Thursday, September 25, 2025

Dalam hal apakah Iblis dikatakan berbahaya ?

 

Iblis sedang membisiki Yudas (Yoh 13:2)

 

Matius 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya…

 

Berbeda dengan pandangan orang, bahwa iblis itu berbahaya karena bisa melukai kita, bisa memperkosa, atau bahkan membunuh manusia dengan sadis, Alkitab berpendapat bahwa keberbahayaan yang terutama dari Iblis justru terletak pada perkataannya.

Contoh yang paling utama, dapat kita lihat dalam dua peristiwa yang dicatat oleh Alkitab, yaitu peristiwa di taman Eden dan peristiwa di padang gurun.

 

Kemunculan iblis di Taman Eden

Di taman Eden, iblis mengacaukan kehidupan manusia bukan melalui serangan fisik. Meskipun dalam peristiwa itu, iblis dikatakan muncul dalam wujud seekor ular, akan tetapi musibah yang ditimbulkan oleh iblis terhadap Hawa bukanlah dalam bentuk gigitan atau terkaman atau lilitan maut yang meremukkan tulang seperti yang biasanya dilakukan oleh seekor ular. Di taman Eden Iblis menyerang Hawa melalui perkataan demi perkataan.

Dan ketika diungkapkan bahwa serangan iblis tersebut berupa perkataan, kita juga tidak menemukan bahwa perkataan iblis itu disampaikan dengan cara yang kasar, memaki-maki, atau mengata-ngatai Hawa dan Adam. Sebaliknya, iblis berbicara dengan cara yang halus dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jika dipahami secara sepintas maka perkataan-perkataan tersebut terdengar tidak berbahaya sama sekali.

Baca juga:
Pada hari engkau memakannya pastilah engkau mati. Klik disini.

Hanya ketika kita memahami apa yang sebenarnya Allah katakan kepada Hawa, maka barulah kita mengerti bahwa perkataan si iblis yang terdengar halus dan tidak berbahaya itu, ternyata justru sangat berbahaya dan pada akhirnya terbukti membawa kisah kehidupan manusia ke dalam jurang kebinasaan.

Betapa berbahayanya kekuatan sebuah perkataan, bukan? Perkataan itu bahkan tidak harus disampaikan dengan gaya yang menyerang atau berisi kata-kata kasar yang menyakitkan. Perkataan si iblis cukup disampaikan dengan cara yang halus dan bahkan terkesan elegan, tetapi perkataan itu telah menjadi alat berbahaya yang dipakai oleh iblis untuk membunuh manusia.

 

Kemunculan Iblis di padang gurun

Di padang gurun pun iblis menyerang Tuhan Yesus juga dengan memakai perkataan sebagai senjatanya, bukan dengan cakar, bukan melalui bencana alam, atau cuaca ekstrim yang mematikan dan lain sebagainya, melainkan melalui perkataan.

Dari dua peristiwa itu, kita seharusnya belajar bahwa perkataan bukanlah sesuatu yang tidak berarti. Melalui perkataan seseorang bisa dibangunkan, tetapi melalui perkataan pula seseorang bisa dihancurkan dan bahkan bisa menemui kebinasaannya.

 

Arti penting Firman Tuhan

Mengingat betapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh sebuah perkataan, maka tidak mengherankan jika di padang gurun Tuhan Yesus pun melawan iblis dengan memakai perkataan, yaitu perkataan Ilahi sebagaimana yang tertulis di dalam Kitab Suci. Tuhan Yesus tidak memakai kekuatan supranatural atau kekuatan fisik untuk melawan si iblis, melainkan memakai Firman Tuhan.

Itu sebabnya bagi orang Kristen, Firman Tuhan memegang peran yang sangat sentral. Firman Tuhan atau Alkitab itu adalah tolok ukur bagi orang Kristen dalam beriman, dalam berpikir, dalam berkata-kata maupun berperilaku. Melalui Firman Tuhan itu pulalah, orang Kristen mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus.

