Sebuah renungan dari Mazmur 19:2
Apa yang dapat kita pelajari tentang Allah melalui ciptaan-Nya yang agung?
Adakah bukti-bukti keberadaan Sang Pencipta di dalam alam semesta ini?
Adakah manusia bisa berdalih dari kehadiran Sang Maha Pencipta?
Apa yang dimaksud dengan Wahyu Umum?
Oleh: Izar Tirta
Sebagai makhluk fana yang penuh
dengan keterbatasan, segala sumber pengetahuan yang terdapat dalam diri kita sendiri
tidaklah cukup untuk menggapai keberadaan Allah. Karena Allah adalah Pribadi kekal
yang melampaui segala keterbatasan. Sehingga jika manusia ingin mengenal Allah
maka mutlak dibutuhkan sumber pengetahuan lain, yaitu wahyu/pe-nyata-an Allah
sendiri kepada manusia. [Baca juga: Mengenal Allah itu lebih penting dari kekayaan. Klik disini.]
Wahyu umum
Ada dua jenis wahyu Allah yang dapat kita
kenal yaitu wahyu umum dan wahyu khusus. Namun fokus kita pada tulisan ini adalah
hanya pada wahyu umum.
Biasanya wahyu umum dimengerti
sebagai pe-nyata-an Allah kepada manusia melalui alam semesta. Atau lebih
lengkapnya adalah pe-nyata-an Allah tentang diri-Nya kepada semua manusia di
segala tempat pada segala jaman melalui alam semesta, sejarah dan keberadaan
batiniah (inner-being) setiap pribadi
manusia. Adapun ke-umum-an wahyu semacam ini adalah ditinjau dari; pertama, ketersediaannya
berita yang bersifat universal, artinya dapat diakses oleh semua orang secara
umum di segala tempat dan segala waktu. Kedua, isi dari pesan atau pe-nyata-an
itu sendiri yang merupakan keberadaan Allah secara umum. (Sebagai perbandingan,
dalam wahyu khusus kita mengenal Allah secara lebih detil dan spesifik, kita
mengetahui kata-kata-Nya, nama-Nya, karya-Nya, rencana-Nya dll.)
Meskipun bersifat umum, bukan
berarti wahyu ini dapat disepelekan atau dikesampingkan sebab Mazmur 19:2
berkata: Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan
pekerjaan tangan-Nya. Itu berarti, baik kemuliaan Allah maupun pekerjaan
tangan-Nya sangat nyata tergambar di langit dan cakrawala.
Memangnya ada apa sih
di langit kita?
Allah memang telah menyatakan
diri-Nya melalui alam semesta. Namun tidak sedikit orang yang menolak kebenaran
ini. Padahal jika manusia mau membuka hatinya sedikit saja untuk melihat apa
yang terdapat di dalam alam semesta, maka ada begitu banyak bukti yang
bertebaran di seantero jagad raya tentang adanya Allah. Kata “langit” di dalam
Mazmur ini adalah ungkapan tentang alam semesta, tidak harus semata-mata
ditafsirkan sebagai langit, tetapi termasuk di dalamnya adalah langit, bumi serta
segala yang ada di dalamnya. Apa yang dapat diceritakan oleh ciptaan yang bisu
tersebut? Berikut ini beberapa fakta untuk direnungkan.
Bumi mempunyai masa 66 x 1020 ton
dengan keliling pada daerah khatulistiwa sebesar 40.000 km. Jika jarak sebesar
itu harus ditempuh dalam 24 jam, maka itu berarti kita berputar di dalam rotasi
bumi dengan kecepatan sekitar 28 km/menit. P.C.W.Davies, seorang ahli fisika
Inggris menyimpulkan bahwa jika kekuatan daya tarik bumi diganti oleh hanya
satu persepuluh pangkat 100 saja, maka kehidupan tidak akan pernah berkembang
di bumi kita ini. Sebab dengan kecepatan tinggi seperti itu tubuh kita akan
terlempar ke luar angkasa jika gravitasi berkurang. Atau sebaliknya jika
gravitasi bumi berlebih maka kita akan sulit bergerak. Kita berada pada titik
keseimbangan yang akurat antara gaya gravitasi
di atas bumi ini dan gaya
sentrifugal karena efek perputaran tersebut.
