Thursday, December 12, 2013

Selamat Ulang Tahun Tuhan Yesus - 1





Oleh: Izar Tirta

Pendahuluan:

Pada dasarnya, tidak menjadi soal bagi kita apakah Yesus lahir tepat pada tanggal 25 Desember atau tidak, tetapi melalui tulisan ini saya ingin mengungkapkan fakta-fakta yang dapat kita pakai sebagai landasan berpikir mengenai tanggal kelahiran tersebut beserta aspek-aspek yang berkaitan dengan penetapan tanggal tersebut. Sehingga kita tidak melulu hanya berputar-putar pada pertanyaan “Apakah?,” tetapi juga masuk lebih dalam untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan “Mengapa?”

Tulisan ini pernah dimuat dalam buku yang saya tulis berjudul “Christmas Salad” dan sudah di-published untuk kalangan gereja pada bulan Desember 2007 (namun tentu saja, bagian pendahuluan ini tidak ada di dalam versi buku tersebut). Berhubung pembahasannya akan cukup panjang, maka saya membagi tulisan ini ke dalam dua bagian sehingga Anda dapat menikmatinya dengan lebih santai dan yang paling penting, lebih mudah untuk dipahami.

Ulang Tahun Yesus?

Kadang-kadang saya iri pada si Niel anak saya yang kedua. Betapa tidak, ia lahir tepat tanggal 1 Januari sehingga setiap kali ia berulang tahun, seluruh dunia juga sedang diliputi suasana meriah dan gembira. Saya yakin hanya sedikit prosentase dari orang yang sudah tidur di malam tahun baru dibandingkan mereka yang masih terjaga dan bahkan sedang berpesta. Setiap kali Niel ulang tahun (ngomong-ngomong, ia baru saja ulang tahun ke-4 ketika tulisan ini dibuat) kami sekeluarga belum tidur (termasuk dia sendiri) sehingga ia (terpaksa) menerima dengan pasrah hujan ciuman dan pelukan yang disertai riang canda dari seluruh keluarganya. Terbayang oleh saya, bahwa setelah ia dewasa dan menikah pun ia masih akan mengalami hal yang sama dari keluarganya nanti. Asyik banget kan?

Yesus Kristus adalah Pribadi paling agung yang pernah terlahir ke dunia ini, bagaimanakah kira-kira Ia menghadapi hari ulang tahun-Nya sendiri? Apakah Ia pernah seperti kita merasa berdebar-debar menantikan kado apa yang kiranya akan Ia terima dari keluarga-Nya atau dari teman-teman-Nya? Apakah Yesus pun dulu tidak luput dari ditodong traktir makan-makan oleh teman-teman masa muda-Nya?

Sayangnya kita tidak tahu. Dan Alkitab pun bungkam seribu bahasa mengenai hal tersebut sehingga kita nampaknya tidak akan pernah tahu. Bahkan tentang kapan tepatnya Yesus dilahirkan pun kita tidak tahu secara persis.

Sebagaimana kita tahu, tanggal 25 Desember adalah tanggal yang secara internasional diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, akan tetapi benarkah Yesus dilahirkan pada tanggal tersebut? Jika tidak benar, kapankah Yesus lahir? Lantas, mengapa kita masih memakai tanggal 25 Desember tersebut untuk memperingati kelahiran-Nya? Bagaimana pula sikap kita sebagai orang Kristen dalam menanggapi hal ini?

Saya akan mengajak kita semua untuk menelusuri suatu perjalanan yang menarik untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Mungkinkah Yesus lahir pada bulan Desember?

Dari penelitian yang dilakukan oleh Lukas muncullah fakta-fakta tentang kelahiran Yesus, seperti yang ia tuliskan dalam suratnya kepada Teofilus. Lukas menulis: “Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. (Lukas 2:6-11)

Berdasarkan tulisan tersebut, jelas sekali bahwa peristiwa kelahiran Yesus Kristus dan peristiwa datangnya seorang malaikat Tuhan kepada para gembala terjadi pada hari yang sama. Darimana kita tahu?

Perhatikan malaikat itu berkata: “hari ini…” Dan menurut Lukas, ketika malaikat itu berkata “hari ini..,” para gembala yang menerima berita tersebut sedang “tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.” Sehingga dapat disimpulkan, kelahiran Yesus, kedatangan malaikat dan gerombolan gembala yang sedang berada di padang, adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada satu hari yang sama.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kelahiran Yesus tidak mungkin terjadi pada bulan Desember, mengapa? Karena pada bulan Desember, daerah di mana Yesus dilahirkan sedang mengalami musim dingin.