Orang Kristen yang sejati, tidak menjadikan tradisi manusia ataupun tradisi gereja sebagai tolok ukur yang layak dijadikan sebagai dasar kehidupan. Tradisi tidak bisa disejajarkan dengan Alkitab, apalagi jika dianggap lebih tinggi atau mencoba mengatur Alkitab. Dan prinsip ini bukan merupakan prinsip yang asal saja ditetapkan, melainkan prinsip yang diangkat dari dalam kisah-kisah di Alkitab itu sendiri.

Beberapa contoh yang dapat kita sebutkan secara singkat misalnya adalah;

Pertama, cara Tuhan Yesus melawan iblis dengan memakai Firman Tuhan, bukan kekuatan supranatural seperti air suci atau patung salib atau gambar Bunda Maria dan lain sebagainya.
Kedua, cara Tuhan Yesus menyadarkan dua murid Emaus bahwa yang sedang berbicara dengan mereka adalah Yesus Kristus yang asli, juga melalui penjelasan akan Firman Tuhan, bukan melalui penampakan atau cara-cara magis lain.

 

Bagaimana iblis menipu manusia di zaman sekarang ini

Kekristenan dewasa ini telah cukup sering ditipu oleh iblis sehingga dalam menjalankan kehidupan imannya, sehingga tidak semua gereja atau orang Kristen yang memiliki landasan kokoh di dalam pengajaran akan Firman Tuhan. Alkitab yang seharusnya menjadi otoritas tertinggi, malah disejajarkan, atau bahkan dikalahkan oleh tradisi gereja ataupun oleh tafsiran pemimpin gereja yang belum tentu sesuai dengan Alkitab itu sendiri.

Sebagai contoh: di dalam Alkitab tidak pernah ada gambaran dimana Maria memegang peran sebagai perantara kepada Tuhan. Meskipun Maria mendapat kesempatan untuk menjadi ibu yang melahirkan Kristus, tetapi tidak pernah ada gambaran sekecil apapun bahwa ia ditunjuk sebagai perantara manusia kepada Kristus. Alkitab mengajarkan bahwa Kristus adalah pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Alkitab tidak mengajarkan bahwa ada semacam sub-pengantara, yaitu Maria, yang memediasi antara manusia dengan Kristus. Konsep semacam ini dibangun dari tradisi manusia saja, namun bukan dari Alkitab, tidak sepatutnya orang Kristen melakukan hal seperti itu.

Baca juga:
Mengapa Kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.
Beberapa ayat dalam kitab Apocrypha yang bertentangan dengan Alkitab. Klik disini.

Selain itu, iblis juga dengan sangat pandainya membawa kehidupan iman gereja untuk lebih difokuskan pada ritual-ritual, seremoni, benda-benda suci, penampakan supranatural, penonjolan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai orang kudus, tanda-tanda ajaib seperti Stigmata, tempat-tempat religius dan lain sebagainya. Tujuan dari ditonjolkannya semua yang disebutkan di atas adalah agar perhatian manusia teralih dari apa yang paling penting, yaitu mengenal Kristus secara Pribadi melalui Firman-Nya.

Jemaat sibuk kesana kemari untuk melihat tempat-tempat suci, melihat penampakan, menyimpan benda-benda suci, menyanjung orang-orang kudus sedemikian rupa hingga mereka tidak fokus lagi untuk menggali Alkitab dan mencari wajah Kristus melalui Kitab Suci-Nya.

 

Penutup

Hingga hari ini iblis masih terus bekerja di tengah-tengah manusia, bahkan di tengah-tengah gereja. Iblis tidak muncul dengan wajah yang mengerikan dan perkataan kasar yang membuat ngeri. Sebaliknya iblis tampil dengan jubah agama dan memberikan wejangan-wejangan yang terdengar relijius namun bukan berasal dari Alkitab.

