Panggilan dan pilihan Allah
Mengapa orang Kristen harus bertumbuh?
Apakah beriman saja sudah cukup?
Apa yang akan terjadi pada orang Kristen yang tidak bertumbuh?
Oleh: Izar Tirta
Pendahuluan
Tulisan ini merupakan sebuah
eksposisi ayat demi ayat dari sebuah perikop yaitu dari Surat 2 Petrus 1:3-15.
Alkitab bahasa Indonesia memberi judul kepada perikop tersebut “Panggilan dan
pilihan Allah.” Kita akan melihat kekayaan rohani apa yang dapat digali dari
Surat 2 Petrus 1:3-15 ini, agar kita boleh semakin mengenal Kristus dan semakin
bertumbuh serupa dengan Dia.
Ayat-ayat Firman
Tuhan 2 Petrus 1:3-15
[3] Karena kuasa
ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk
hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh
kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. [4] Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan
kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya
kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu
duniawi yang membinasakan dunia. [5] Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, [6] dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan
diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, [7] dan kepada kesalehan kasih
akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua
orang. [8] Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu
akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus,
Tuhan kita. [9] Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta
dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. [10]
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan
dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan
pernah tersandung. [11] Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh
untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus
Kristus. [12] Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan
semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam
kebenaran yang telah kamu terima. [13] Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk
tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah
tubuhku ini. [14] Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah
tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita. [15] Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu
kamu selalu mengingat semuanya itu.
Pembahasan ayat
demi ayat
2 Petrus 1:3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan
kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan
kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
“Karena kuasa
Ilahi-Nya” dalam versi lain diterjemahkan menjadi “Sesuai dengan kekuatan
Ilahi-Nya.” Adapun istilah untuk "Ilahi" yang dipakai disini adalah Theios
(θεῖος), suatu istilah yang tidak banyak dipakai dalam Perjanjian Baru. Selain pada
ayat ini, istilah Theios hanya muncul di dalam dua bagian lain dari
Alkitab yaitu 2 Petrus 1:4 dan Kisah 17:29.
“telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh”
Petrus di sini tidak menggunakan kata kerja yang umum pula untuk istilah "menganugerahkan."
Kata yang dipakai adalah doreomai (δωρέομαι) yang dalam Perjanjian Baru
hanya muncul dalam Surat ini dan dalam Markus 15:45.
"segala
sesuatu yang berguna untuk hidup” Istilah "hidup" yang
Petrus maksudkan di sini bukan mengacu pada kehidupan jasmanaiah melainkan
tentang kehidupan spiritual; yaitu hidup yang dipersatukan dengan Kristus, sebagaimana
yang juga dinyatakan dalam bagian lain dari Alkitab melalui ungkapan “kita ada di dalam Kristus dan
Kristus ada di dalam kita.”
Istilah Yunani untuk “hidup
yang saleh" adalah eusebeia (εὐσέβεια). Istilah tersebut muncul
sebanyak empat kali dalam Surat 2 Petrus ini. Lalu muncul pula dalam khotbah Petrus
sebagaimana tercata pada Kisah 3:12. Istilah eusebeia sendiri dapat
dimengerti sebagai suatu sikap
yang hormat terhadap Tuhan.
“Pengenalan akan
Dia yang telah memanggil kita oleh kuasa
yang mulia dan ajaib.” Istilah “pengenalan” yang dipakai dalam kalimat
ini adalah epignosros (ἐπιγνώσρως). Pengertian yang ada di dalam
kalimat ini dapat dibandingkan dengan kalimat yang muncul dalam Yohanes 17:3, "Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah
yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
Istilah "dengan
kuasa yang mulia dan ajaib” dalam bahasa Yunaninya adalah idia dokse kai
arete (ἰδίᾳ δόξῃ καὶ ἀρετή). Kalimat
ini mempunyai arti yang hampir sama dengan kalimat yang muncul dalam Galatia
1:15 yaitu Kalesas dia tes arete (καλέσας διὰ τῆς ἀρετή), yang
secara harafiah diterjemahkan menjadi “memanggil melalui kebaikan-Nya.” Alkitab
Bahasa Indonesia sendiri memakai istilah “memanggil aku oleh kasih karunia-Nya”
Sehingga dapat kita
simpulkan bahwa kata arete yang semula berarti “kebaikan” itu oleh
bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi kasih karunia dan dapat pula
diterjemahkan menjadi ajaib.
