Thursday, June 18, 2020

Arti penting Alkitab Perjanjian Lama bagi Yesus Kristus

Kanonisasi Alkitab – Perjanjian Lama
Serie tulisan: Kanonisasi Alkitab



Kanonisasi Alkitab


Arti penting Alkitab
bagi kehidupan Pribadi Yesus Kristus

Amat disayangkan apabila ada orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus Kristus, tetapi tidak memiliki kedekatan dengan Alkitab. Ajaran Alkitab menjadi sesuatu yang asing, jarang dibaca, jarang dipelajari dan jarang direnungkan. [1] Ini adalah suatu kenyataan yang sangat absurd sekali, sebab Yesus Kristus sendiri justru merupakan seorang Pribadi yang sangat dekat dengan ajaran Alkitab. Bagaimana mungkin seseorang dapat ingin menjadi pengikut-Nya tetapi malah tidak mau menjalani cara hidup yang serupa dengan Dia? [Baca juga: Bagaimana kumpulan kitab Perjanjian Lama terbentuk? Klik disini.]

Alkitab Perjanjian Lama adalah Alkitab yang dibaca oleh Tuhan Yesus pada waktu Tuhan kita turun ke bumi sekitar 2000-an tahun yang lalu. Alkitab Perjanjian Lama sebagaimana yang kita kenal saat ini, sudah tersedia pada waktu itu dan Tuhan Yesus bahkan terlihat seringkali memakai Alkitab Perjanjian Lama tersebut sebagai dasar di dalam pengajaran, dasar di dalam berperilaku dan dasar untuk melawan cobaan dari si iblis.

Sejak masih kecil, Tuhan Yesus sudah memiliki kegemaran terhadap Kitab Suci. Lukas mencatat sebuah peristiwa ketika pada usia dua belas tahun, Tuhan kita pergi ke Yerusalem bersama kedua orang tua-Nya pada waktu hari raya Paskah. Segalanya berjalan lancar selama masa perayaan sedang berlangsung, namun setelah perayaan tersebut berakhir, ternyata kedua orang tua Tuhan Yesus tidak sadar bahwa Anak mereka itu tidak pulang bersama-sama dengan mereka. Lalu Lukas mencatat:

Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. [2]

Tuhan Yesus memang adalah Allah yang menjadi Manusia. Namun di dalam keadaan-Nya sebagai Manusia, Tuhan Yesus tetap harus belajar sebagaimana layaknya anak-anak lain belajar. Kecerdasan yang dimiliki oleh Tuhan kita bukanlah hasil instant yang Ia miliki begitu saja “mentang-mentang Dia adalah Allah.” [Baca juga: Mengapa Tuhan Yesus rela menjadi Manusia? Klik disini]

Segala kecerdasan itu diperoleh karena dua hal: ketertarikan yang sangat besar terhadap Kitab Suci dan ketekunan di dalam belajar mulai dari Tuhan kita masih kanak-kanak hingga menjadi pria dewasa. Hal itu tercermin di dalam perkataan Lukas tentang Tuhan Yesus di masa pertumbuhan-Nya:

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.[3]

Apabila anak-anak di zaman kita tidak memiliki kecerdasan seperti Tuhan Yesus dalam hal pemahaman Alkitab, kita tidak dapat berkata: Terang aja Tuhan Yesus pintar dalam soal Alkitab, Dia Allah sih. Ucapan seperti ini, sama sekali berbeda dengan pesan yang ingin disampaikan oleh Kitab Lukas. [Baca juga: Kisah Yesus sejak lahir hingga beranjak dewasa. Klik disini]

Sebab sekalipun Yesus Kristus adalah Allah, tetapi kitab Lukas justru lebih cenderung menyoroti sosok Kristus dari natur ke-Manusia-an-Nya [4] yaitu sebagai manusia yang belajar. Perhatikan kata-kata Lukas tentang Tuhan kita yang makin bertambah hikmat-Nya. Sebagai seorang Manusia, Mesias kita tidak mendadak memiliki hikmat yang sempurna semenjak masih anak-anak. Sebagai seorang Manusia, Mesias kita itupun mengizinkan diri-Nya bertambah di dalam hikmat sama seperti anak manusia lainnya.

Tuhan Yesus sangat cerdas karena hati-Nya memang sudah melekat kepada Firman. Ia mengasihi Firman Tuhan dan seumur hidup-Nya di dunia, perkataan Allah di dalam Perjanjian Lama senantiasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari diri-Nya.

Maka sekali lagi, sungguh menyedihkan apabila di zaman sekarang masih ada orang-orang yang kelihatannya seperti pengikut Kristus tetapi justru tidak mendasarkan kehidupannya, keyakinannya, cara berpikirnya di atas ajaran Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, bukan? Sedangkan Yesus Kristus sendiri yang adalah Allah, ternyata sangat memperhatikan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Perjanjian Lama yang tersedia bagi-Nya pada waktu itu.

