Monday, August 16, 2021

Eksposisi dari Surat 2 Petrus 1:3-15

Panggilan dan pilihan Allah
Mengapa orang Kristen harus bertumbuh?
Apakah beriman saja sudah cukup?
Apa yang akan terjadi pada orang Kristen yang tidak bertumbuh?



Oleh: Izar Tirta





 

Pendahuluan

Tulisan ini merupakan sebuah eksposisi ayat demi ayat dari sebuah perikop yaitu dari Surat 2 Petrus 1:3-15. Alkitab bahasa Indonesia memberi judul kepada perikop tersebut “Panggilan dan pilihan Allah.” Kita akan melihat kekayaan rohani apa yang dapat digali dari Surat 2 Petrus 1:3-15 ini, agar kita boleh semakin mengenal Kristus dan semakin bertumbuh serupa dengan Dia.


Ayat-ayat Firman Tuhan 2 Petrus 1:3-15

[3] Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. [4] Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. [5] Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, [6] dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, [7] dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. [8] Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. [9] Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. [10] Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. [11] Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. [12] Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. [13] Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. [14] Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. [15] Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.


Pembahasan ayat demi ayat

2 Petrus 1:3  Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.

“Karena kuasa Ilahi-Nya” dalam versi lain diterjemahkan menjadi “Sesuai dengan kekuatan Ilahi-Nya.” Adapun istilah untuk "Ilahi" yang dipakai disini adalah Theios (θεῖος), suatu istilah yang tidak banyak dipakai dalam Perjanjian Baru. Selain pada ayat ini, istilah Theios hanya muncul di dalam dua bagian lain dari Alkitab yaitu 2 Petrus 1:4 dan Kisah 17:29.

“telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh” Petrus di sini tidak menggunakan kata kerja yang umum pula untuk istilah "menganugerahkan." Kata yang dipakai adalah doreomai (δωρέομαι) yang dalam Perjanjian Baru hanya muncul dalam Surat ini dan dalam Markus 15:45.

"segala sesuatu yang berguna untuk hidup” Istilah "hidup" yang Petrus maksudkan di sini bukan mengacu pada kehidupan jasmanaiah melainkan tentang kehidupan spiritual; yaitu hidup yang dipersatukan dengan Kristus, sebagaimana yang juga dinyatakan dalam bagian lain dari Alkitab melalui ungkapan “kita ada di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam kita.”

Istilah Yunani untuk “hidup yang saleh" adalah eusebeia (εὐσέβεια). Istilah tersebut muncul sebanyak empat kali dalam Surat 2 Petrus ini. Lalu muncul pula dalam khotbah Petrus sebagaimana tercata pada Kisah 3:12. Istilah eusebeia sendiri dapat dimengerti sebagai suatu sikap yang hormat terhadap Tuhan.

“Pengenalan akan Dia yang telah memanggil kita oleh kuasa  yang mulia dan ajaib.” Istilah “pengenalan” yang dipakai dalam kalimat ini adalah epignosros (ἐπιγνώσρως). Pengertian yang ada di dalam kalimat ini dapat dibandingkan dengan kalimat yang muncul dalam Yohanes 17:3, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."

Istilah "dengan kuasa yang mulia dan ajaib” dalam bahasa Yunaninya adalah idia dokse kai arete (ἰδίᾳ δόξῃ καὶ  ἀρετή). Kalimat ini mempunyai arti yang hampir sama dengan kalimat yang muncul dalam Galatia 1:15 yaitu Kalesas dia tes arete (καλέσας διὰ τῆς ἀρετή), yang secara harafiah diterjemahkan menjadi “memanggil melalui kebaikan-Nya.” Alkitab Bahasa Indonesia sendiri memakai istilah “memanggil aku oleh kasih karunia-Nya”

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa kata arete yang semula berarti “kebaikan” itu oleh bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi kasih karunia dan dapat pula diterjemahkan menjadi ajaib.

