Kisah perjumpaan Yesus dengan seorang pemuda yang kaya
Bagian 1
Sumber bacaan:
Matius 19:16-26
Markus 10:17-27
Lukas 18:18-28
Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan? |
Pendahuluan
“Berkat.” Sebuah kata yang
begitu indah, begitu kita harapkan dan begitu kita minta dalam doa kepada
Tuhan. “Berkat” seolah menjadi semacam ukuran atau acuan untuk menilai sejauh
mana tingkat perkenanan Tuhan kepada diri dan hidup seseorang. Formula yang
kita anut sederhana, jika seseorang banyak memiliki berkat; kaya, pintar, baik,
mendapat pengakuan dari banyak orang serta giat mencari Tuhan, maka pastilah
orang itu berkenan di hati Tuhan dan dianugerahkan keselamatan. Tetapi apakah
benar demikian? Jika tidak, lalu bagaimana dengan kita yang barangkali merasa
tidak mempunyai berkat sebanyak itu? Jika orang seperti itu saja tidak dapat
diselamatkan, lalu siapakah yang dapat diselamatkan?
Rekomendasi Buku:
"Pengharapan Yang Tak Tegoyahkan"
Kisah perjumpaan Yesus dengan
seorang pemuda kaya yang dicatat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik (Matius,
Markus dan Lukas) mengajarkan pada kita bahwa ada begitu banyak perbedaan
antara cara pandang kita sebagai manusia dengan cara pandang Yesus, Allah kekal
yang menjadi Manusia itu, mengenai apa yang dimaksud dengan berkat sejati. Dalam
tulisan berikut ini, saya mencoba mengeskposisi atau menggali lebih dalam
catatan atas peristiwa perjumpaan itu dan kiranya melalui hasil eksposisi tersebut,
kita dapat sama-sama belajar sesuatu yang berharga dari cara pandang Yesus Kristus
terhadap beberapa aspek penting dalam kehidupan kita.
Saya membagi tulisan ini
menjadi tiga bagian di mana pada bagian pertama akan saya paparkan tentang
siapakah orang muda kaya yang datang menemui Yesus, seperti apakah
karakteristik dari pemuda tersebut? Pada bagian kedua, akan saya paparkan
kritikan apa saja yang Yesus sampaikan pada pemuda ini? Sedangkan pada bagian
ketiga, kita akan menggali hal-hal apakah yang dapat kita pelajari untuk hidup
kita sekarang ini setelah kita mempelajari peristiwa perjumpaan Yesus dengan
pemuda kaya tersebut?
Seorang pria muda yang
memiliki begitu banyak berkat
Sosok pria yang datang kepada
Yesus itu sungguh merupakan gambaran yang sempurna dari sebuah pribadi yang
penuh berkat. Untuk lebih jelasnya mengenai berkat apa saja yang ia miliki,
saya akan mencoba menggali hal-hal apa saja yang dipaparkan oleh Alkitab
mengenai karakteristik dari pemuda tersebut.
Hal pertama tercermin di bagian awal, Matius secara singkat
mengatakan “Ada seorang datang kepada Yesus.” Dari kalimat sederhana ini kita dapat melihat betapa pria ini
bukanlah pria sembarangan. Sementara banyak pria lain barangkali lebih
disibukkan oleh urusannya atau lebih tertarik datang ke tempat-tempat yang
menyenangkan hati mereka, pria ini justru memilih untuk datang kepada Yesus. Bukan
Yesus yang datang kepadanya, tetapi dia yang datang kepada Yesus. Berapa banyak
pria pada masa kini yang tertarik untuk datang kepada Yesus? Mengurusi bisnis
yang menguntungkan atau menikmati hobi, barangkali jauh lebih menarik ketimbang
datang kepada Yesus, dengan segala risikonya, bukan? Sehingga dapat saya
katakan di sini bahwa ketertarikan seseorang untuk mau datang kepada Yesus
saja, sudah merupakan suatu berkat tersendiri bagi orang itu.