Adapun pengertian yang
ingin disampaikan oleh Petrus melalui kalimat ini adalah bahwa “Tuhan memanggil
dan mengundang kita untuk melayani Dia melalui sifat-sifat-Nya,
kesempurnaan-Nya dan penyataan-Nya yang mulia itu”
Selanjutnya kita dapat
memperhatikan pula bahwa kata arete (ἀρετή) yang terdapat pada kalimat
tersebut, muncul pula dalam tulisan
Paulus yaitu dalam Filipi 4:8. Sementara pada tulisan Petrus sendiri, istilah
tersebut muncul kembali dalam 1 Petrus 2:9 dan 2 Petrus 1:5.
2 Petrus 1:4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan
kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya
kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu
duniawi yang membinasakan dunia.
“Dengan jalan itu
Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar.” Ada versi lain tentang ayat ini yaitu yang diambil dari Versi Bahasa
Inggris yang telah direvisi (Revised Edition), yang jika diterjemahkan
akan berbunyi “Di mana Ia
telah memberikan kepada kita janji-janji yang berharga dan melebihi janji-janji
besar.”
Kata "di
mana" dalam bahasa Yunani adalah dion (δἰῶν) yang secara harafiah
dapat diterjemahkan menjadi "melalui hal-hal tersebut." Sehingga
kalimatnya menjadi “Melalui hal-hal tersebut Ia telah … “ dan seterusnya. Oleh
karena itu sekarang pertanyaannya adalah melalui hal-hal yang manakah yang
dimaksud oleh Petrus?
Jika dibaca sesuai
dengan konteks ayat sebelumnya, maka dapat kita simpulkan ada dua kemungkinan
yaitu pertama bahwa perkataan “melalui hal-hal tersebut” merujuk pada
kata-kata yang mendahuluinya yaitu "kemuliaan dan kebajikan" atau
dalam bahasa Yunani “dia dokse kai arete.” Atau kemungkinan kedua adalah
perkataan tersebut mengacu pada "segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan dan kesalehan." Kedua pandangan itu dapat diterima oleh para
penafsir Perjanjian Baru.
Jadi Tuhan
pertama-tama menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang diperlukan untuk
kehidupan dan kesalehan; lalu melalui anugerah tersebut, yaitu yang digunakan
dengan sepatutnya oleh orang yang menerima anugerah, Tuhan kemudian
menganugerahkan kepada kita hal-hal lain yang lebih berharga lagi. [Baca juga: Apakah janji-janji Tuhan yang begitu berharga kepada diri kita? Klik disini]
Atau dengan kata lain,
kita bisa membaca ayat 4 ini demikian: “Melalui kemuliaan dan kebajikan (dia
dokse kai arete) Allah, melalui sifat-sifat-Nya yang mulia serta melalui pekerjaan
yang penuh kuasa dari sifat-sifat Ilahi tersebut, Allah telah memberikan
janji-janji-Nya kepada manusia.
Kata kerja dedoretai
(δεδώρηται) harus diterjemahkan menjadi "telah diberikan,"
seperti dalam ayat sebelumnya. Ada penekanan pada aktivitas yang telah
dikerjakan pada masa lampau dan memiliki dampak hingga sekarang ini. Kata
Yunani yang dipakai untuk "janji" adalah epaggelma (ἐπάγγελμα)
muncul di tempat lain pula yaitu pada 2
Petrus 3:13. Istilah tersebut mengandung arti “hal” yang dijanjikan, bukan “tindakan”
menjanjikan.
