Oleh: Izar Tirta
Pendahuluan:
Pada dasarnya,
tidak menjadi soal bagi kita apakah Yesus lahir tepat pada tanggal 25 Desember
atau tidak, tetapi melalui tulisan ini saya ingin mengungkapkan fakta-fakta
yang dapat kita pakai sebagai landasan berpikir mengenai tanggal kelahiran
tersebut beserta aspek-aspek yang berkaitan dengan penetapan tanggal tersebut.
Sehingga kita tidak melulu hanya berputar-putar pada pertanyaan “Apakah?,”
tetapi juga masuk lebih dalam untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan
“Mengapa?”
Tulisan ini
pernah dimuat dalam buku yang saya tulis berjudul “Christmas Salad” dan sudah di-published untuk kalangan gereja pada
bulan Desember 2007 (namun tentu saja, bagian pendahuluan ini tidak ada di
dalam versi buku tersebut). Berhubung pembahasannya akan cukup panjang, maka saya membagi
tulisan ini ke dalam dua bagian sehingga Anda dapat menikmatinya dengan lebih santai dan
yang paling penting, lebih mudah untuk dipahami.
Ulang Tahun Yesus?
Kadang-kadang
saya iri pada si Niel anak saya yang kedua. Betapa tidak, ia lahir tepat
tanggal 1 Januari sehingga setiap kali ia berulang tahun, seluruh dunia juga
sedang diliputi suasana meriah dan gembira. Saya yakin hanya sedikit prosentase dari orang yang sudah
tidur di malam tahun baru dibandingkan mereka yang masih terjaga dan bahkan
sedang berpesta. Setiap kali Niel ulang tahun (ngomong-ngomong, ia baru saja ulang tahun ke-4 ketika tulisan ini
dibuat) kami sekeluarga belum tidur (termasuk dia sendiri) sehingga ia (“terpaksa”) menerima dengan pasrah
hujan ciuman dan pelukan yang disertai riang canda dari seluruh keluarganya.
Terbayang oleh saya, bahwa setelah ia dewasa dan menikah pun ia masih akan
mengalami hal yang sama dari keluarganya nanti. Asyik banget kan?
Yesus Kristus
adalah Pribadi paling agung yang pernah terlahir ke dunia ini, bagaimanakah kira-kira Ia menghadapi
hari ulang tahun-Nya sendiri? Apakah
Ia pernah seperti kita merasa
berdebar-debar menantikan kado apa yang kiranya akan Ia terima dari keluarga-Nya
atau dari teman-teman-Nya? Apakah Yesus pun dulu tidak luput
dari ditodong traktir
makan-makan oleh teman-teman masa muda-Nya?
Sayangnya kita
tidak tahu. Dan Alkitab pun bungkam seribu bahasa mengenai hal tersebut
sehingga kita nampaknya tidak akan pernah tahu. Bahkan tentang kapan tepatnya
Yesus dilahirkan pun kita tidak tahu secara persis.
Sebagaimana kita tahu, tanggal 25 Desember adalah
tanggal yang secara internasional diperingati sebagai hari kelahiran Yesus
Kristus, akan tetapi benarkah Yesus dilahirkan pada tanggal tersebut? Jika
tidak benar, kapankah Yesus lahir? Lantas, mengapa kita masih memakai tanggal
25 Desember tersebut untuk memperingati kelahiran-Nya? Bagaimana pula sikap
kita sebagai orang Kristen dalam menanggapi hal ini?
Saya akan mengajak kita semua untuk menelusuri suatu perjalanan yang
menarik untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Mungkinkah Yesus lahir pada bulan Desember?
Dari penelitian
yang dilakukan oleh Lukas muncullah fakta-fakta tentang kelahiran Yesus,
seperti yang ia tuliskan dalam suratnya kepada Teofilus. Lukas menulis: “Ketika mereka di situ tibalah waktunya
bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya
yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah
itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang
malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan
mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan
takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan,
di kota Daud.
(Lukas 2:6-11)
Berdasarkan
tulisan tersebut, jelas sekali bahwa peristiwa kelahiran Yesus Kristus dan
peristiwa datangnya seorang malaikat Tuhan kepada para gembala terjadi pada
hari yang sama. Darimana kita tahu?
Perhatikan
malaikat itu berkata: “hari ini…” Dan menurut Lukas, ketika malaikat itu
berkata “hari ini..,” para gembala yang menerima berita tersebut sedang
“tinggal di padang
menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.” Sehingga dapat disimpulkan,
kelahiran Yesus, kedatangan malaikat dan gerombolan gembala yang sedang berada
di padang,
adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada satu hari yang sama.
Berdasarkan fakta-fakta
tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kelahiran Yesus tidak mungkin terjadi
pada bulan Desember, mengapa? Karena pada bulan Desember, daerah di mana Yesus
dilahirkan sedang mengalami musim dingin.