Dan lebih dari itu, Markus
mencatat bahwa pria ini bukan saja datang kepada Yesus dengan cara yang biasa,
melainkan ia datang dengan cara “berlari-lari mendapatkan Dia” (Markus 10:17). Kata
Yunani yang dipakai adalah prosdramon
yang mengindikasikan suatu ke-segera-an atau ke-tergesa-gesa-an. Rupanya ada
suatu ungkapan semangat di dalam kedatangan pria ini. Agaknya, kedatangan Yesus
sudah begitu ditunggu-tunggu olehnya, sehingga ketika Yesus akhirnya
benar-benar muncul, ia tidak sabar lagi untuk bertemu dengan Dia. Luapan hati
pria ini begitu tak terbendung, sehingga ia harus berlari-lari untuk
mendapatkan Dia. Sungguh luarbiasa. Setidaknya dari hal ini kita dapat menilai
bahwa orang ini mempunyai suatu rasa kepedulian terhadap hal-hal yang rohani. Apalagi
jika kita membaca Markus 10:20 yang mengatakan bahwa pria ini ternyata juga
tekun dalam menjalankan perintah Tuhan sejak ia masih remaja. Sungguh suatu
kualitas yang tidak dimiliki oleh semua orang tentunya.
Hal kedua tercermin dalam ayat 22, pria itu diidentifikasikan
secara lebih spesifik lagi, ia bukan saja seorang pria biasa, tetapi pria yang
masih muda. Mengapa Alkitab harus menyebutkan bahwa ia masih muda? Apa
signifikansinya? Mungkin saja penulis Injil menuliskan hal itu karena
pertama-tama memang ia masih muda, namun kita tahu bahwa istilah “muda”
memberikan suatu gambaran tentang kekuatan, harapan, dan idealisme yang murni. Pria
ini memang sudah bukan remaja lagi, karena ia mengatakan “semuanya itu telah kuturuti sejak
masa mudaku” (Markus 10:20), tetapi ia juga belum
memasuki usia tua. Rentang usia pria ini dapat berada di antara 22 sampai 40
tahun. Dan Alkitab menyebutkan faktor ke-muda-an pria ini untuk menunjukkan
bahwa ia sedang dalam kondisi usia yang terbaik dalam hidupnya (the prime time of his life). Dengan
ke-muda-annya ini, pria tersebut memiliki segala kesempatan untuk belajar
sesuatu yang amat berharga dari Orang yang paling berkuasa di seluruh bumi.
Dengan kemudaannya itu, Alkitab ingin mengatakan betapa besarnya berkat yang ia
miliki sehingga dapat bertemu dengan Yesus di usia yang masih begitu produktif.
Hal ketiga, Kitab Lukas memberi informasi tambahan pula mengenai
jatidiri pria muda ini, yaitu bahwa ia juga adalah seorang pemimpin (Lukas 18:18).
Istilah Yunani yang dipakai adalah archon,
yang dapat berarti pangeran, tuan, pemerintah dan bahkan hakim. Kita tidak
diberitahu pemimpin di bidang apa pemuda ini, namun ungkapan archon ini saja, sudah dimaksudkan bahwa
pria muda ini adalah seorang yang mempunyai kedudukan penting di dalam tatanan
kehidupan sosial pada waktu itu. Paling tidak, kita bisa membayangkan bahwa ia
adalah seorang yang dapat dipercaya dan diandalkan, sehingga ia mendapat
kepercayaan dari orang lain sebagai pemimpin. Rasanya tidaklah terlalu
berlebihan jika kita menduga bahwa pria muda ini juga adalah seorang yang
memiliki kelakuan baik di tengah-tengah masyarakat.
Hal keempat, sebagaimana judul dari perikop ini menurut Alkitab
versi LAI, pria muda yang datang kepada Yesus ini dilukiskan sebagai seorang
yang kaya raya. Matius dan Markus sama-sama mengatakan bahwa pemuda itu
mempunyai banyak harta (ayat 22), sementara Lukas melukiskan ia sebagai orang
yang sangat kaya (ayat 23). Dalam bahasa Yunani, pemuda itu dilukiskan sebagai
orang yang memiliki ktemata polla yang berarti “great deal of property,” harta dalam jumlah yang besar.