"Janji-janji
yang berharga." Janji-janji Itu disebut berharga, karena merupakan
janji yang pasti akan digenapi. Hal itu dapat dibandingkan dengan Efesus 1:13, 14, "Kepada-Nya juga kamu
setelah itu percaya, kamu telah dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan
itu, yang merupakan warisan kita yang sesungguhnya." Selain itu, kata
"berharga" juga dapat kita kaitkan dengan 1 Petrus 1:7, 19.
“Supaya olehnya kamu
boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.” Kalimat tersebut dapat kita
pahami, “bahwa melalui janji-janji itu yaitu terutama melalui
pemenuhan dari janji-janji tersebut kamu dapat mengambil bagian… dan
seterusnya.”
Kata kerja yang
dipakai dalam kalimat tersebut adalah kata kerja berbentuk aorist, yaitu geneste
(γένησθε). Namun hal itu tidak berarti bahwa mengambil bagian di dalam kodrat
Ilahi merupakan hal mungkin terjadi, mungkin pula tidak. Dan tidak berarti pula
bahwa Petrus menganggap partisipasi itu telah terjadi. Konsep seperti ini dapat
kita temukan pula dalam Yohanes 12:36 “Percayalah
kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi (ἵνα
γένησθε) anak-anak terang."
Kata kerja aorist dalam
bagian ini tampaknya menyiratkan bahwa penekanan utamanya bukan terletak pada bagaimana
langkah-langkah untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi tersebut. Fokus
utamanya terletak pada seperti apakah hasil akhir dari kehidupan Kristen, yaitu
bahwa pada akhirnya setiap orang percaya diberi kesempatan untuk mengambil
bagian dalam kodrat Ilahi. Hasil akhir dari anugerah Tuhan adalah tercapainya
seluruh rencana dan kehendak Allah dalam diri orang percaya. Dan pencapaian
semua itu, bukan tanpa keterlibatan orang Kristen yang bertumbuh secara kerohanian.
Jika pada awalnya kita
mendapati Tuhan berkata, "Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar
kita, menurut rupa kita." Maka dari Petrus kita belajar bahwa orang
percaya itu "sedang diubah menjadi gambar yang sama dengan gambar Ilahi
tersebut." Prinsip ajaran ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus
(2 Korintus 3:18; 1 Korintus 11:7; Efesus 4:24; Kolose 3:10; Roma 8:29; dan 1
Korintus 15:49)
Orang Kristen, yang
lahir dari Allah (Yohanes 1:13; 1 Petrus 1:23), diberi anugerah untuk
"mengambil bagian dalam kehidupan Kristus" (Ibrani 3:14), dan
"mendapat bagian dari Roh Kudus" (Ibrani 6:4) agar kita dapat
"sempurna menjadi satu" dengan diri-Nya yang adalah satu dengan Allah
Bapa, melalui kehadiran Roh Kudus Penghibur (Yohanes 17:20-23; Yohanes
14:16, 17, 23). Kata ganti orang kedua digunakan untuk menyiratkan bahwa janji
yang dibuat untuk semua orang Kristen (bagi kita) adalah milik mereka para
pembaca Surat Petrus.
“dan luput dari
hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia” merupakan ungkapkan sisi
negatif dari kehidupan Kristen, sebagai kontras dari kalimat sebelumnya yang
menggambarkan sisi aktif dan positif. Janji-janji Allah yang berharga yang
diwujudkan dalam jiwa memungkinkan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam
kodrat Ilahi, dan untuk melepaskan diri dari kerusakan; dua aspek kehidupan
Kristen harus berjalan secara bersamaan.
Kata kerja yang
digunakan di sini adalah apofeugein (ἀποφεύγειν) muncul dalam Perjanjian
Baru hanya dalam Surat ini. Ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus pada
Roma 8:21 “karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.”
Atau dalam Kejadian 6:12; 1 Yohanes 2:16.