Wajah kekristenan dewasa ini tidak jarang diwarnai dengan orang-orang yang sangat antusias terhadap hal-hal yang bersifat mistis, penampakan-penampakan, berita-berita heboh tentang apa yang akan terjadi di masa depan dan berbagai gegap gempita spiritual yang tidak disertai dukungan Alkitabiah yang memadai.

Orang menjadi sangat tertarik untuk mendengar kesaksian si A atau si B yang mengaku pernah diajak Tuhan ke sorga ataupun ke neraka. Tetapi tidak ada suatu sensitivitas sedikitpun dari para pendengar ini untuk memeriksa apakah hal-hal yang demikian itu sesuai dengan ajaran Alkitab ataukah tidak? Mereka suka mendengar kisah-kisah luarbiasa tentang keadaan sorga atau keadaan neraka, tetapi mereka bahkan tidak peduli untuk sejenak memeriksa apakah yang mereka dengar itu ada dukungan Alkitabiahnya atau tidak.

Kondisi seperti ini sangat mirip dengan kondisi yang dituliskan di dalam kitab Hakim-hakim:

Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. [5]

“Pada zaman itu tidak ada raja,” kata penulis kitab Hakim-Hakim.  Sungguh ironis perkataan tersebut. Allah adalah Sang Raja, tetapi orang Israel menganggap sepi Sang Raja dan memilih jalan hidupnya sendiri. [Baca juga: Kerinduan mengenal Yesus. Klik disini]

Meskipun Yesus Kristus adalah Sang Raja yang telah menyatakan diri-Nya melalui Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sangat memprihatinkan apabila kita para pengikut-Nya lebih memilih untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan anggapan kita sendiri saja, tanpa sungguh-sungguh memeriksa apa yang Alkitab katakan tentang hal itu. Semoga tulisan ini mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang telah ditunjukkan oleh Yesus, Tuhan kita yang Mahamulia itu.


Arti penting Alkitab
bagi kehidupan pelayanan Yesus Kristus

Pertama:
Yesus Kristus tahu dengan pasti
bahwa Perjanjian Lama berbicara tentang Dia

Dalam suatu peristiwa setelah Tuhan kita disalibkan, ada dua orang murid-Nya yang merasa kecewa dan bingung dalam menyikapi peristiwa penyaliban tersebut.

Seperti murid lainnya, mereka berpikir bahwa Yesus Kristus akan tampil sebagai penyelamat bangsa yang akan mengalahkan Romawi dan mengembalikan kejayaan Israel seperti pada masa Daud dan Salomo dahulu kala.

Kematian Yesus Kristus di atas salib sulit dilihat sebagai tanda kemenangan di mata siapapun pada saat itu. Dari mulut mereka sendiri terucap kata-kata:

Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. [6]

Sulit untuk tidak menangkap kesan kecewa di dalam kata-kata mereka, bukan? Tetapi bagaimanakah kira-kira Tuhan Yesus akan menolong dua orang murid yang salah mengerti ini? Lukas mencatat:

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [7]

Adakalanya kita berpikir bahwa iman kepercayaan seorang manusia akan bertumbuh apabila orang itu melihat penampakan spiritual ataupun melihat mukjizat.

Itu sebabnya ada orang-orang yang rela pergi ke sana ke mari karena ingin melihat penampakan-penampakan spiritual [8] ataupun mukjizat tersebut. Tetapi tulisan Lukas dalam peristiwa Emaus ini mengingatkan kita bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan isi hati Tuhan. Mengapa?

Sebab selama perjalanan ke Emaus itu, Tuhan Yesus memiliki kesempatan yang sangat besar untuk menampakkan diri-Nya kepada para murid tersebut untuk membuat mereka percaya bahwa Ia telah bangkit, tetapi hal itu justru tidak dilakukan oleh Tuhan kita.

Sebaliknya Tuhan kita memilih untuk menjelaskan segala sesuatu tentang diri-Nya dengan memakai catatan Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Sungguh, banyak dari kita yang mungkin kurang puas dengan hal ini atau mungkin kita kurang suka mendengar hal ini, kita berharap Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya di hadapan murid-murid Emaus, kita berharap Yesus mendemostrasikan mukjizat-mukjizat hebat agar orang-orang Emaus ini percaya. Tetapi sekali lagi tidak demikian yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus tahu siapa diri-Nya dan Dia memilih untuk menjelaskan diri-Nya itu melalui Kitab Suci, bukan melalui penampakan akan wajah-Nya, bukan pula melalui demonstrasi mukjizat apapun. Kita tidak dapat mengabaikan fakta bahwa inilah cara yang dipilih Tuhan untuk menumbuhkan iman seseorang kepada-Nya.

Jika kita adalah pengikut Tuhan Yesus, dapatkah setidaknya kita menghormati pilihan Tuhan kita itu dan berhenti memaksa Dia untuk bekerja sesuai dengan fantasi kita yang liar dan berdosa?