Betlehem berada sekitar 8 km sebelah Selatan kota Yerusalem. Persisnya, kota itu terletak di 31o42’37’’LU dan 35o12’23’’BT pada ketinggian sekitar 765 m di atas permukaan laut. Selain memiliki iklim yang panas serta kering pada musim kemarau, Betlehem juga memiliki temperatur yang cukup rendah pada musim dingin. Pada bulan Desember dan Januari, suhu di Betlehem dapat mencapai kisaran antara 1 - 13o C.

Dengan kondisi cuaca di bulan Desember seperti itu, akan terlalu dingin bagi para gembala untuk menjaga ternak di padang terbuka, apalagi pada waktu malam hari. Catatan sejarah dan kebudayaan masyarakat pada masa itu pun semakin menguatkan dugaan ini.

Adapun berdasarkan catatan sejarah dan budaya, para gembala di daerah Betlehem biasanya akan pergi berlindung ke tempat-tempat yang disebut grotto, yaitu suatu ceruk atau gua yang terdapat di gunung-gunung karang. Kontur landscape semacam ini rupanya cukup banyak ditemukan di daerah Betlehem dan sekitarnya.

Para gembala di Betlehem, baru menggiring domba-domba mereka ke padang setelah hari Paskah, yang terjadi di awal bulan April, sampai kira-kira bulan Oktober tiba. Pada masa-masa itu, Betlehem akan memasuki musim kemarau dengan suhu berkisar pada 27o – 30o C. Baru  kira-kira pada awal Oktober, di daerah tersebut mulai kembali sering turun hujan yang terkadang juga bahkan disertai dengan salju tipis.

Jadi, berdasarkan data-data yang terkumpul ini, dapat kita simpulkan bahwa waktu yang paling mungkin dari kelahiran Yesus adalah terjadi di antara bulan April sampai dengan awal Oktober, yaitu ketika para gembala masih dapat tinggal di padang terbuka pada waktu malam hari.

Dengan demikian, kesimpulan ini membawa kita pada pertanyaan berikutnya yaitu, “Bulan apakah tepatnya di antara April dan Oktober itu Yesus dilahirkan?”

Mencari tanggal kelahiran Yesus

Menemukan kesimpulan bahwa Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember adalah satu hal, dan itu tidak terlalu sulit.

Namun memastikan kapan tepatnya tanggal Yesus dilahirkan selama periode antara April dan Oktober adalah persoalan yang berbeda sama sekali. Paling tidak, sampai hari ini belum ada yang berhasil menemukan suatu petunjuk pasti tentang tanggal yang tepat dari kelahiran-Nya tersebut.

Meskipun demikian, ada pula orang-orang yang mencoba membuat perkiraan waktu (bulan) kelahiran Yesus berdasarkan berbagai data-data budaya, pemahaman geografis serta penafsiran terhadap ayat-ayat Alkitab. Satu di antaranya adalah Prof. Honorof R.A melalui bukunya “The Return of Messiah

Honorof mengutip Injil Lukas 1:5 dan 8 sebagai awal dari penelitiannya. Lukas 1:5,8 mencatat tentang seorang imam bernama Zakharia yang berasal dari rombongan imam Abia.

Zakharia sedang mendapat giliran untuk melakukan tugas keimaman ketika seorang malaikat menampakkan diri dan memberitakan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. (Agar pokok bahasan ini menjadi lebih jelas, saya amat mendorong anda untuk turut membaca ayat-ayat yang saya tunjukkan di atas. Untuk lebih lengkap, ada baiknya anda membaca Lukas 1:5-13).

Informasi apa lagi yang dapat kita telusuri berdasarkan Lukas 1:5-13 ini? Catatan-catatan yang berhubungan dengan ke-imam-an semacam itu, biasanya memiliki suatu referensi di dalam Perjanjian Lama. Kita yang hidup pada zaman postmodern sekarang ini, akan kesulitan memahami budaya Yahudi berdasarkan referensi zaman kita. Oleh karena itu, kita perlu menengok jauh ke belakang, kepada zaman ketika organisasi ke-imam-an mulai dibentuk. Dan untuk itu, saya menganjurkan anda membaca 1 Tawarikh 24, khususnya pada ayat 10.

Pada 1 Tawarikh 24:10 kita akan menemukan bahwa rombongan Abia mendapat giliran ke delapan dari seluruh rombongan imam yang melayani di Bait Allah.

Secara keseluruhan ada 24 rombongan (lihat 1 Taw 24:18) dan setiap rombongan melayani selama satu minggu di Bait Allah sebelum kemudian diganti oleh rombongan yang lain. Everett Ferguson, seorang pakar sejarah dan budaya dari Abilene Christian University di Texas, memperjelas hal ini dengan mengatakan: The priests were divided into twenty four courses, each of which was responsible for conducting the temple ritual for one week at a time.[1]

Bulan pertama dalam penanggalan (kalender) orang Yahudi bukanlah bulan Januari, melainkan bulan Nisan (lihat Kel 12:2 dan Est 3:7), oleh karena itu cukup beralasan jika kita memulai perhitungan jadwal imam ini pada bulan tersebut.