2 Petrus 1:5 Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan,
Karunia dan janji
Tuhan yang berharga sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya
sudah seharusnya justru mendorong kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh. Anugerah
Tuhan bukan dihayati sebagai alasan untuk hidup santai dan lengah, melainkan justru
mendorong kita untuk berusaha.
Kasih karunia Tuhan
cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak bisa berbuat apa-apa; meski demikian kita
pun bertanggung jawab menjalankan bagian kita dengan kesungguhan. Kita harus
mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.
“Menambahkan kepada
imanmu kebajikan,” Kata "kebajikan" sudah muncul pada ayat 3,
yaitu memakai istilah Yunani arete (ἀρετή). Iman yang sejati adalah iman yang
menghasilkan buah-buah kebajikan yang nyata, seperti sebatang pohon yang
menghasilkan buah pada musimnya.
“Dan kepada
kebajikan pengetahuan,” Rasul Petrus memakai istilah gnosis (γνῶσις,)
yang dapat berarti kebijaksanaan, atau dapat pula berarti pengertian yang benar. Pengetahuan ini diperoleh melalui penyangkalan diri dan melalui
penyangkalan diri inilah kita akan semakin mendapatkan pengenalan yang lebih
penuh, atau epignosis (ἐπίγνωσις), akan Yesus Kristus.
2 Petrus 1:6 dan kepada pengetahuan penguasaan diri,
kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
“Dan menambahkan kepada pengetahuan penguasaan diri.” Penguasaan diri yang dimaksud disini
mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Dan terdiri dari penguasaan diri
terhadap segala nafsu. Hal ini harus kita pelajari sebagai dampak dari pengetahuan
yang kita miliki. Ketika kita memiliki pengetahuan, maka kita akan semakin
mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat. Dan pada gilirannya, kita
akan semakin bertanggungjawab untuk menginginkan yang baik dan menolak yang
jahat.
Pengetahuan yang benar sepatutnya menuntun kita kepada
pengendalian diri, menuju kebebasan sempurna untuk melayani Tuhan. bukan
kebebasan yang dijanjikan oleh guru-guru palsu, yaitu kebejatan.
“Dan menambahkan kepada penguasaan diri ketekunan, dan pada
ketekunan kesalehan” Penguasaan diri bukan sesuatu yang dilakukan sekali-sekali
saja, melainkan secara berkesinambungan. Penguasaan diri, jika kita serius
melakukannya, membutuhkan suatu ketabahan. Dan kita pasti akan gagal jika
melakukannya dengan kekuatan sendiri. Untuk menguasai diri kita perlu secara sadar
menyerahkan kehendak manusia kita kepada kehendak suci Tuhan. Pada gilirannya
sikap ini akan menumbuhkan suatu kesalehan atau sikap hormat kepada Tuhan. [Baca juga: Apa yang dimaksud dengan penguasaan diri. Klik disini]
2 Petrus 1:7 dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Istilah "kasih
akan saudara-saudara" dalam bahasa Yunani ada philadelphia
(φιλαδελφία). Mengasihi adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang-orang yang
percaya pada Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan tulisan Yohanes. “Setiap
orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap
orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari
pada-Nya.” (1 Yoh 5:1).
“kasih akan semua orang”
Dan sebagaimana Allah mengasihi setiap orang sehingga "menerbitkan
matahari baik bagi orang yang jahat maupun orang yang baik," demikian pula
orang Kristen, yaitu orang-orang yang diajar untuk menjadi serupa dengan Allah
(Efesus 5:1), harus belajar mulai dari kasih terhadap saudara-saudara itu
hingga menuju pada kasih yang lebih besar. Yaitu kasih yang merangkul semua
orang dalam lingkaran yang semakin luas (1 Tesalonika 3:12).