Yesus Kristus memulai pelayanan-Nya
dengan mengutip Perjanjian Lama

Berbeda dengan pandangan orang Saduki yang percaya hanya kitab Musa saja yang merupakan Kitab Suci, Tuhan Yesus justru mengakui bahwa kitab nabi Yesaya pun merupakan Kitab Suci.

Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." [9]

Yesus Kristus melihat diri-Nya sebagai penggenap dari nubuat nabi Yesaya. Artinya, di mata Tuhan kita, kitab nabi Yesaya yang telah dituliskan lama sebelum Ia lahir ke dunia adalah kitab yang sungguh-sungguh merupakan kitab yang suci.

Yesus Kristus mengakhiri pelayanan-Nya
juga dengan mengutip Perjanjian Lama

Di dalam masa-masa akhir pelayanan-Nya di dunia, sebelum Ia naik ke sorga, Tuhan Yesus mendekati para murid-Nya lalu berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” [10]

Bagi kita ucapan ini mungkin terkesan cukup netral atau umum-umum saja. Tetapi bagi orang di zaman itu, perkataan Yesus ini tidak mungkin tidak akan membawa mereka untuk mengingat akan perkataan Daniel sekitar 600 tahun sebelumnya. Daniel berkata:

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:13,14)

Tuhan Yesus ingat tulisan Daniel dan melihat diri-Nya sebagai penggenapan dari apa yang pernah dilihat oleh Daniel tersebut. Bagi Tuhan Yesus, kitab Daniel bukan kitab sembarangan melainkan Firman Allah sendiri.


Akhir Kata

Tidak dapat dipungkiri bahwa bagi Yesus Kristus, Alkitab yaitu Perjanjian Lama yang kita kenal saat ini, merupakan suatu buku yang sangat penting sekali. Ia mempelajarinya sejak kecil, memakainya untuk kehidupan sehari-hari, memakainya dalam pelayanan pertama, memakainya untuk peperangan rohani, menggunakannya untuk mengajar, mengutipnya untuk melawan ajaran sesat, mengulanginya lagi untuk menolong murid yang resah dan akhirnya mengutipnya lagi di akhir pelayanan di dunia.

Sungguh luarbiasa bahwa dalam kapasitas-Nya sebagai Pribadi kedua Allah Tritunggal, Tuhan Yesus tidak datang dengan otoritas atau ucapan-ucapan-Nya sendiri melainkan Ia datang dengan otoritas dari Bapa-Nya dan memperkatakan segala sesuatu yang telah diperkatakan melalui Alkitab Firman Tuhan.

Dapat dikatakan, tidak ada aspek di dalam kehidupan Kristus Yesus dimana Ia tidak mengkaitkan segalanya dengan Firman Tuhan, yaitu Alkitab Perjanjian Lama yang kita miliki pula saat ini. Oleh karena itu, jika Dia memang adalah Guru kita, maka sudah sepantasnya apabila kita juga memiliki sikap hati yang sama seperti Dia terhadap Alkitab, bukan?

Dalam tulisan ini kita sudah melihat bahwa Yesus Kristus mengenal Kitab Suci sebagai kitab-kitab Musa dan segala tulisan para nabi. Dalam tulisan mendatang kita akan melihat secara lebih terperinci, Alkitab Perjanjian Lama macam apakah yang dikenal secara utuh oleh Tuhan kita maupun orang-orang yang hidup sezaman dengan Dia.

Tuhan mengasihi kita semua.



Catatan
[1] Dan sudah pasti jarang pula dilakukan. Sebab bagaimana mungkin seseorang mau melakukan ajaran Alkitab, jika orang itu bahkan tidak tahu apa yang sebetulnya diajarkan oleh Alkitab, bukan? Pada akhirnya yang terjadi adalah orang membuat fantasi-fantasi sendiri tentang suatu kehidupan yang mereka pikir diajarkan oleh Alkitab.
 
[2] Lukas 2:46-47

[3] Lukas 2:52

[4] Yesus Kristus adalah Pribadi yang memiliki dua natur, natur Ilahi dan natur manusia. Di dalam natur Ilahi-Nya Tuhan Yesus adalah Allah yang Mahatahu, tetapi di dalam natur manusia-Nya Tuhan Yesus tetap mengalami pertumbuhan secara alami baik secara fisik maupun secara pengetahuan sama seperti semua anak lain di dunia. Betapa besar kasih Yesus Kristus pada kita sehingga Ia yang tak terbatas, mengizinkan diri-Nya untuk sementara waktu dikungkung atau dihambat oleh keterbatasan manusiawi.
 
[5] Hakim-Hakim 17:6

[6] Lukas 24:21

[7] Lukas 24:25-27

[8] Baik penampakan dari sosok yang diduga adalah Yesus Kristus atau sosok yang diduga sebagai Maria atau Petrus, atau Paulus atau siapapun.

[9] Lukas 4:16-21

[10] Matius 28:18