Adapun pengertian yang ingin disampaikan oleh Petrus melalui kalimat ini adalah bahwa “Tuhan memanggil dan mengundang kita untuk melayani Dia melalui sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya dan penyataan-Nya yang mulia itu”

Selanjutnya kita dapat memperhatikan pula bahwa kata arete (ἀρετή) yang terdapat pada kalimat tersebut, muncul  pula dalam tulisan Paulus yaitu dalam Filipi 4:8. Sementara pada tulisan Petrus sendiri, istilah tersebut muncul kembali dalam 1 Petrus 2:9 dan 2 Petrus 1:5.


2 Petrus 1:4  Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

“Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.” Ada versi lain tentang ayat ini yaitu yang diambil dari Versi Bahasa Inggris yang telah direvisi (Revised Edition), yang jika diterjemahkan akan berbunyi “Di mana Ia telah memberikan kepada kita janji-janji yang berharga dan melebihi janji-janji besar.”

Kata "di mana" dalam bahasa Yunani adalah dion (δἰῶν) yang secara harafiah dapat diterjemahkan menjadi "melalui hal-hal tersebut." Sehingga kalimatnya menjadi “Melalui hal-hal tersebut Ia telah … “ dan seterusnya. Oleh karena itu sekarang pertanyaannya adalah melalui hal-hal yang manakah yang dimaksud oleh Petrus?

Jika dibaca sesuai dengan konteks ayat sebelumnya, maka dapat kita simpulkan ada dua kemungkinan yaitu pertama bahwa perkataan “melalui hal-hal tersebut” merujuk pada kata-kata yang mendahuluinya yaitu "kemuliaan dan kebajikan" atau dalam bahasa Yunani “dia dokse kai arete.” Atau kemungkinan kedua adalah perkataan tersebut mengacu pada "segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kesalehan." Kedua pandangan itu dapat diterima oleh para penafsir Perjanjian Baru.

Jadi Tuhan pertama-tama menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang diperlukan untuk kehidupan dan kesalehan; lalu melalui anugerah tersebut, yaitu yang digunakan dengan sepatutnya oleh orang yang menerima anugerah, Tuhan kemudian menganugerahkan kepada kita hal-hal lain yang lebih berharga lagi. [Baca juga: Apakah janji-janji Tuhan yang begitu berharga kepada diri kita? Klik disini]

Atau dengan kata lain, kita bisa membaca ayat 4 ini demikian: “Melalui kemuliaan dan kebajikan (dia dokse kai arete) Allah, melalui sifat-sifat-Nya yang mulia serta melalui pekerjaan yang penuh kuasa dari sifat-sifat Ilahi tersebut, Allah telah memberikan janji-janji-Nya kepada manusia.

Kata kerja dedoretai (δεδώρηται) harus diterjemahkan menjadi "telah diberikan," seperti dalam ayat sebelumnya. Ada penekanan pada aktivitas yang telah dikerjakan pada masa lampau dan memiliki dampak hingga sekarang ini. Kata Yunani yang dipakai untuk "janji" adalah epaggelma (ἐπάγγελμα) muncul di tempat lain pula yaitu pada  2 Petrus 3:13. Istilah tersebut mengandung arti “hal” yang dijanjikan, bukan “tindakan” menjanjikan.

"Janji-janji yang berharga." Janji-janji Itu disebut berharga, karena merupakan janji yang pasti akan digenapi. Hal itu dapat dibandingkan dengan  Efesus 1:13, 14, "Kepada-Nya juga kamu setelah itu percaya, kamu telah dimeteraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan itu, yang merupakan warisan kita yang sesungguhnya." Selain itu, kata "berharga" juga dapat kita kaitkan dengan 1 Petrus 1:7, 19.

“Supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi.” Kalimat tersebut dapat kita pahami, “bahwa melalui janji-janji itu yaitu terutama melalui pemenuhan dari janji-janji tersebut kamu dapat mengambil bagian… dan seterusnya.”