Jadi kasih, yaitu yang
terbesar di antara semua anugerah dalam kekristenan (ada iman, pengharapan dan
kasih, lihat 1 Korintus 13:13), juga menjadi yang paling puncak atau paling
klimaks dalam daftar pertumbuhan rohani yang dituliskan Petrus. Dari iman, yaitu
sebagai akarnya atau awalnya, kemudian muncul tujuh buah kekudusan yang indah,
di mana kasih adalah yang paling indah dan paling manis. Seorang tokoh gereja Ignatius pernah
mengatakan Arche men pistis, telos de agape (Ἀρχὴ
μὲν πίστις, τέλος δὲ ἀγάπη),
pada mulanya iman, pada tujuan akhirnya kasih. [Baca juga: Apa yang menjadi tujuan paling puncak dari kehidupan Kristen? Klik disini]
Tidak ada anugerah yang
terus menerus dalam keadaan statis atau tetap, tidak ada perubahan apa-apa. Setiap
anugerah yang kita terima dari Tuhan, secara bertahap akan membentuk sesuatu di
dalam jiwa. Setiap anugerah yang Tuhan berikan cenderung akan mengembangkan dan
menguatkan anugerah yang lain; hingga pada akhirnya mencapai puncaknya di dalam
kasih. Tanpa itu semua, maka siapa pun yang hidup akan tetap dianggap mati di
hadapan Tuhan.
2 Petrus 1:8 Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan
berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam
pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
“Sebab apabila
semuanya itu ada padamu,” kata yang digunakan uparchonta (ὑπάρχοντα)
dan menyiratkan pengertian: kepemilikan yang sebenarnya, atau benar-benar milikmu
sendiri, berarti dapat diobservasi oleh diri kita sendiri pula.
“dengan
berlimpah-limpah,” karena semua kualitas rohani yang disebutkan dalam ayat
sebelumnya merupakan milik sendiri dan kita berjuang atau berusaha untuk
menambahkannya, sehingga ada proses dimana jiwa kita ditempa oleh perjuangan
tersebut, maka secara natural atau wajar karakter itu akan bertambah dan
berlipat ganda di dalam diri kita. Mengapa? Karena kasih karunia Allah adalah sesuatu
kuasa yang sangat dinamis. Suatu kuasa yang tidak tinggal diam, melainkan akan
terus mendorong kita untuk maju hingga mencapai apa yang direncanakan Allah.
“kamu akan
dibuatnya giat dan berhasil,” artinya semua kualitas yang kita miliki
secara berlimpah itu akan membuat kita terbebas dari keadaan mandul atau tidak
berbuah. Sebaliknya kita akan memperoleh pengenalan akan Tuhan kita Yesus
Kristus.
Kita pasti akan
menjadi giat, tidak bermalas-malasan dalam mencapai pengenalan penuh. Kata
Yunani untuk "pengenalan" adalah epignosis (ἐπίγνωσις) Di
dunia ini, kita hanya mengenal sebagian, kita melihat seperti melalui kaca
dengan gelap atau cermin yang kotor. Tetapi pengenalan yang tidak sempurna itu
terus bertumbuh dan bertambah dalam kepenuhannya.
Berbagai anugerah
Allah berupa karakter kristiani yang terwujud dalam hati, akan membawa kita
menuju pengenalan yang lebih penuh tentang Kristus. Jika semua itu benar-benar
milik kita, maka kita tidak mungkin akan bermalas-malasan dalam menghasilkan
buah perbuatan baik. Dan kehidupan kebenaran oleh iman tersebut akan membawa orang
Kristen terus maju di dalam pengenalan akan Kristus (lihat juga Filipi
3:9, 10; Kolose 1:10).
2 Petrus 1:9
Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan
picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.
Kata “picik” dalam
ayat ini lebih tepat jika diterjemahkan “tidak dapat melihat jauh,” sedangkan kata
“menjadi buta” lebih tepat jika diterjemahkan “adalah buta.”
sehingga kalimatnya
menjadi “Tetapi barangsiapa tidak
memiliki semuanya itu ia adalah orang buta, dan tidak dapat melihat jauh.