Jika rombongan pertama memulai tugas pelayanan mereka pada bulan Nisan yaitu antara sekitar pertengahan bulan Maret dan awal April dalam hitungan kalender kita,[2] maka pelayanan rombongan Abia - yaitu rombongan ke delapan – diperkirakan akan jatuh pada sekitar pertengahan atau bahkan akhir bulan Mei.

Selanjutnya, jika Zakharia yang berasal dari rombongan Abia melayani di Bait Allah pada sekitar akhir bulan Mei, maka dapat kita perkirakan bahwa Elisabet, istrinya, baru mengandung Yohanes Pembaptis pada sekitar bulan Juni.

Dari Alkitab kita tahu, bahwa enam bulan setelah peristiwa munculnya malaikat di hadapan Zakharia, malaikat Gabriel datang pula kepada Maria (Lukas 1:26). Itu berarti peristiwa pertemuan Maria dengan malaikat tersebut terjadi pada bulan Desember, yaitu enam bulan kemudian setelah bulan Juni, bulan di mana Elisabet mengandung.

Jika Maria mulai mengandung janin Yesus pada bulan Desember maka cukup beralasan pula jika kita membuat perkiraan secara kasar bahwa kelahiran Yesus baru terjadi pada bulan September, yaitu sembilan bulan setelah Maria mengandung.

Dr.Henry M.Morris, seorang pakar Perjanjian Baru, menyetujui pemikiran bahwa Yesus diutus oleh Bapa untuk datang ke dalam dunia (yaitu ke dalam kandungan Maria) pada bulan Desember karena bulan tersebut adalah saat-saat paling gelap bagi bumi Palestina berhubung Matahari berada pada jarak yang paling jauh. Dr.Morris percaya bahwa ketika cahaya dunia (yaitu Matahari) berada dalam kondisi paling gelap (maksudnya, paling jauh dari Bumi), maka pada saat itulah Allah Bapa mengutus Sang Cahaya Sejati (yaitu Yesus Kristus) ke dalam dunia.

Dalam hal ini perlu kita perhatikan bahwa yang dilihat oleh Dr.Morris mengenai kedatangan Yesus bukanlah tentang hari kelahiran-Nya, melainkan mengenai terbentuknya janin Yesus di dalam rahim Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Jika Maria mulai mengandung pada bulan Desember, maka wajarlah jika disimpulkan bahwa Yesus dilahirkan sekitar bulan September.

Meskipun melihat dari sudut pandang yang berbeda, Dr. Henry Morris dan Prof. Honorof sampai pada kesimpulan yang sama tentang kelahiran Yesus, yaitu terjadi pada bulan September. Dan jika kita kembali mengingat persoalan yang saya angkat dalam bagian mengenai musim dingin di Betlehem, maka kelahiran di bulan September ini memiliki probabilita yang lebih besar bagi para gembala untuk tinggal di padang pada waktu malam hari.

Sementara itu, bagi orang Yahudi sendiri, bulan September adalah bulan yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Tabernakel. Jika Yesus diduga lahir pada bulan September yang ternyata juga merupakan Hari Raya Tabernakel, maka setidaknya kita memiliki suatu hipotesa bahwa mungkin sekali ada hubungan antara kelahiran Yesus dan hari raya tersebut. Oleh karena itu, maka penelusuran kita selanjutnya haruslah diarahkan pada hari raya Tabernakel tersebut. Melalui penelusuran tersebut, kita berharap dapat memperoleh bukti argumentasi yang lebih kuat mengenai ada atau tidaknya hubungan antara Yesus dan hari raya Tabernakel tersebut.

Apakah yang dimaksud dengan hari raya Tabernakel dalam kebudayaan orang Yahudi pada waktu itu? Benarkah hari raya ini memiliki keterkaitan yang erat dengan kelahiran Yesus Kristus?

Kita akan membahas hal itu dalam bagian selanjutnya.

(bersambung...)


[1] Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids Michigan: Eerdmans, 2003), 565
[2] Ada kesan ketidakpastian dalam istilah yang saya pakai “antara pertengahan Maret sampai awal April,” hal ini disebabkan karena ada perbedaan metode perhitungan bulan dan tahun antara metode yang kita pakai dengan yang dipakai oleh bangsa Yahudi kuno. Sekarang ini kita menghitung kalender berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari, sedangkan pada zaman itu, bangsa Yahudi menghitung berdasarkan peredaran Bulan. Itu sebabnya selalu ada selisih beberapa hari antara periode satu tahun menurut kalender kita dan satu tahun menurut kalender orang Yahudi kuno.