Jarak rata-rata bumi dengan
matahari adalah 149,5 juta km (jarak terjauh 152 juta km, jarak terdekat 147
juta km), jika bumi beredar lebih dekat dari seharusnya maka kita tidak akan
dapat bertahan terhadap panas matahari yang luarbiasa, atau jika bumi nyasar lebih jauh dari jarak yang
ditentukannya maka kita akan membeku. Kini ribuan tahun berlalu sudah, namun syukurlah
kita masih selalu berada pada jarak yang aman dari matahari.
Bumi adalah satu-satunya planet
di dalam sistim tata surya kita yang memiliki kemiringan 23o pada
porosnya. Tanpa adanya kemiringan semacam ini maka kedua kutub di bumi akan
mengalami suhu dingin amat dahsyat sementara bagian khatulistiwa mengalami suhu
panas yang luar biasa. Perbedaan suhu yang ekstrim tanpa adanya pergantian atau
sirkulasi yang teratur, akan menghasilkan cuaca yang sangat ekstrim dan
mengancam kehidupan di bumi. Selain itu, kutub utara dan kutub selatan bumi
yang ada sekarang ini amat menentukan gerak arus lautan di seluruh dunia yang
kemudian berpengaruh sangat besar pada cuaca. Tanpa kedua kutub bumi seperti
kondisi sekarang ini, atau jika kedua kutub tersebut dirusak keseimbangannya,
maka kehancuran bumi pasti terjadi. [3]
Bulan, bukanlah benda langit yang
secara kebetulan ada di tempatnya sekarang ini. Keberadaan bulan berperan dalam
membersihkan samudera raya melalui sirkulasi pasang surut & pasang naik air
laut. Pasang surut dan pasang naik berperan dalam menimbulkan gelombang yang
bolak-balik ke darat lalu ke laut dan seterusnya. Akitivitas rutin yang seolah
tanpa arti ini ternyata berperan besar dalam penyediaan oksigen yang dibutuhkan
makhluk hidup di dalam laut seperti ganggang laut, terumbu karang, plankton dan
ikan-ikan yang semuanya berperan penting bagi mata rantai ekosistem bumi.
Sebagian besar bumi kita terdiri
dari air, sebuah materi yang bersifat sungguh unik. Pada suhu 4oC,
air mencapai berat jenis maksimal. Jika didinginkan maka molekul air membentuk
rongga sehingga volume air menjadi besar. Akibatnya, dalam kondisi beku air
yang menjadi es itu memiliki berat jenis [4] yang lebih kecil dari pada air dalam bentuk cair. Para
ilmuwan menamakan gejala tersebut sebagai anomali air. Apakah ini hanya
kebetulan belaka? Tidak. Jika air tidak memiliki sifat yang unik seperti itu,
maka bagian air yang membeku akan tetap tinggal di dasar laut, membunuh semua
ikan dan gangang laut yang berguna bagi ekosistem dan penghasil oksigen. Tetapi
justru karena air bersifat anomali, maka ketika ia membeku menjadi es ia
mengapung ke permukaan sehingga selamatlah segala yang ada di bawah air.
Bumi kita juga dilapisi oleh
atmosfer yang tanpanya kita akan mati kehabisan oksigen dan tertimpa jutaan ton
batuan angkasa yang jatuh ke bumi. Selain itu ada pula lapisan tipis dalam
atmosfer pada ketinggian + 25 km dari bumi yang disebut lapisan ozon.