Kita tidak dapat
mencapai pengenalan akan Kristus tanpa anugerah Allah. Orang yang tidak dapat
melihat jauh disebut juga rabun dekat. Orang seperti itu hanya dapat melihat
hal-hal yang terletak dekat di sekelilingnya - hal-hal duniawi. Ia tidak dapat
mengangkat matanya dengan iman dan melihat "negeri yang sangat jauh;"
dia tidak bisa "melihat Sang Raja di dalam segala keindahannya"
(Yesaya 33:17).
Kata untuk “picik atau
short sighted atau pandangan pendek" adalah muopazon
(μυωπάζων) hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.
“Karena ia lupa
bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan,” Jika diterjemahkan secara
harfiah dari bahasa aslinya “sedang melupakan pembersihan (cleansing) dari
dosa-dosa lamanya.” Agaknya Petrus mengaitkan hal ini dengan pembersihan
melalui baptisan. Ananias pernah berkata kepada Saulus, "Bangunlah, dan
berilah dirimu dibaptis, dan basuhlah dosamu" (Kisah Para Rasul 22:16). Petrus
sendiri pun pernah berkata, dalam khotbah yang pertama, "Bertobatlah, dan
hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam Nama Yesus Kristus
untuk pengampunan dosa."
Jadi orang-orang yang
tidak memiliki karakter kristen di dalam hidup mereka, adalah orang yang buta,
hanya bisa melihat hal yang duniawi dan melupakan atau mengabaikan anugerah
yang besar melalui pembaptisan. Mereka tidak menggunakan pemberian dari Tuhan
untuk mencapai anugerah yang lebih tinggi, yaitu hal-hal yang telah dibicarakan
oleh Petrus. Satu talenta yang pernah dipercayakan kepada mereka akan diambil
kembali dari mereka beserta labanya, tetapi mereka mengubur dan tidak menghasiljan
apa-apa, bahkan mereka tidak punya pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus (lihat
juga 1 Korintus 6:11; Efesus 5:26; 1 Petrus 3:21)
2 Petrus 1:10 Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah
sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
“Karena itu,
saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh” atau jika diterjemahkan
secara harafiah dari Yunani, berbunyi “Oleh karena itu, saudara-saudara bertekunlah.”
Dua kata pertama, dio mallon, (διὸ μᾶλλον), yaitu "oleh
karena itu," bagi beberapa orang dipahami sebagai merujuk hanya pada
klausa terakhir; seolah-olah Petrus berkata, "Daripada mengikuti mereka yang buta, picik dan
lupa bahwa mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka sebelumnya, maka
berusahalah sungguh-sungguh.."
Tetapi tampaknya lebih
baik untuk merujuk (διό) kepada seluruh bagian (ayat 3-9), dan untuk
memahami μᾶλλον dalam arti "lebih-lebih/terlebih lagi," (seperti
dalam 1 Tesalonika 4:10). Sehingga pengertian kalimat tersebut menjadi: “Karena Tuhan telah
menganugerahkan karunia-karunia pada manusia, karena penggunaan karunia-karunia
itu mengarah pada pengenalan penuh tentang Kristus, oleh karena itu lebih-lebih
rajinlah.”
Panggilan dan
pemilihan adalah perbuatan Allah di dalam kedaulatan-Nya (1 Petrus 1:2; 1
Petrus 2:21). Banyak orang yang dibaptis, banyak orang yang menyandang nama
Kristus, banyak orang yang dipanggil ke dalam Gereja, tetapi sedikit yang
secara dipilih (ὀλίγοι δὲ ἐκλεκτοί, Matius
20:16). Kita melihat, adanya suatu kedalaman misteri pemerintahan Allah yang
berdaulat.