Iblis suka memberikan komentar-komentar yang humanis, lembut dan nyaman bagi telinga. Iblis dengan pandainya membuat kita fokus pada ritual agar supaya nurani kita bisa diredam dari rasa bersalah. Dosa yang satu dikompensasi dengan perbuatan baik yang lain. Dosa A bisa diresolusi dengan Doa Bapa Kami 5 kali dan Doa Salam Maria 10 kali. Entah dari mana ide seperti itu muncul, tetapi yang pasti adalah bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan metode kompensasi seperti itu.

Setiap orang bisa melakukan ritual yang disebutkan di atas dan merasa lega di hati, meskipun mereka tidak pernah benar-benar menjalin hubungan Pribadi dengan Kristus yang hidup. Orang bisa berdoa semalam suntuk mengulang-ulang doa yang sama itu, tanpa benar-benar mengalami perjumpaan dengan Kristus yang diberitakan dalam Alkitab. Karena mereka pikir setelah mengulang-ulang doa, maka semuanya sudah beres dan nurani sudah diredam dan dosa sudah diselesaikan. Padahal bukan seperti itu yang diajarkan oleh Alkitab. Bagaimana mungkin menjalin komunikasi yang riil dengan Pribadi yang hidup, tetapi memakai kata-kata yang diulang-ulang seperti itu? Sangat absurd dan aneh sekali, jika praktik semacam itu diteropong dari prinsip yang diajarkan oleh Alkitab.

Itu sebabnya hal semacam ini menjadi tipuan iblis yang paling mengerikan, karena disampaikan secara halus, sehingga membuat kita merasa baik-baik saja, padahal sesungguhnya kerohanian kita masih jauh dari apa yang digambarkan oleh Alkitab, dan kita bahkan tidak menyadarinya.

Kiranya melalui pembacaan Alkitab dan penggalian yang sehat terhadap ajaran Alkitab, semakin lama kita semakin sadar akan seberapa jauh kita telah menyimpang dari apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Amin.

Baca juga:
Bukti Alkitab adalah Firman Tuhan. Klik disini.
Apakah Tuhan merestui hubungan cinta di antara kaum LGBTQ. Klik disini.

Friday, September 19, 2025

Apakah pengikut dari ajaran sesat juga akan dihukum oleh Tuhan?

Jemaat yang tertipu ajaran sesat hingga binasa

Keterangan gambar:

Orang-orang tersebut digambarkan dalam mata tertutup sebagai lambang dari orang yang mata rohaninya buta sehingga beriman secara buta pula, mengikuti saja apa yang diajarkan kepada mereka tanpa melakukan penyelidikan dan pemeriksaan sendiri apakah ajaran yang mereka terima itu sehat ataukah sesat. Tanpa mereka sadari, iblis sendiri yang menggiring jemaat tersebut ke dalam api kebinasaan.

 

Pengajar sesat serta nabi-nabi palsu adalah tema yang cukup banyak dibicarakan di dalam Alkitab. Tema seperti itu dapat di baca dalam tulisan kami tentang Eksposisi Surat 2 Petrus 2:12-22, silahkan klik disini untuk membacanya.

Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam terhadap para pengajar sesat serta para nabi palsu tersebut. Tuhan akan menurunkan penghakiman serta menghadirkan murka-Nya kepada mereka, sebab apa yang mereka lakukan merupakan kejahatan yang sangat serius. Konsep penghukuman terhadap para penyebar ajaran sesat seperti guru palsu dan nabi palsu, merupakan konsep yang cukup dapat diterima oleh pikiran kita, sebab sebagai pengajar mereka mempunyai kuasa atau ketrampilan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengambil jalan yang salah. Ada kesan bahwa kejahatan mereka bersifat aktif, sehingga sangat pantas untuk dihukum. [Baca juga: Kesombongan Nabi Palsu dan Guru Palsu. Klik disini.]


Tetapi bagaimana dengan jemaat atau para pengikut ajaran sesat itu? Apakah merekapun akan kena hukuman? Ataukah Tuhan akan bisa memaklumi mereka karena bagaimanapun mereka, para pengikut itu, hanyalah korban kejahatan orang lain semata?

