Thursday, March 23, 2023

Tuhan Yesus adalah Raja

Mengenal Injil Matius


Injil Matius merupakan Injil yang ditempatkan di bagian paling awal dari seluruh kitab Perjanjian Baru, sekalipun para ahli cukup sepakat bahwa dari keseluruhan Injil, bukan Matius yang pertama kali ditulis, melainkan Injil Markus. Tetapi hal ini tidak perlu membingungkan kita, sebab Alkitab kita memang tidak disusun secara kronologis. Kita menerima urutan kitab-kitab Perjanjian Baru secara konsesus, yang prosesnya sudah terjadi pada masa yang lalu, pada abad-abad awal kekristenan mulai berkembang. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana membacanya dengan tekun serta mempelajarinya baik-baik agar semakin hari kita dàpat semakin mengenal Tuhan kita. [Baca Juga: Mengapa Injil Matius banyak bicara tentang Hukum Taurat? Klik disini.]

Injil Matius sendiri mengetengahkan sebuah pesan pada pembacanya, bahwa Yesus Kristus adalah seorang Raja yang sangat berkuasa, paling berkuasa bahkan. Dalam bagian akhir dari Injilnya, Matius mencatat perkataan Tuhan Yesus: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18). Sedangkan pada bagian awal Injilnya, Matius mengkaitkan nama Tuhan Yesus dengan Daud yang adalah raja yang sangat dikenal dan dijunjung tinggi oleh orang Israel.

Uraian Matius pada bagian awal Injil yang berisi Silsilah Yesus Kristus, semakin menguatkan dugaan kita bahwa Matius memang menampilkan sosok Tuhan Yesus dalam kapasitas-Nya sebagai Raja.


Buku "Penjelasan Ringkas Kitab Injil Matius"
Klik disini.


Mengapa Matius memberi penekanan pada berita bahwa Tuhan Yesus adalah Raja?

Sejujurnya kita tidak pernah tahu persis tentang alasan Tuhan mengapa melakukan sesuatu hal dan bukan melakukan yang lain. Kita hanya dapat menduga alasan Tuhan melakukan tindakan tersebut, dari sudut pandang kita yang terbatas sebagai manusia. Dan dugaan semacam itupun baru dapat kita lakukan, setelah segala sesuatunya terjadi. Kita hanya bisa menduga saja dan mencoba merekonstruksi apa yang terjadi. Tetapi kita tidak dapat selalu menyelami latar belakang tindakan Tuhan tersebut.

Yang kita tahu adalah bahwa Matius banyak memberi penekanan pada Taurat di dalam Injilnya dan banyak mengetengahkan sosok Kristus sebagai Raja, lebih daripada penulis Injil yang lain. Dan yang kita tahu atau duga juga adalah bahwa setiap penulis Injil diberi penekanan atau bobot yang berbeda di dalam tulisan mereka tentang Yesus Kristus. 

Markus menulis tentang Tuhan Yesus dalam sosok-Nya sebagai Hamba. Lukas menulis Tuhan Yesus sambil memberi penekanan bahwa Ia adalah Manusia sejati. Sedangkan Yohanes menulis dari sudut pandang Tuhan Yesus sebagai Mesias yang Ilahi. Yang kita tidak tahu adalah mengapa si A menulis tentang ini dan mengapa si B menulis tentang itu. Sebab semua itu hanya ada di dalam keputusan Tuhan yang berdaulat.

Sangat mungkin alasan Matius menampilkan sosok Kristus sebagai Raja adalah karena isi dari Injil Matius yang banyak membicarakan tentang Taurat, yaitu hukum atau perintah yang harus diperhatikan oleh umat. Dengan menampilkan sosok Kristus sebagai Raja, Matius ingin pembacanya bukan saja mengerti apa yang diperintahkan, tetapi juga sadar bahwa mereka harus melakukan perintah tersebut. Sebab perintah-perintah yang disampaikan kepada umat, adalah perintah dari Sang Raja, penguasa yang berotoritas. Tidak sepatutnya umat mengabaikan perintah Kristus, karena Ia adalah Sang Raja. Melawan perintah Raja adalah sebuah pemberontakan yang dapat membawa umat pembaca kepada konsekuensi mengerikan.

Kondisi umat Kristen pada masa Injil Matius dituliskan

Dari tema tulisan yang membicarakan tentang perintah dan tentang sosok Kristus sebagai Raja, kita dapat menduga bahwa pada zaman Matius menulis, banyak orang yang mengaku sebagai orang percaya, tetapi tidak peduli pada perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan melalui kitab-kitab Perjanjian Lama. Dugaan seperti ini cukup sesuai dengan akal sehat, sebab fungsi dari Firman Tuhan memang adalah untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16).

Tidak keliru jika kita menduga bahwa umat di jaman Matius sudah kurang memperhatikan perintah Tuhan, sebab isi dari injil Matius sendiri banyak berbicara tentang perintah Tuhan dan banyak menekankan tentang perbuatan orang Kristen, yaitu apa yang orang Kristen lakukan semasa hidupnya.

