Saturday, August 21, 2021

Eksposisi Surat 2 Petrus 1:16-21

Nubuat tentang kemuliaan Kristus telah digenapi
Darimana Petrus punya keyakinan akan penggenapan kemuliaan Yesus Kristus?
Apa implikasinya bagi kita jika kemuliaan Kristus itu dinyatakan?



Oleh: izar tirta


Pendahuluan

Kepastian dari kedatangan Kristus yang mulia adalah dasar yang dipakai oleh Petrus untuk menuliskan nasihat-nasihat yang tertuang dalam ayat 16 hingga 21 ini.  Mengapa Petrus memiliki keyakinan yang sedemikian kuat atas kedatangan Kristus di dalam kemuliaan-Nya? Ada dua dasar utama yang dipakai oleh Petrus sebagai argumentasi atas kepastian kedatangan Kristus tersebut, yaitu:

  • Peristiwa transfigurasi, yaitu ketika Tuhan Yesus dipermuliakan di atas gunung.
  • Tulisan (nubuat) para nabi tentang kedatangan Kristus. [Baca juga: Apa arti dari nubuat? Klik disini]

Ayat Firman Tuhan

2 Petrus 1:16-21
[16] Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. [17] Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." [18] Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. [19] Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. [20] Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, [21] sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.


Penjelasan ayat demi ayat

2 Petrus 1:16 Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.

“Sebab kami tidak mengikuti”
Atau secara harafiah, “karena dahulu kami tidak mengikuti” (For we did not follow). Kata “karena” merupakan penyebab dari mengapa nasihat-nasihat yang ada pada ayat sebelumnya diberikan 

“Dongeng isapan jempol”
Atau Cunningly devised fables, merupakan rujukan terhadap cerita-cerita Yahudi atau bahkan desas desus di kalangan Kristen sendiri yang tidak memiliki dasar kebenaran. Bentuknya bisa berupa mitologi, Teosophi Yahudi, ajaran Gnostik ataupun kitab-kitab Apokrifa. Istilah dongeng isapan jempol yang berisi kata-kata kosong ini bukan hanya terdeteksi oleh Petrus. Dalam 1 Tim 1:4, 2 Tim 4:4 dan Titus 1:14, Paulus juga menyebutkan adanya narasi-narasi yang keliru tersebut. Dan seperti Petrus, maka Paulus pun mengecam ajaran-ajaran keliru yang ada di dalamnya.

 

“ketika kami memberitahukan kepadamu”

Para penafsir PB agak kesulitan untuk menentukan hal apakah yang secara spesifik ingin ditunjuk melalui kalimat ini. Apa yang diberitahukan? Melalui apa cara pemberitahuannya? Dan siapa yang dimaksud dengan “kami” dalam kalimat ini?

 

Apa yang diberitahukan? Agaknya jawaban yang paling mungkin untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah hal-hal yang tertulis dalam segala tulisan yang dibuat oleh Petrus, baik dalam surat ini maupun surat yang sebelumnya. Melalui apa cara pemberitahuannya? Pasti bukan melalui cara verbal, melainkan melalui surat. Dan siapakah “kami”? Sangat mungkin mengacu pada diri Petrus dan Markus, yaitu melalui surat ini dan melalui Injil Markus, yang diyakini oleh banyak penafsir PB sebagai Injil yang beritanya bersumber dari Petrus pula.

 

“Kuasa dan kedatangan”

Frasa ini mengacu pada Tuhan Yesus di dalam kuasa yang diberikan pada-Nya setelah kematian, kebangkitan dan kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim. Para penafsir PB setuju bahwa ini bukan tentang kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali.

 

Karena kita tahu bahwa Dia, Penebus yang telah lama dijanjikan, telah turun dari surga, mengenakan daging kita, hidup di dunia, mati dan bangkit kembali. Kita juga melihat akhir dari semua hal ini, yaitu, agar Dia menjadi Tuhan kita, dan menunjukkan dalam diri-Nya sendiri janji untuk meng-adopsi kita, agar Dia bisa membersihkan kita dari kekotoran oleh dosa melalui kasih karunia Roh-Nya, dan menguduskan kita menjadi Bait-Nya. Agar Ia melepaskan kita dari neraka, dan mengangkat kita ke surga, agar melalui pengorbanan kematian-Nya Ia menebus dosa-dosa dunia. , agar Ia mendamaikan kita dengan Bapa, agar Ia menjadi bagi kita pencipta kebenaran dan hidup.