Secara sepintas, memang orang yang mendengarkan ajaran sesat itu seakan-akan adalah orang yang tidak bersalah, karena posisi mereka yang pasif, hanya menerima saja apa yang diberikan kepada mereka. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa orang yang tidak menyukai ajaran kebenaran, dan lebih memilih ajaran yang tidak benar dari si iblis, maka orang itupun akan menerima penghukuman dari Tuhan. Berikut ini, saya akan menyajikan beberapa contoh dan prinsip yang digali dari Alkitab, mengenai penghukuman terhadap jemaat atau pengikut ajaran sesat.

 

Pengikut ajaran sesat pun akan dihakimi oleh Tuhan

Sebelum memulai pembahasan, saya ingin menjelaskan lebih dulu apa yang dimaksud sebagai ajaran sesat dalam konteks yang kita bicarakan ini. Ajaran sesat yang dimasksud disini adalah ajaran yang berbeda dengan apa yang menjadi inti ajaran (core teaching) dari Alkitab. Ketika kita membaca Alkitab memang kita tidak mungkin dapat menghindar dari apa yang disebut sebagai penafsiran, dan penafsiran ini dapat bersifat subejktif. Satu ayat yang sama, jika dikhotbahkan oleh beberapa orang, dapat menghasilkan beberapa khotbah yang berbeda pula. Akan tetapi meski khotbah-khotbah tersebut berbeda, tetap harus ada suatu kesamaan inti pengajaran yang harus disampaikan oleh para pengkhotbah tersebut.

Untuk mencapai hal itu, maka para pengkhotbah atau pengajar, harus sungguh-sungguh belajar Kitab Suci dengan memakai metode penafsiran yang telah teruji baik lewat sejarah, maupun lewat prinsip berpikir yang sehat, sambil diawasi pula oleh pengajar-pengajar lain yang mampu menilai apakah ajaran yang kita sampaikan itu sesuai koridor Alkitab atau tidak (ada prinsip pengujian atau evaluasi dari orang lain pula). Di bagian akhir tulisan ini, saya memaparkan beberapa contoh pengajaran yang tidak sesuai dengan prinsip berpikir yang sehat tersebut.

Perbedaan antara “mendengar” dan “mendengarkan.”

Mendengar adalah hal yang berbeda dengan mendengarkan. Mendengar bisa terjadi secara pasif, tanpa sengaja atau tanpa rencana, tetapi mendengarkan adalah suatu aktifitas mendengar yang bersifat aktif, ada keinginan, ada perhatian terhadap apa yang didengar tersebut.

Mendengar ajaran sesat, memang sesuatu yang ada kalanya tidak bisa dihindarkan, karena kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang akan dikatakan seseorang sebelum hal itu dikatakannya. Akan tetapi mendengarkan ajaran sesat, apalagi sampai menyukai, menyetujui dan bahkan terbiasa dengan ajaran sesat sampai tidak tahu lagi bahwa itu adalah ajaran sesat, maka hal tersebut dipandang sebagai tindakan yang akan menuai hukuman pula dari Tuhan.

 

Dari sudut pandang Pe-mazmur

Mazmur 1:1 mengatakan: Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

Perhatikan bahwa Mazmur memberi peringatan kepada orang-orang yang berjalan menurut nasihat orang fasik. Pemazmur tidak menganggap sepi, atau memandang enteng kesalahan orang yang mengikuti begitu saja nasihat dari orang fasik. Mengapa demikian?

Pertama, karena menuruti nasihat orang fasik akan membawa orang itu semakin menjauh dari Tuhan. Hal itu dapat dilihat dari perkataan selanjutnya, yaitu berdiri di jalan orang berdosa dan pada akhirnya duduk di dalam kumpulan pencemooh. Menuruti nasihat orang fasik itu berarti ada upaya aktif untuk mendengarkan nasihat tersebut, ada keinginan untuk mendengar lebih banyak, ada perhatian dan bahkan kemudian ada persetujuan dengan nasihat tersebut. Padahal nasihat tersebut adalah nasihat yang disampaikan oleh orang fasik, yaitu golongan orang yang bukan sajat tidak percaya, tetapi bahkan menentang Allah. Bagaimana mungkin orang Kristen sejati bisa sampai kepada titik seperti ini? Fakta bahwa seseorang Kristen bisa sampai ke titik ini, menunjukkan bahwa dari awal pun tidak memang ada ketidaksukaan, ketidakpercayaan pada Pribadi Allah berserta hukum-hukum-Nya.