Betlehem berada
sekitar 8 km sebelah Selatan kota
Yerusalem. Persisnya, kota
itu terletak di 31o42’37’’LU dan 35o12’23’’BT pada
ketinggian sekitar 765 m di atas permukaan laut. Selain memiliki iklim yang
panas serta kering pada musim kemarau, Betlehem juga memiliki temperatur yang
cukup rendah pada musim dingin. Pada bulan Desember dan Januari, suhu di
Betlehem dapat mencapai kisaran antara 1 - 13o C.
Dengan kondisi
cuaca di bulan Desember seperti itu, akan terlalu dingin bagi para gembala
untuk menjaga ternak di padang
terbuka, apalagi pada waktu malam hari. Catatan sejarah dan kebudayaan
masyarakat pada masa itu pun semakin menguatkan dugaan ini.
Adapun berdasarkan
catatan sejarah dan budaya, para gembala di daerah Betlehem biasanya akan pergi
berlindung ke tempat-tempat yang disebut grotto,
yaitu suatu ceruk atau gua yang terdapat di gunung-gunung karang. Kontur landscape semacam ini rupanya cukup banyak ditemukan
di daerah Betlehem dan sekitarnya.
Para gembala di Betlehem,
baru menggiring domba-domba mereka ke padang
setelah hari Paskah, yang terjadi di awal bulan April, sampai kira-kira bulan Oktober tiba. Pada
masa-masa itu, Betlehem akan memasuki musim kemarau dengan suhu berkisar pada
27o – 30o C. Baru
kira-kira pada awal Oktober, di daerah tersebut mulai kembali sering
turun hujan yang terkadang juga bahkan disertai dengan salju tipis.
Jadi,
berdasarkan data-data yang terkumpul ini, dapat kita simpulkan bahwa waktu yang
paling mungkin dari kelahiran Yesus adalah terjadi di antara bulan April sampai
dengan awal Oktober, yaitu ketika para gembala masih dapat tinggal di padang terbuka pada waktu malam hari.
Dengan demikian,
kesimpulan ini membawa kita pada pertanyaan berikutnya yaitu, “Bulan apakah
tepatnya di antara April dan Oktober itu Yesus dilahirkan?”
Mencari tanggal kelahiran Yesus
Menemukan
kesimpulan bahwa Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember adalah satu hal,
dan itu tidak terlalu sulit.
Namun memastikan
kapan tepatnya tanggal Yesus dilahirkan selama periode antara April dan Oktober
adalah persoalan yang berbeda sama sekali. Paling tidak, sampai hari ini belum
ada yang berhasil menemukan suatu petunjuk pasti tentang tanggal yang tepat
dari kelahiran-Nya tersebut.
Meskipun demikian,
ada pula orang-orang yang mencoba membuat perkiraan waktu (bulan) kelahiran
Yesus berdasarkan berbagai data-data budaya, pemahaman geografis serta
penafsiran terhadap ayat-ayat Alkitab. Satu di antaranya adalah Prof. Honorof
R.A melalui bukunya “The Return of
Messiah”
Honorof mengutip
Injil Lukas 1:5 dan 8 sebagai awal dari penelitiannya. Lukas 1:5,8 mencatat
tentang seorang imam bernama Zakharia yang berasal dari rombongan imam Abia.
Zakharia sedang
mendapat giliran untuk melakukan tugas keimaman ketika seorang malaikat
menampakkan diri dan memberitakan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. (Agar
pokok bahasan ini menjadi lebih jelas, saya amat mendorong anda untuk turut
membaca ayat-ayat yang saya tunjukkan di atas. Untuk lebih lengkap, ada baiknya
anda membaca Lukas 1:5-13).
Informasi apa
lagi yang dapat kita telusuri berdasarkan Lukas 1:5-13 ini? Catatan-catatan
yang berhubungan dengan ke-imam-an semacam itu, biasanya memiliki suatu
referensi di dalam Perjanjian Lama. Kita yang hidup pada zaman postmodern
sekarang ini, akan kesulitan memahami budaya Yahudi berdasarkan referensi zaman
kita. Oleh karena itu, kita perlu menengok jauh ke belakang, kepada zaman
ketika organisasi ke-imam-an mulai dibentuk. Dan untuk itu, saya menganjurkan
anda membaca 1 Tawarikh 24, khususnya pada ayat 10.
Pada 1 Tawarikh
24:10 kita akan menemukan bahwa rombongan Abia mendapat giliran ke delapan dari
seluruh rombongan imam yang melayani di Bait Allah.
Secara
keseluruhan ada 24 rombongan (lihat 1 Taw 24:18) dan setiap rombongan melayani
selama satu minggu di Bait Allah sebelum kemudian diganti oleh rombongan yang
lain. Everett Ferguson, seorang pakar sejarah dan budaya dari Abilene Christian
University di Texas, memperjelas hal ini dengan
mengatakan: The priests were divided into
twenty four courses, each of which was responsible for conducting the temple
ritual for one week at a time.[1]
Bulan pertama
dalam penanggalan (kalender) orang Yahudi bukanlah bulan Januari, melainkan bulan
Nisan (lihat Kel 12:2 dan Est 3:7), oleh karena itu cukup beralasan jika kita
memulai perhitungan jadwal imam ini pada bulan tersebut.