Alkitab kerap kali memakai
gambaran tentang kekayaan sebagai suatu berkat yang berasal dari Tuhan. 1
Tawarikh 29:12 misalnya mengatakan : “Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang
berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam
tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.” Dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang diberkati Tuhan seringkali
diungkapkan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki mereka. Dan saya yakin bahwa
penulis Injil mencatat peristiwa ini untuk mengajar para pembacanya di masa
itu, dan juga kita di masa ini, tentang bagaimanakah Yesus akan memandang kekayaan
seseorang. Apakah semata-mata sebagai berkat? Sebagaimana yang dipahami oleh
orang-orang pada masa itu? (dan juga oleh orang-orang masa sekarang?) Ataukah
sebagai sesuatu yang harus diwaspadai?
Hal kelima, pemimpin muda
yang kaya ini mampu mengajukan suatu pertanyaan yang penting kepada Yesus.
Pertanyaan apakah itu? Ia bertanya: “perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?” Artinya,
pemuda ini memiliki kepedulian bukan saja terhadap hidup di masa sekarang,
tetapi juga terhadap hidup di masa yang akan datang. Banyak orang pada masa
kini, yang hanya memperdulikan kehidupan di masa kini saja, mereka tidak mau
tahu tentang apa yang akan terjadi nanti dengan hidup mereka. Banyak orang
memiliki pikiran jangka pendek saja, tanpa mencoba mengkaitkan apa konsekuensi
dari kehidupan mereka di hari ini terhadap kehidupan di masa yang akan datang. Sementara
banyak pemuda pada masa kini mungkin lebih disibukkan dengan pertanyaan seputar
teman hidup, pekerjaan, atau bisnis apa yang paling menguntungkan, pemuda kaya
ini berpikir melampaui banyak orang di segala zaman, ia menanyakan satu hal
yang penting dan berhubungan dengan keadaan jiwanya kelak, yaitu bagaimana
caranya supaya saya memperoleh hidup yang kekal (masuk surga).
Apakah anda pernah menanyakan hal yang sama kepada Tuhan di dalam doa anda?
Apakah anda memiliki kecemasan yang sama dengan pemuda kaya ini bahwa
jangan-jangan pada saatnya nanti anda mendapati diri sebagai orang yang tidak
memperoleh hidup yang kekal? Baiklah, pemuda ini sudah mengingatkan kita semua
bahwa pertanyaan seperti itu layak kita utarakan.
Sejauh ini, kita sudah bicara cukup
banyak tentang karakteristik dari orang yang mendatangi Yesus tersebut. Jika saya
boleh summary-kan maka ia adalah:
-
Seorang pria yang peduli pada masalah kerohanian
(religius)
-
Masih muda
-
Mempunyai jabatan pemimpin
-
Kaya, sangat kaya bahkan.
-
Mampu mengajukan pertanyaan yang penting kepada
Yesus.
Sungguh suatu perpaduan
karakteristik yang sangat luarbiasa yang terdapat dalam diri satu orang. Sosok
semacam ini tentunya diidamkan oleh setiap gadis dan setiap orangtua untuk
dijadikan sebagai menantu, bukan? Atau jika anda adalah seorang pemimpin agama,
anda tentu sangat berminat untuk merekrut orang ini menjadi bagian dari
organisasi anda. Betul bukan? Tetapi bagaimanakah peluang dari orang semacam
ini di mata Tuhan kita Yesus Kristus?
Pada bagian selanjutnya kita
akan melihat kritikan atau teguran apa sajakah yang Yesus sampaikan pada pemuda
ini.
“Apa? Teguran??” Kita mungkin
bertanya, mengapa Yesus bisa mengkritik seorang pemuda yang boleh dikatakan
hampir sempurna seperti ini? Dan jika pemuda yang luarbiasa seperti ini saja
masih ditegur oleh Yesus, lalu bagaimana dengan kita yang jauh dari sempurna?
Tidakkah Yesus akan memberi teguran yang jauh lebih banyak kepada kita?
Banyak orang mungkin menduga
bahwa kekayaan pemuda inilah satu-satunya yang menjadi masalah bagi dia, tetapi
dalam tulisan berikut anda akan saya ajak melihat bahwa kekayaan pemuda itu,
bukanlah satu-satunya masalah yang dikritik oleh Yesus. Dan semoga dengan
mempelajari hal ini kita juga boleh introspeksi (memeriksa ke dalam diri kita
sendiri), karena kritikan Yesus kepada pemuda itu, sangat mungkin menjadi
kritikan kepada kita juga jika suatu saat kita bertemu dengan Yesus di hadapan
tahta pengadilan-Nya. Tuhan memberkati.