Berdiri di jalan orang berdosa adalah tindakan yang lebih jauh daripada berjalan menurut nasihat orang fasik. Orang yang berdiri di jalan orang berdosa artinya telah menyetujui dengan segenap hati bahwa jalan orang berdosa itulah yang benar, padahal jalan orang berdosa adalah jalan yang menentang Tuhan. Oleh karena itu, orang yang berjalan di jalan orang berdosa adalah orang yang setuju untuk hidup menentang Tuhan. Ia tidak lagi merasa bersalah dengan hidup yang menentang Tuhan, bahkan ia berpendapat bahwa jalan hidupnya yang menentang inilah yang benar.

Duduk di dalam kumpulan pencemooh adalah tindakan yang bahkan lebih jahat dari berdiri di jalan orang berdosa, sebab pada saat itu, orang tersebut sudah berani secara aktif untuk mencemooh Allah. Ia bukan saja tidak mendengarkan suara Tuhan, ia bukan saja setuju dengan gaya hidup yang menentang Tuhan, tetapi kini ia bahkan dengan berani ikut-ikutan menghina, mencemooh dan mengolok-olok kebenaran Firman Tuhan.

Kedua, karena jika seseorang mau menuruti nasihat orang fasik, maka hal itu menunjukkan bahwa orang tersebut memang tidak memiliki ketertarikan kepada Tuhan. Ketika masalah timbul, ketika penderitaan datang ke dalam kehidupan seseorang, adalah wajar apabila seseorang mencoba mencari nasihat atau mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Tetapi pertanyaannya adalah, mengapa orang tersebut harus menjadi nasihat dari orang yang tidak mengenal Tuhan? Mengapa orang tersebut tidak pertama-tama mencari nasihat dari Firman Tuhan, atau dari orang-orang yang memiliki kerohanian yang baik dan yang mengenal Tuhan?

Fakta bahwa orang itu mencari nasihat kepada orang fasik, menunjukkan bahwa ia memandang sepi ajaran Tuhan, memandang sepi komunitas Tuhan dan tentu saja memandang sepi kehadiran Tuhan. Bagi orang itu, Tuhan hanyalah sebuah konsep, atau bayang-bayang, yang tidak bisa diandalkan atau tidak bisa dimintai tolong ketika penderitaan datang ke dalam kehidupannya.

Jadi sudah cukup jelas bahwa menurut Mazmur yang bersalah bukan saja si orang fasik atau si orang berdosa atau para pencemooh itu, melain orang yang mengikuti orang fasik, orang berdosa dan mengikuti para pencemooh itupun sama berdosanya dan sama-sama akan menanggung penghakiman dari Tuhan. Hal itu dapat kita baca pula dalam kelanjutan dari Mazmur 1 tadi, yaitu demikian: sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. (Mazmur 1:6). Dengan kata lain, Tuhan akan turut membinasakan baik orang yang menyesatkan, maupun orang yang bersedia ikut disesatkan tersebut.

 

Dari sudut pandang Rasul Paulus

Bukan cuma penulis Mazmur yang mengajarkan tentang penghakiman bagi para pengikut ajaran sesat. Tetapi Paulus pun mengajarkan hal yang sama. Hal itu dapat kita lihat dari Surat Tesalonika, sebagai berikut: 9Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, 10dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. 11Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, 12supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan. (2 Tesalonika 2:9-12)

Dari tulisan Rasul Paulus para pengajar sesat itu disebut sebagai pendurhaka, dengan ciri dari pelayanannya adalah tampilnya rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat palsu. Cara mereka menarik perhatian jemaat adalah melalui kejadian-kejadian spektakuler yang ajaib. Tetapi ketika bicara tentang pengajaran, maka yang mereka sampaikan adalah ajaran palsu, yang sebenarnya tidak pernah diajarkan oleh Tuhan.

