengan otoritas atau ucapan-ucapan-Nya sendiri
melainkan Ia datang dengan otoritas dari Bapa-Nya dan memperkatakan segala
sesuatu yang telah diperkatakan melalui Alkitab Firman Tuhan.
Dapat
dikatakan, tidak ada aspek di dalam kehidupan Kristus Yesus dimana Ia tidak
mengkaitkan segalanya dengan Firman Tuhan, yaitu Alkitab Perjanjian Lama yang
kita miliki pula saat ini. Oleh karena itu, jika Dia memang adalah Guru kita,
maka sudah sepantasnya apabila kita juga memiliki sikap hati yang sama seperti
Dia terhadap Alkitab, bukan?
Dalam
tulisan ini kita sudah melihat bahwa Yesus Kristus mengenal Kitab Suci sebagai
kitab-kitab Musa dan segala tulisan para nabi. Dalam tulisan mendatang kita
akan melihat secara lebih terperinci, Alkitab Perjanjian Lama macam apakah yang
dikenal secara utuh oleh Tuhan kita maupun orang-orang yang hidup sezaman
dengan Dia.
Tuhan
mengasihi kita semua.
Catatan
[1] Dan sudah pasti jarang pula dilakukan. Sebab bagaimana mungkin seseorang mau melakukan ajaran Alkitab, jika orang itu bahkan tidak tahu apa yang sebetulnya diajarkan oleh Alkitab, bukan? Pada akhirnya yang terjadi adalah orang membuat fantasi-fantasi sendiri tentang suatu kehidupan yang mereka pikir diajarkan oleh Alkitab.
Catatan
[1] Dan sudah pasti jarang pula dilakukan. Sebab bagaimana mungkin seseorang mau melakukan ajaran Alkitab, jika orang itu bahkan tidak tahu apa yang sebetulnya diajarkan oleh Alkitab, bukan? Pada akhirnya yang terjadi adalah orang membuat fantasi-fantasi sendiri tentang suatu kehidupan yang mereka pikir diajarkan oleh Alkitab.
[2] Lukas 2:46-47
[3] Lukas 2:52
[4] Yesus Kristus adalah Pribadi yang memiliki dua natur, natur Ilahi dan natur manusia. Di dalam natur Ilahi-Nya Tuhan Yesus adalah Allah yang Mahatahu, tetapi di dalam natur manusia-Nya Tuhan Yesus tetap mengalami pertumbuhan secara alami baik secara fisik maupun secara pengetahuan sama seperti semua anak lain di dunia. Betapa besar kasih Yesus Kristus pada kita sehingga Ia yang tak terbatas, mengizinkan diri-Nya untuk sementara waktu dikungkung atau dihambat oleh keterbatasan manusiawi.
[3] Lukas 2:52
[4] Yesus Kristus adalah Pribadi yang memiliki dua natur, natur Ilahi dan natur manusia. Di dalam natur Ilahi-Nya Tuhan Yesus adalah Allah yang Mahatahu, tetapi di dalam natur manusia-Nya Tuhan Yesus tetap mengalami pertumbuhan secara alami baik secara fisik maupun secara pengetahuan sama seperti semua anak lain di dunia. Betapa besar kasih Yesus Kristus pada kita sehingga Ia yang tak terbatas, mengizinkan diri-Nya untuk sementara waktu dikungkung atau dihambat oleh keterbatasan manusiawi.
[5] Hakim-Hakim 17:6
[6] Lukas 24:21
[7] Lukas 24:25-27
[8] Baik penampakan dari sosok yang diduga adalah Yesus Kristus atau sosok yang diduga sebagai Maria atau Petrus, atau Paulus atau siapapun.
[9] Lukas 4:16-21
[10] Matius 28:18
[6] Lukas 24:21
[7] Lukas 24:25-27
[8] Baik penampakan dari sosok yang diduga adalah Yesus Kristus atau sosok yang diduga sebagai Maria atau Petrus, atau Paulus atau siapapun.
[9] Lukas 4:16-21
[10] Matius 28:18