Lapisan ini, walaupun tipis, amat berperan dalam melindungi kita dari radiasi
sinar matahari yang dapat membunuh kita. Tanpa lapisan ozon dan atmosfer, kita
semua sudah terbakar musnah. Sementara itu, di bawah kaki kita terdapat kerak
bumi yang tampaknya kuat dan keras. Namun kerak bumi hanyalah merupakan kulit
yang rapuh dibandingkan dengan energi yang bergetar dan bergoncang di dalam
perut bumi yang lebih dalam. Kita dapat melihat sebagian kecil dari energi
dasyat itu ketika terjadi letusan gunung berapi. Dari dua fakta ini saja kita
lihat betapa rapuhnya kehidupan kita di bumi ini, di atas kepala kita bahaya
menghanguskan sekaligus membekukan dari ruang angkasa yang bisu terus
mengintai. Hanya atmosfir yang relatif tipis yang melindungi kita. Sementara di
bawah kaki kita bahaya lain yang juga mampu menghanguskan kehidupan dalam
sekejap terus pula mengintai, hanya dibatasi oleh lapisan rapuh kerak bumi.
Jadi jika manusia yang hidup di antara kedua bahaya ekstrim tersebut masih
merasa sombong dan menyangkal keberadaan Allah yang telah begitu murah hati menjagai
serta melindungi kita, bukankah hal itu dapat disebut sebagai kekejian? Orang
tidak harus jadi perampok untuk dapat disebut keji. Cukup dengan menyangkal
keberadaan dan kuasa Allah, kita dapat melihat betapa tidak tahu terima
kasihnya manusia itu.
Ada begitu banyak rancangan yang terdapat di
bumi kita ini. Bagaimana mungkin semua itu hanya kebetulan belaka? Kita baru membahas
sebagian kecil sekali dari bukti rancangan yang terdapat di alam semesta. Kita
belum bicara tentang keanekaragaman makhluk hidup, atau tentang hebatnya tubuh
kita diciptakan, atau tentang inner-being
kita sebagai manusia. Bagaimana mungkin semua ini hanya kebetulan?? Orang-orang
yang tidak percaya bahwa Allah ada, bukanlah orang-orang yang kekurangan bukti,
melainkan orang yang secara sadar memilih untuk tidak percaya. Karena jika hanya
bukti yang dibutuhkan oleh manusia, maka sebenarnya bukti itu sudah bertebaran
dalam jumlah yang luarbiasa. Halaman tulisan ini terlalu kecil untuk menuliskan
bukti-bukti yang ada di sekitar kita tentang keberadaan Allah. [Baca juga: Apakah ciri-ciri dari iman yang sejati? Klik disini]
William Lane Craig, Ph.D, seorang
Doktor Teologia yang menjabat sebagai Research
Professor of Philosophy di Talbot School
of Theology, menjelaskan suatu cara berpikir sederhana tentang keberadaan
Allah yang ditinjau dari keberadaan alam semesta. Ia mengatakan: “Baik secara
filosofi maupun secara ilmiah, aku akan berargumentasi bahwa alam semesta dan
waktu itu sendiri memiliki suatu titik permulaan pada masa lalu yang tak
terbatas itu. Akan tetapi, karena tidak mungkin sesuatu muncul begitu saja dari
kenihilan, harus ada suatu penyebab yang sangat penting di luar ruang dan
waktu, yang membuat alam semesta itu terwujud.”
Orang yang berusaha menyangkal
keberadaan Allah biasanya berargumentasi bahwa alam semesta ini terwujud
melalui suatu ledakan besar (Big Bang
Theory). Namun sesungguhnya ada kelemahan besar dalam teori ini. Jika alam
semesta ini terbentuk karena adanya ledakan besar di masa lalu, maka
pertanyaannya: apa yang menyebabkan ledakan besar itu terjadi? Umpamanya suatu
kali terjadi ledakan kecil saja di suatu tempat, lalu anda bertanya: “Tadi ada
ledakan? Apa sebabnya?” Dan orang lain menjawab: “O ya, tadi memang ada
ledakan, tetapi tidak ada sebab apa-apa kok, yah pokoknya tiba-tiba meledak
aja.” Tentu anda berpendapat bahwa jawaban ini amat tidak lengkap bahkan
terkesan bodoh. Jika kita setuju bahwa harus ada suatu penyebab dari sebuah ledakan
kecil, maka bukankah hal itu berlaku pula bagi ledakan besar?
Saya tidak bermaksud mengatakan
bahwa Teori Ledakan Besar pasti salah [5]. Yang saya maksudkan adalah bahwa sekalipun seandainya alam semesta ini terjadi
karena adanya ledakan besar, kita tidak dapat menghilangkan unsur rancangan dan
penyebab di balik ledakan tersebut. Dan siapa lagikah yang memiliki kemampuan
merancang hal yang demikian selain Allah? Para cendekiawan yang mempelajari
Teori Ledakan Besar justru merasa heran ketika menemukan bahwa Big Bang bukanlah suatu peristiwa yang
kacau balau, melainkan sebuah peristiwa yang sangat teratur dan membutuhkan keakuratan
yang sangat tinggi. Stephen Hawking, ilmuwan lumpuh yang terkenal jenius dan
setuju pada Teori Ledakan Besar, bahkan mengatakan: “Kalau tingkat ekspansi
alam semesta sedetik sesudah Big Bang
ternyata lebih kecil daripada satu perseratus juta maka alam semesta ini akan
musnah menjadi bola api.” Mungkin kalimat ini bagi kita kaum awam agak
menyulitkan, tetapi saya kira maksud Hawking adalah bahwa: Ledakan besar begitu
rapuh, jika tidak akurat sedikit saja dari apa yang seharusnya terjadi, maka
alam semesta pasti sudah hancur, bahkan sebelum terbentuk.
Akhir kata
Langit bercerita, cakrawala
memberitakan, dengan alasan apa lagi manusia dapat berdalih? Allah sudah
menyatakan keberadaan diri-Nya melalui ciptaan ini begitu rupa sehingga tidak
ada satu tempat di dunia yang tidak bisa dijangkau-Nya Dan manusia di dalam
dirinya sendiri pun sebenarnya tahu bahwa Allah ada, tetapi dengan paksa mereka
menekan kebenaran itu di dalam diri mereka dan menggantikan keyakinan mereka
dengan kepalsuan. Betapa tragisnya. Padahal Allah kita bukanlah Allah kecil
yang hanya berkuasa di gereja pada hari Minggu, melainkan adalah Penguasa
seluruh alam semesta. Dan hal ini bukanlah sekedar angan-angan saleh belaka, melainkan
fakta ilmiah yang seharusnya diakui dunia.
Allah kita adalah Allah yang berkomunikasi. Ia tidak bisu. Ia berbicara melalui alam semesta. Dan tidak sampai di situ saja, Ia pun berbicara melalui manusia. Bahkan Ia pun akhirnya berbicara sebagai Manusia. Kiranya melalui semuanya ini iman dan cinta kita kepada Dia, yang dapat berbuat jauh lebih banyak dari yang dapat kita doakan dan pikirkan, semakin bertumbuh. Tuhan memberkati.
Catatan:
[1] Terjemahan: “Malam demi malam kuberdoa, tanpa suatu bukti bahwa ada yang dapat mendengar.”
[2] Paradoks adalah dua atau lebih pernyataan yang seolah-olah saling bertentangan namun sesungguhnya merupakan kebenaran.
[3] Sebuah film fiksi ilmiah berjudul “The Day After Tomorrow” memakai ide ini untuk tema film tersebut.
[4] Berat jenis adalah berat dibagi volume. Jika berat air tetap sementara volume selama air menjadi es bertambah. Maka otomatis berat jenis es lebih kecil daripada air. Itu sebabnya es mengapung di atas air.
[5] Walau juga bukan berarti bahwa teori tersebut pasti benar. Kritik tajam yang layak dialamatkan pada penganut teori ledakan besar adalah bukan karena peristiwa itu tidak mungkin terjadi, melainkan karena mereka berpendapat bahwa dengan adanya ledakan besar, maka pemikiran tentang Allah tidak diperlukan lagi atau harus dikeluarkan dari proses terciptanya alam semesta.
Baca juga:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Klik disini
Apakah kita sudah semakin dekat dengan akhir zaman? Klik disini
Mengapa di dunia ini begitu banyak bencana alam? Klik disini
Apakah arti dari kebebasan? Klik disini