 

[Baca juga: Mengapa Wahyu mengatakan bahwa waktu kedatangan Tuhan sudah dekat? Klik disini]

 

“Saksi mata,” apa yang dimaksud dengan saksi mata? John Calvin menterjemahkan saksi mata sebagai “pengamat” yaitu pelayan Kristus yang sah, yang mengetahui kebenaran dari ajaran yang Tuhan sampaikan. Petrus sendiri hadir, ketika Kristus dinyatakan melalui suara dari surga sebagai Anak Allah. Saat itu hanya tiga orang yang hadir, tetapi mereka cukup sebagai saksi; karena mereka telah melihat kemuliaan Kristus, dan memiliki bukti yang luar biasa tentang keilahian-Nya dalam kebangkitan-Nya.

 

Tapi sekarang kita mendapatkan kepastian dengan cara lain, karena meskipun Kristus tidak bangkit di depan mata kita, namun kita tahu bahwa berita kebangkitan-Nya telah diturunkan kepada kita melalui saksi mata seperti Petrus. Dan ditambah pula dengan kesaksian hati nurani, pemeteraian dari Roh, yang jauh melebihi semua bukti indra. Oleh karena itu,  marilah kita ingat bahwa Injil sejak awalnya bukan berisi berita desas-desus yang tidak jelas, tetapi bahwa para rasul itulah pemberita yang otentik, karena mereka mengabarkan apa yang mereka lihat sendiri.

 

2 Petrus 1:17  Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

 

Disini Petrus menyaksikan satu peristiwa, di antara banyak peristiwa lainnya, yang tidak terlupakan sebagai sebuah contoh dari kemuliaan Kristus. Ketika sedang dihiasi dengan kemuliaan surgawi, Kristus secara sangat jelas telah menunjukkan keagungan ilahi-Nya kepada ketiga murid-Nya. Dan meskipun Petrus tidak menceritakan semua peristiwa yang ia lihat dalam diri Kristus, namun dia telah cukup menunjuk pada peristiwa ketika sebuah suara datang dengan diiringi sinar kemuliaan yang luar biasa. apa yang menunjukkan kebesaran itu datang dengan cara yang mengerikan tapi sekaligus penuh hikmat, dan ditambah lagi dengan beberapa simbol atau tanda yang membuktikan bahwa  segala nubuat para nabi itu adalah tentang diri-Nya.

 

“Inilah Anak yang Kukasihi”

Petrus menyebutkan isi dari perkataan luar biasa itu dengan suatu keyakinan bahwa kata-kata itu saja sudah merupakan bukti yang cukup dari kemuliaan Kristus. Dan Petrus tentu saja tidak keliru berpikir demikian. Sebab kepastian apa lagi yang dapat kita harapkan tentang kemuliaan Kristus, selain daripada pengakuan Bapa sendiri?

 

Ada dua bagian dari kalimat ini yang dapat menjadi perhatian kita, “Inilah” sebuah ekspresi yang sangat empati dan intim bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan sejak dahulu kala. Inilah Dia yang telah diberitakan dalam Taurat dan Kitab Para Nabi, kini Ia telah hadir dan Bapa sendiri yang mengumumkan kehadiran Sang Mesias.

 

“Anak yang Kukasihi,” merupakan pengumuman resmi kepada manusia bahwa Kristus adalah Anak-Nya sendiri, yang kepada-Nya seluruh Kasih Bapa berdiam dan berpusat. Sehingga sebagai manusia pun kita hanya dapat menikmati kasih Bapa melalui Dia dan hanya di dalam Dia sajalah kasih Bapa dapat ditemukan.

 

2 Petrus 1:18  Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

 

“Di atas gunung yang kudus,” Sebagaimana dalam peristiwa Tuhan menampakkan diri di hadapan Musa menjadikan tanah itu kudus, demikian pula kehadiran Allah di atas gunung menjadikan gunung itu kudus. Calvin berkomentar bahwa Allah adalah sumber kekudusan, sehingga dimana pun Allah hadir secara khusus maka tempat itu pun akan dikuduskan. Calvin mendorong kita untuk tidak hanya menerima Tuhan dengan hormat, tetapi juga mempersiapkan diri kita untuk kekudusan. Hal ini sejalan dengan perintah Tuhan dalam Perjanjian Lama, "Kuduslah kamu, karena Aku kudus." (Imamat 11:44; Imamat 19:2.)