Mungkin kita terkejut menyadari bahwa ini adalah sebuah kitab yang dikenal sebagai Injil Matius, sebuah kitab Injil di antara 3 kitab Injl lainnya, dan merupakan sebuah kitab Perjanjian Baru di antara 26 kitab Perjanjian Baru lainnya, tetapi Injil Matius justru banyak berbicara tentang perbuatan orang Kristen, tentang melakukan perintah Tuhan dan tentang menjadi murid Kristus. Injil Matius justru tidak berbicara banyak tentang iman percaya sebagaimana yang dibicarakan oleh Yohanes ataupun oleh Paulus dalam Surat Galatia misalnya. Atau sebagaimana yang kita harapkan seharusnya ada dalam sebuah kitab Injil.

Mengapa kita mungkin terkejut dengan hal ini? Sebab tidak sedikit orang Kristen yang menyangka bahwa satu-satunya hal yang terpenting di dalam hidup kekristenan adalah bahwa mereka telah percaya pada Yesus Kristus. Padahal Alkitab sendiri berbicara dengan begitu banyak aspek yang harus diperhatikan ketika kita mengaku sebagai orang percaya.

Percaya kepada Yesus Kristus, mengandung arti yang dalam, kompleks serta disertai dengan tanda-tanda yang jelas yang menyertai kepercayaan tersebut. Percaya kepada Yesus Kristus berkaitan dengan komitmen, relasi, konsekuensi dan perubahan yang nyata di dalam hidup orang percaya tersebut. Percaya pada Yesus Kristus, tidak sama dengan percaya bahwa bumi itu bulat atau percaya bahwa dinosaurus pernah ada.

Kalau kita baca Injil Matius, agaknya Matius sendiri melihat bahwa orang Kristen pada waktu itu telah salah kaprah terhadap arti percaya. Mereka mengaku percaya pada Kristus, tetapi mereka tidak peduli lagi pada hukum Taurat. Mereka tidak lagi memperhatikan bagaimana hidup mereka menghasilkan perbuatan yang sesuai dengan iman mereka, bagaimana mengenal Kristus secara Pribadi, bagaimana melakukan kehendak Tuhan. Mereka tidak tahu semua itu penting karena mereka tidak lagi memperhatikan Taurat dan ajaran Tuhan. Orang Kristen pada masa itu hanya berasumsi saja tentang apa artinya menjadi percaya.

Relevansi Injil Matius bagi kita saat ini

Apa yang terjadi pada orang Kristen pada masa Injil Matius dituliskan, bisa terjadi juga pada diri kita sebagai orang Kristen di masa sekarang ini. Oleh karena itu, Injil Matius masih sangat relevan pula bagi kita hari ini.

Tidak sedikit pula orang Kristen, atau bahkan gereja yang kurang menekankan pada pengajaran Alkitabiah yang baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya umat Kristen awam yang memiliki pemahaman Alkitab sangat minim. Bahkan tidak sedikit pula orang Kristen yang sudah hidup bertahun-tahun sebagai warga gereja, tetapi masih memiliki pemahaman yang keliru terhadap iman mereka.

Tidak jarang kita temui orang Kristen yang mengatakan hal-hal yang sebetulnya sama sekali tidak diajarkan dalam Alkitab (bahkan dapat dikatakan justru melawan ajaran Alkitab)

Beberapa contoh ucapan populer yang keluar dari mulut orang Kristen, yang dapat menjadi tanda atau gejala bahwa orang itu sangat mungkin tidak mengerti Alkitab atau belum mengenal Tuhan, yaitu:

"Yah, pada dasarnya semua agama sama saja."
"Yesus itu sama saja dengan pendiri agama lain"
"Kita dapat berjumpa dengan Kristus di dalam kepercayaan manapun"
"Mengapa ada Tuhan yang baik, tetapi masih ada penderitaan? Dia kurang berkuasa? Atau kurang mengasihi?"
"Saya ini orang baik"
"Semua orang pada dasarnya baik."
"Yang penting dalam hidup ini, kita tidak mengganggu orang lain, itu saja cukup"
"Yang terpenting dalam hidup itu adalah kesehatan"
"Kalau orang baik padaku, aku bisa lebih baik. Tapi kalau orang jahat padaku, aku bisa lebih jahat"
"Tuhan itu mahabaik, mana mungkin Ia mengirim manusia ke Neraka?"
"Tuhan akan selalu memenuhi segala impianku, sebab Ia sangat baik"
"Kalau hidup kita lancar, sehat, kaya raya, pasti itu karena Tuhan berkenan pada kita"

Ini adalah beberapa contoh ucapan, yang secara ukuran manusia sepertinya terlihat cukup baik dan dapat diterima oleh siapapun. Akan tetapi jika kita teropong melalui sudut pandang Alkitab, tidak satupun dari perkataan itu yang benar. Hanya apabila kita tunduk pada Kristus Sang Raja, maka kita akan tekun membaca, mempelajari dan merenungkan Alkitab, sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Kiranya melalui renungan ini kita diingatkan bahwa orang yang beriman sejati itu, pasti ada tanda-tandanya, dan salah satu tandanya adalah kesadaran bahwa Tuhan itu Raja yang perintah-Nya harus diperhatikan dan ditaati. Tuhan Yesus memberkati.