Kita tidak dapat
membaca daftar orang-orang yang diberkati, yaitu yang nama-namanya tertulis
dalam kitab kehidupan Anak Domba. Kita tidak dapat mengangkat diri kita sendiri
ke titik yang cukup tinggi untuk memahami rahasia hubungan Tuhan dengan umat
manusia, dan untuk menyelaraskan secara sempurna hubungan antara kemahatahuan
dan kemahakuasaan Ilahi dengan kehendak bebas manusia. Tetapi kita dapat merasakan
kekuatan dari kehendak bebas itu di dalam diri kita dan kita tahu bahwa Kitab
Suci meminta kita untuk mengerjakan keselamatan kita. Kita diingatkan pula oleh
Kitab Suci yang sama akan adanya orang-orang yang menerima kasih karunia Allah tetapi
menyia-nyiakannya. Contoh paling jelas terdapat pada 2 Korintus 6:1 Sebagai
teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi
sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. Kita juga membaca bahwa
manusia bisa menolak kasih karunia Allah (Galatia 2:21).
Dan kita dapat merasakan
betapa pentingnya nasihat Petrus untuk membuat panggilan dan pemilihan kita itu
menjadi pasti. Yaitu melalui upaya untuk sungguh-sungguh menghayati panggilan
dan pemilihan itu, untuk menerima tanggung jawab sekaligus dan pengharapan yang
ada di dalamnya untuk kita pikul dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai manusia yang
telah dipanggil ke dalam persekutuan dengan Allah, yang dipilih untuk hidup
kekal, kesetiaan kita dalam mengikuti nasihat Petrus merupakan tanda yang meyakinkan
dari pemilihan Allah itu. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel pernah
menyatakan tanda kepercayaan mereka melalui suatu ikrar ketaatan. Keluaran
24:7 Diambilnyalah kitab
perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka
berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami
dengarkan."
Ketaatan kita pada
Firman Tuhan menjadi penanda bahwa janji Tuhan itu merupakan hal yang pasti. Kekudusan
hidup dari orang-orang percaya adalah bukti pemilihan Allah atas orang percaya,
sebab kekudusan hidup itu menyiratkan kehadiran yang nyata dari Roh Kudus yang
dijanjikan oleh Kristus.
"Sebab jikalau
kamu melakukannya,” yaitu melakukan "hal-hal ini," bentuk jamak
menunjukkan bahwa Petrus mengacu pada banyak tindakan" Ada pula versi lain
yang melihat kalimat ini lalu memahaminya dengan cara: "Jika kamu membuat
panggilan dan pilihanmu menjadi pasti."
“kamu tidak akan pernah
tersandung,” berarti sementara orang Kristen "melakukan hal-hal
ini," sementara mereka membuat panggilan dan pilihan mereka pasti melalui
kekudusan hidup, mereka tidak dapat tersandung; pada saat-saat yang tidak
dijaga itulah mereka jatuh ke dalam pencobaan.
2 Petrus 1:11 Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan
hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus.
Petrus menyiratkan
akan adanya derajat kemuliaan yang sebanding dengan kesetiaan kita dalam
menggunakan karunia-karunia Allah. Tujuan terbesar dari pengharapan orang
Kristen adalah masuk ke dalam kerajaan abadi Tuhan dan Juruselamat kita Yesus
Kristus.
Ayat ini menyiratkan
suatu kemuliaan dan kepenuhan yang akan dialami atau diberikan kepada orang
percaya yang sungguh-sungguh berjuang. Ada penafsir PB yang mengatakan bahwa kalimat
Petrus ini memberi gambaran dari prosesi untuk menyambut para pemenang.
Istilah “dikaruniakan”
merupakan bentuk pasif yang memiliki arti yang sama dengan “ditambahkan.” Jika
dalam nasihat Petrus orang percaya diminta untuk “menambahkan,” maka pada
bagian ini kepada orang percaya itu akan “ditambahkan” oleh Allah.
“Hak penuh” dalam bahasa aslinya sama artinya dengan “abundantly,” yang dalam hal ini
dapat diterjemahkan menjadi sambutan yang hangat seperti orang tua yang
menyambut anaknya pulang sambil membawa kemenangan. Bukan sekedar menyambut
seorang asing yang tanpa kesan sama sekali.