 

2 Petrus 1:19  Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

 

Kebenaran Injil didasarkan pada nubuat para nabi, janganlah orang percaya menjadi ragu untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Kristus, sebab keragu-raguan adalah tanda dari orang yang lalai dalam memelihara pikiran mereka di dalam Tuhan.

 

Petrus mengingatkan bahwa selama tinggal di dunia ini, kita membutuhkan ajaran para nabi sebagai cahaya penuntun. Apabila cahaya itu padam, maka kita tidak bisa melakukan apa-apa selain mengembara dalam kegelapan. Seluruh jalan hidup kita harus dibimbing oleh firman Tuhan; karena jika tidak, maka pastilah kita akan tenggelam dalam kegelapan serta ketidaktahuan.

 

Dalam perikop ini Petrus juga mengecam semua kebijaksanaan manusia, dan menasihati kita untuk dapat belajar dengan rendah hati jalan pengetahuan yang benar; karena tanpa firman tidak ada yang tersisa bagi manusia kecuali kegelapan.

 

2 Petrus 1:20  Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,

 

“Yang terutama harus kamu ketahui” atau "yang perlu kamu ketahui terlebih dahulu" atau ginoskontes (γινώσκοντες), mengindikasikan bahwa kita harus mengenali kebenaran ini sebagai sesuatu yang paling penting atau paling utama.

 

Ungkapan itu muncul lagi dalam pasal 2 Petrus 3:3. Kata yang diterjemahkan "ditafsirkan" adalah epiluseos (ἐπιλύσεως) yang tampaknya menuntun kita pada pengertian berikut ini: Tidak ada nubuatan Kitab Suci yang muncul dari interpretasi nabi itu sendiri tentang penglihatan yang disajikan dalam pikirannya; karena dari Allah-lah nubuat itu diberikan, dan manusia berbicara sebagaimana Roh Kudus terlebih dahulu berbicara kepada mereka.

 

Para nabi dengan tekun menyelidiki makna dari wahyu yang diberikan kepada mereka, meskipun demikian mereka tidak selalu memahami wahyu itu sampai sedetil-detilnya, sehingga mereka tidak bisa menafsirkan dari diri mereka sendiri.

 

2 Petrus 1:21  sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

 

“tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia.” Terjemahan yang lebih harafiah adalah bukan dari keinginan manusia sebuah nubuat dilahirkan pada sembarang waktu (not by the will of man was prophecy borne at any time). Penekanannya bukan pada arti penting nubuat, tetapi pada asal usul nubuat, yaitu dari Allah, bukan berasal dari manusia.

 

“tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Petrus menjelaskan bahwa para nabi telah didorong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan kata-kata nubuat atau suara kenabian. Memang tidak ada penjelasan tentang cara yang dipakai Roh Kudus untuk mendorong para nabi, mungkin caranya sendiri memang misteri dan melampaui pengertian manusia, tetapi yang ingin ditekankan adalah bahwa para nabi itu sungguh-sungguh, secara nyata diinspirasikan oleh Roh Kudus.

 

Penutup

 

Allah Bapa sangat berkenan kepada Kristus, sehingga kita pun dapat diperkenan oleh Bapa apabila ada di dalam Dia. Yesuslah Mesias yang dijanjikan itu, melalui Dia-lah semua orang yang percaya akan diterima dan diselamatkan.

 

Kebenaran dan realitas Injil telah dinubuatkan oleh para nabi dan penulis Perjanjian Lama, yang berbicara dan menulis di bawah pengaruh, dan menurut dorongan Roh Allah. Betapa teguhnya keyakinan iman kita, karena didasarkan pada perkataan Ilahi yang teguh dan pasti.

 

Ketika terang Kitab Suci dipantulkan ke dalam pikiran manusia yang buta dan gelap, maka oleh Roh Kudus, perkataan itu akan seperti fajar yang menyingsing, dan menyebar ke dalam seluruh jiwa, sampai menjadi hari yang terang berderang. Karena Kitab Suci adalah wahyu dari pikiran dan kehendak Allah, setiap orang harus menyelidikinya, untuk memahami arti dan maknanya.

 

Baca juga:

Pengantar Surat 2 Petrus. Klik disini

Apakah sasaran akhir dari kehidupan Kristen? Klik disini

Bagaimana resep keberhasilan menurut Alkitab? Klik disini

Seperti apakah iman yang sejati itu? Klik disini