Jika rombongan
pertama memulai tugas pelayanan mereka pada bulan Nisan yaitu antara sekitar
pertengahan bulan Maret dan awal April dalam hitungan kalender kita,[2]
maka pelayanan rombongan Abia - yaitu rombongan ke delapan – diperkirakan akan
jatuh pada sekitar pertengahan atau bahkan akhir bulan Mei.
Selanjutnya, jika
Zakharia yang berasal dari rombongan Abia melayani di Bait Allah pada sekitar
akhir bulan Mei, maka dapat kita perkirakan bahwa Elisabet, istrinya, baru
mengandung Yohanes Pembaptis pada sekitar bulan Juni.
Dari Alkitab
kita tahu, bahwa enam bulan setelah peristiwa munculnya malaikat di hadapan
Zakharia, malaikat Gabriel datang pula kepada Maria (Lukas 1:26). Itu berarti
peristiwa pertemuan Maria dengan malaikat tersebut terjadi pada bulan Desember,
yaitu enam bulan kemudian setelah bulan Juni, bulan di mana Elisabet mengandung.
Jika Maria mulai
mengandung janin Yesus pada bulan Desember maka cukup beralasan pula jika kita
membuat perkiraan secara kasar bahwa kelahiran Yesus baru terjadi pada bulan
September, yaitu sembilan bulan setelah Maria mengandung.
Dr.Henry
M.Morris, seorang pakar Perjanjian Baru, menyetujui pemikiran bahwa Yesus
diutus oleh Bapa untuk datang ke dalam dunia (yaitu ke dalam kandungan Maria)
pada bulan Desember karena bulan tersebut adalah saat-saat paling gelap bagi
bumi Palestina berhubung Matahari berada pada jarak yang paling jauh. Dr.Morris
percaya bahwa ketika cahaya dunia (yaitu Matahari) berada dalam kondisi paling
gelap (maksudnya, paling jauh dari Bumi), maka pada saat itulah Allah Bapa
mengutus Sang Cahaya Sejati (yaitu Yesus Kristus) ke dalam dunia.
Dalam hal ini
perlu kita perhatikan bahwa yang dilihat oleh Dr.Morris mengenai kedatangan
Yesus bukanlah tentang hari kelahiran-Nya, melainkan mengenai terbentuknya
janin Yesus di dalam rahim Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Jika Maria mulai
mengandung pada bulan Desember, maka wajarlah jika disimpulkan bahwa Yesus
dilahirkan sekitar bulan September.
Meskipun melihat
dari sudut pandang yang berbeda, Dr. Henry Morris dan Prof. Honorof sampai pada
kesimpulan yang sama tentang kelahiran Yesus, yaitu terjadi pada bulan
September. Dan jika kita kembali mengingat persoalan yang saya angkat dalam bagian mengenai musim
dingin di Betlehem, maka kelahiran di bulan September ini memiliki probabilita
yang lebih besar bagi para gembala untuk tinggal di padang pada waktu malam
hari.
Sementara itu,
bagi orang Yahudi sendiri, bulan September adalah bulan yang bertepatan dengan
perayaan Hari Raya Tabernakel. Jika Yesus diduga lahir pada bulan September yang
ternyata juga merupakan Hari Raya Tabernakel, maka setidaknya kita memiliki
suatu hipotesa bahwa mungkin sekali ada hubungan antara kelahiran Yesus dan
hari raya tersebut. Oleh karena itu, maka penelusuran
kita selanjutnya haruslah diarahkan pada hari raya Tabernakel tersebut. Melalui penelusuran tersebut, kita berharap dapat memperoleh bukti argumentasi
yang lebih kuat mengenai ada atau tidaknya hubungan antara Yesus dan hari raya
Tabernakel tersebut.
Apakah yang
dimaksud dengan hari raya Tabernakel dalam kebudayaan orang Yahudi pada waktu
itu? Benarkah hari raya ini memiliki
keterkaitan yang erat dengan kelahiran Yesus Kristus?
Kita akan membahas hal itu
dalam bagian selanjutnya.
(bersambung...)
[1] Everett Ferguson,
Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids Michigan:
Eerdmans, 2003), 565
[2] Ada
kesan ketidakpastian dalam istilah yang saya pakai “antara pertengahan Maret
sampai awal April,” hal ini disebabkan karena ada perbedaan metode perhitungan
bulan dan tahun antara metode yang kita pakai dengan yang dipakai oleh bangsa
Yahudi kuno. Sekarang ini kita menghitung kalender berdasarkan peredaran bumi
mengelilingi matahari, sedangkan pada zaman itu, bangsa Yahudi menghitung
berdasarkan peredaran Bulan. Itu sebabnya selalu ada selisih beberapa hari
antara periode satu tahun menurut kalender kita dan satu tahun menurut kalender
orang Yahudi kuno.