Jadi di dalam bagian ini Petrus mengajarkan, karena
kematian adalah suatu perpindahan atau kepergian dari situasi terbelenggu
menuju kepada pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka kita selagi masih hidup
ini harus mengalami perubahan yaitu dengan menghasilkan buah. Kita tidak ada
kemungkinan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kecuali dalam hidup ini sudah
ada kebiasaan memasuki tempat Mahakudus itu melalui darah Kristus.
Hak penuh disini
juga dapat dipahami sebagai “richly,” yang mengandung pengertian bahwa tidak
akan ada keraguan lagi bahwa orang-orang semacam itu akan disambut di gerbang
kemenangan dengan tangan terbuka.
“Ke dalam Kerajaan Kekal,”
tentu saja mengacu pada sorga. Sebutan “kekal” disini mengingatkan kita bahwa
rencana penebusan ini akan dijamin selamanya dan tidak akan pernah dibatalkan.
2 Petrus 1:12 Karena itu aku senantiasa bermaksud
mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan
telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.
Petrus akan mengambil
setiap kesempatan untuk mengingatkan para pembacanya tentang kebenaran dan
tugas yang telah ia uraikan. Hal itu disebabkan karena iman akan
kebenaran-kebenaran itu dan ketaatan akan tugas panggilan Tuhan merupakan
satu-satunya jalan menuju kerajaan kekal Kristus.
Petrus tampaknya
selalu mengingat tanggung jawab yang diberikan oleh Sang Juruselamat dalam Lukas
22:32: “ tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan
engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
2 Petrus 1:13 Aku
menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu
selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.
“Kemah tubuh” mengacu
pada kesementaraan kita hidup di dunia ini. Mengingatkan kita bahwa dunia ini,
bukan tempat tinggal permanen. Kata itu mengingatkan kita pada 2 Korintus
5:1-4, di mana Paulus menggunakan metafora yang sama; dan juga kata-kata Petrus
pada Transfigurasi, "Mari kita membuat tiga kemah." Petrus ingin
membangkitkan suatu rasa tanggung jawab serius dalam diri pembacanya.
2 Petrus 1:14 Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera
menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
Petrus mungkin
memaksudkan bahwa kematiannya sudah dekat, atau bahwa, ketika kematian itu
datang, maka sifatnya akan tiba-tiba dan bahkan berlangsung dengan kejam, bukan
jenis kematian yang disebabkan oleh penyakit yang berkepanjangan atau karena
usia tua. Petrus pasti sedang memikirkan nubuatan Tuhan kita, yang pernah
dicatat oleh Yohanes (Yohanes 21:18); Petrus tidak akan pernah bisa melupakan pembicaraan
di tepi danau yang menyentuh itu; setidaknya ia sudah menyebutkannya satu kali
dalam 1 Petrus 5:2.
2 Petrus 1:15 Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah
kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.
Petrus tidak hanya ingin
menggugah pikiran para pembacanya selagi ia masih hidup, tetapi ia akan
memberikan dorongan pula agar mereka tetap mengingat nasihatnya, khotbahnya
bahkan setelah kematiannya sekalipun. Kata-kata ini mungkin tidak hanya merujuk
pada Surat ini saja; melainkan tampaknya cukup wajar jika kita menduga bahwa
ada niat atau komitmen untuk menulis sesuatu yang kelak kita kenal sebagai
Injil. Jika memang demikian, maka kita mendapatkan semacam penegasan bahwa
Injil Kedua yang ditulis oleh Markus itu, sebetulnya juga merupakan perkataan Petrus
yang didiktekan kepada muridnya yang masih muda itu.
Penutup
Pertumbuhan rohani
bukan saja merupakan sesuatu yang perlu terjadi di dalam kehidupan orang
percaya, melainkan justru merupakan tanda yang harus ada di dalam diri orang
percaya. Sebagai orang Kristen kita harus serius dalam memikirkan hal ini dan
bahkan harus serius dalam mengupayakan pertumbuhan itu, sekalipun kita tahu
bahwa hanya Tuhan yang dapat memberi pertumbuhan. Kiranya Tuhan Yesus menolong
kita semua untuk bertumbuh. Amin.
Catatan: