Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (Lukas 24:13-16)
Buku "Tafsiran Injil Lukas 1 - 12" oleh Matthew Henry
Klik disini.
Para murid pun bisa gagal dalam pengenalan akan Kristus
Peristiwa perginya dua murid dari Yerusalem menuju kampung di Emaus terjadi pada hari yang sama dengan hari ketika perempuan-perempuan datang ke kubur Tuhan Yesus dan mendapati bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit, sebagaimana yang dikisahkan dalam perikop sebelumnya.
Dari dua peristiwa itu, kita belajar bahwa kebangkitan Tuhan Yesus memang merupakan sebuah peristiwa yang sangat tidak terduga, meskipun Tuhan sendiri sudah memberitakan hal itu. Dari kisah ini kita tahu bahwa bagi parapengikut di zaman itupun, urusan mengenal Tuhan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Perempuan yang datang ke kubur, menyangka bahwa Tuhan Yesus masih dalam keadaan mati. Sedangkan dua murid Emaus yang pergi itu, menyangka Tuhan Yesus juga masih mati, sehingga sudah tidak ada lagi yang perlu diharapkan daripada-Nya.
Tidak ada seorangpun yang menduga bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit, padahal mereka ini adalah orang-orang yang sebenarnya sudah mengenal Tuhan Yesus sejak sebelum Dia disalibkan. Mereka sudah diberitahu oleh Tuhan sendiri bahwa semua ini akan terjadi, bahwa Mesias harus menderita dan mati, namun Mesias itu akan bangkit lagi pada hari ketiga. Tetapi, sebagaimana yang dicatat Lukas, tidak satupun dari murid-murid itu yang benar-benar mengerti apa yang terjadi, atau berharap bahwa Tuhan Yesus benar-benar bangkit.
Kegagalan mereka menjadi peringatan bagi orang Kristen saat ini.
Jika orang yang hidup sejaman dengan Tuhan Yesus saja (dan mereka bukan orang jahat), bisa keliru dalam mengenali Dia, maka janganlah kita terlalu yakin akan diri sendiri, atau terlalu berasumsi bahwa kita sudah tahu segala-galanya tentang Dia, hingga sudah tidak merasa perlu menggali Alkitab lagi, tidak perlu belajar Firman, dan tidak perlu dikoreksi lagi oleh Firman itu. Adalah lebih baik jika dengan rendah hati kita terus menyadari bahwa pengenalan kita saat ini masih terus perlu diuji berdasarkan Alkitab dan siap senantiasa untuk dikoreksi .
Sudah berapa lamakah diri kita tercatat sebagai orang Kristen? Apakah pengenalan kita akan Tuhan pada tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu? Ataukah sama saja? Atau jangan-jangan justru semakin mundur? Jika pengenalan kita semakin mundur, maka itu adalah tanda bahwa kita kurang sungguh-sungguh dalam mengejar pengenalan akan Pribadi Tuhan. Tetapi apabila pengenalan kita semakin baikpun. maka sebetulnya tidak ada alasan bagi kita untuk merasa cukup mengenal, sebab pribadi Tuhan itu sungguh tidak terbatas adanya, sehingga pengenalan kita akan Tuhan pun tidak akan ada habisnya. Tuhan tetap akan selalu penuh kejutan bagi kita yang mengasihi-Nya.
Bukan kita yang mengaku mengenal Tuhan
Tetapi Tuhanlah yang mengenal kita
Pengenalan akan Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat kita akui secara sepihak atau berdasarkan keyakinan dari diri kita sendiri. Mari kita perhatikan ayat berikut ini:
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (Yohanes 10:27)
Dalam ayat tersebut kita membaca bahwa apabila kita ini memang adalah domba kepunyaan Tuhan, maka tentunya kita bisa mendengarkan suara Tuhan dan juga mau mengikut Dia. Ada dua hal yang dilakukan oleh domba itu yang memakai kata kerja aktif, yaitu mendengarkan dan mengikut. Hal ini dipakai oleh penulis Injil untuk menekankan pada aspek tanggungjawab kita sebagai kepunyaan Tuhan, sekaligus juga sebagai tanda bahwa kita inilah adalah domba yang sejati
Tetapi mari perhatikan, bahwa untuk urusan mengenal Tuhan, kalimat yang dipakai bukanlah "mereka mengenal Aku" tetapi "Aku mengenal mereka" Artinya, dari sisi manusia kita tidak punya kemampuan atau kapasitas untuk mengenal Tuhan, kecuali jika Tuhan sendiri yang menganugerahkan pengenalan itu kepada manusia. Yang dituntut dari sisi manusia adalah respon atau tanggungjawab untuk mendengarkan dan mengikut Tuhan, melalui hal itulah Tuhan sendiri yang akan menyatakan diri-Nya kepada orang itu.
Prinsip ini tidak bertentangan dengan prinsip anugerah, sebab kita tahu bahwa untuk mendengar dan mengikut Tuhan dengan setia pun pasti tidak akan tercapai jika mengandalkan kekuatan kita sendiri. Tuhanlah yang memberi anugerah kepada manusia, dan tanda bahwa manusia itu sudah menerima anugerah adalah jika ia mau mendengar dan mengikut Tuhan.
Bukan hanya Yohanes yang membicarakan prinsip seperti ini, tetapi juga kitab Amsal, seperti yang kita baca berikut ini:
1 Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, 2 sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, 3 ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, 4 jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, 5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah. (Amsal 2:1-5)
Perhatikan bahwa pengenalan akan Allah itu baru dapat dicapai setelah apa yang disebutkan dalam ayat 1 sampai dengan 4 dilakukan, sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa semua orang Kristen itu pasti mengenal Allah. Seseorang bisa saja mengaku Kristen, dan merasa dirinya mengenal Tuhan. Tetapi menurut Alkitab tidak ada orang yang akan memperoleh pengenalan akan Allah, tanpa melalui anugerah yang bekerja di dalam diri orang itu sehingga orang itu tergerak, terdorong, tertarik untuk mengejar hikmat Alkitab seperti orang yang mengejar harta terpendam.
Orang Kristen yang tidak tertarik pada Firman Tuhan, menurut Amsal Pasal 2 adalah mereka yang masuk ke dalam golongan orang yang akan binasa. Sebab orang Kristen sejati, menurut Yohanes, adalah orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan melalui pendengaran itu, Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sehingga mereka mengenal Dia.
Kembali ke kisah dua murid Emaus, Alkitab tidak melukiskan mereka sebagai orang fasik atau orang-orang yang tidak peduli pada perkataan Tuhan, sebab di dalam ayat-ayat selanjutnya kita mendapati bahwa hati mereka berkobar-kobar ketika mendengarkan Tuhan Yesus menjelaskan kitab Musa dan kitab-kitab para nabi. Dua murid Emaus ini adalah contoh bagi kita bahwa sebagai orang Kristen sejatipun, kita tetap tidak luput dari kesalahpahaman atau ketidakmengertian akan cara Tuhan bekerja. Oleh karena itu, proses mendengar Firman itu tidak pernah boleh berhenti di dalam hidup kita. Alkitab akan terus mengoreksi kita dan kita harus terus memberi telinga kita untuk ditegur dan memberi hati kita untuk diubah.
Marilah kita terus mendedikasikan hidup kita yang masih tersisa ini untuk mengenal Tuhan, bergaul dengan-Nya dan mentaati kehendak-Nya yang Ia nyatakan pada kita. Sebab cepat atau lambat, siap atau tidak siap, semua orang pasti akan bertemu dengan Dia. Berbahagialah kita yang sudah dikenal oleh-Nya, tetapi celakalah orang-orang yang mengabaikan perkataan Tuhan semasa hidupnya di dunia ini, sebab kebinasaan saja yang akan ditemuinya. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua. Amin.