Tetapi yang mau disoroti oleh Paulus dalam tulisan tersebut justru adalah para penganut dari ajaran sesat tersebut, yaitu orang-orang yang menyukai para pengajar sesat ini. Para jemaat tersebut dikatakan lebih suka dengan rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, tetapi mereka tidak mau menerima dan tidak mau mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Mereka tidak percaya akan kebenaran, tetapi lebih suka pada kejahatan.

Bari para jemaat yang demikian, Tuhan akan mendatangkan kesesatan, sehingga mereka semakin tersesat, sehingga pada akhinya mereka akan menerima hukuman atau penghakiman dari Tuhan.

 

DARI SUDUT PANDANG INJIL MATIUS

Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus pernah berkata: Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang." (Matius 15:14)

Melalui perkataan tersebut, kita memahami bahwa bukan hanya orang yang menuntun, yaitu orang yang sesat dan buta itu yang akan jatuh ke dalam lubang, tetapi orang yang dituntunpun, yang seolah-olah pasif saja itupun, akan turut jatuh ke dalam lubang yang sama. Dengan kata lain, baik yang mengajarkan, maupun yang diajarkan, keduanya sama-sama akan jatuh ke dalam kebinasaan.

Yang cukup menakutkan adalah perkataan Tuhan Yesus di awal kalimat, “biarkanlah mereka itu.” Ini berarti Tuhan pun sudah tidak ingin melakukan apa-apa terhadap mereka, baik kepada para penyesat itu, maupun kepada orang yang disesatkan tersebut.

 

DARI SUDUT PANDANG KITAB WAHYU

Kitab Wahyu yang secara tradisi dipercaya merupakan wahyu Ilahi kepada rasul Yohanes, juga mencatat sebuah prinsip tentang kebinasaan dari jemaat yang mengikuti ajaran sesat.

9 Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: "Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,  10 maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. (Wahyu 14:9-10)

Berdasarkan kitab Wahyu di atas, murka Ilahi disediakan bagi orang yang menerima tanda dari binatang dan patung tersebut. Jadi bukan hanya pihak yang memberi, yaitu dalam hal ini iblis beserta para nabi palsunya, melainkan juga pihak yang menerima, yaitu jemaat atau para pengikut kelompok tersebut pun, akan sama-sama dihadapkan pada penghakiman dan hukuman Ilahi.

 

KESIMPULAN

Dari berbagai contoh yang kita temukan di dalam Alkitab, kita dapat menarik kesimpulan bahwa para pengikut ajaran sesat pun akan di hukum oleh Tuhan, bukan hanya para pengajarnya.

Itu sebabnya di dalam Alkitab Tuhan Yesus memberi peringatan: Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luke 8:18)

Tuhan sudah pasti akan menjatuhkan penghukuman kepada para pengajar sesat atau nabi palsu, tetapi kepada para pendengar yang setuju, yang menerima, yang mengikuti ajaran nabi palsu tersebut, Tuhan juga tidak akan meluputkan mereka dari hukuman. Itu sebabnya, sebagai jemaat kita pun punya tanggungjawab untuk membaca dan mempelajari Firman Tuhan sehingga kita tidak menelan begitu saja segala sesuatu yang diajarkan kepada kita.

Tuhan senang apabila jemaat memiliki keinginan untuk belajar, menyelidiki dan mencermati sebuah pengajaran untuk memastikan apakah ajaran tersebut sesuai dengan Alkitab atau tidak. Hal itu tercermin dalam Kisah Rasul demikian: Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (Kisah Rasul 17:11)


Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk menjadi pendengar yang baik, sehingga kita boleh menerima ajaran yang benar, sehat dan sesuai dengan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dan pada gilirannya kita boleh bertumbuh di dalam kerohanian kita. Amin.

Baca juga: 7 Hal yang mampu mengalahkan keganasan Iblis. Klik disini.