Kata kerja yang dipakai dalam kalimat tersebut adalah kata kerja berbentuk aorist, yaitu geneste (γένησθε). Namun hal itu tidak berarti bahwa mengambil bagian di dalam kodrat Ilahi merupakan hal mungkin terjadi, mungkin pula tidak. Dan tidak berarti pula bahwa Petrus menganggap partisipasi itu telah terjadi. Konsep seperti ini dapat kita temukan pula dalam Yohanes 12:36  “Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi (ἵνα γένησθε) anak-anak terang."

Kata kerja aorist dalam bagian ini tampaknya menyiratkan bahwa penekanan utamanya bukan terletak pada bagaimana langkah-langkah untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi tersebut. Fokus utamanya terletak pada seperti apakah hasil akhir dari kehidupan Kristen, yaitu bahwa pada akhirnya setiap orang percaya diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Hasil akhir dari anugerah Tuhan adalah tercapainya seluruh rencana dan kehendak Allah dalam diri orang percaya. Dan pencapaian semua itu, bukan tanpa keterlibatan orang Kristen yang bertumbuh secara kerohanian.

Jika pada awalnya kita mendapati Tuhan berkata, "Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar kita, menurut rupa kita." Maka dari Petrus kita belajar bahwa orang percaya itu "sedang diubah menjadi gambar yang sama dengan gambar Ilahi tersebut." Prinsip ajaran ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus (2 Korintus 3:18; 1 Korintus 11:7; Efesus 4:24; Kolose 3:10; Roma 8:29; dan 1 Korintus 15:49)

Orang Kristen, yang lahir dari Allah (Yohanes 1:13; 1 Petrus 1:23), diberi anugerah untuk "mengambil bagian dalam kehidupan Kristus" (Ibrani 3:14), dan "mendapat bagian dari Roh Kudus" (Ibrani 6:4) agar kita dapat "sempurna menjadi satu" dengan diri-Nya yang adalah satu dengan Allah Bapa, melalui kehadiran Roh Kudus Penghibur (Yohanes 17:20-23; Yohanes 14:16, 17, 23). Kata ganti orang kedua digunakan untuk menyiratkan bahwa janji yang dibuat untuk semua orang Kristen (bagi kita) adalah milik mereka para pembaca Surat Petrus.

“dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia” merupakan ungkapkan sisi negatif dari kehidupan Kristen, sebagai kontras dari kalimat sebelumnya yang menggambarkan sisi aktif dan positif. Janji-janji Allah yang berharga yang diwujudkan dalam jiwa memungkinkan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan untuk melepaskan diri dari kerusakan; dua aspek kehidupan Kristen harus berjalan secara bersamaan.

Kata kerja yang digunakan di sini adalah apofeugein (ἀποφεύγειν) muncul dalam Perjanjian Baru hanya dalam Surat ini. Ini dapat kita temukan pula dalam tulisan Paulus pada Roma 8:21 “karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Atau dalam Kejadian 6:12; 1 Yohanes 2:16.


2 Petrus 1:5  Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,

Karunia dan janji Tuhan yang berharga sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya sudah seharusnya justru mendorong kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh. Anugerah Tuhan bukan dihayati sebagai alasan untuk hidup santai dan lengah, melainkan justru mendorong kita untuk berusaha.

Kasih karunia Tuhan cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak bisa berbuat apa-apa; meski demikian kita pun bertanggung jawab menjalankan bagian kita dengan kesungguhan. Kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar.

“Menambahkan kepada imanmu kebajikan,” Kata "kebajikan" sudah muncul pada ayat 3, yaitu memakai istilah Yunani arete  (ἀρετή). Iman yang sejati adalah iman yang menghasilkan buah-buah kebajikan yang nyata, seperti sebatang pohon yang menghasilkan buah pada musimnya.

“Dan kepada kebajikan pengetahuan,” Rasul Petrus memakai istilah gnosis (γνῶσις,) yang dapat berarti kebijaksanaan, atau dapat pula berarti  pengertian yang benar. Pengetahuan  ini diperoleh melalui penyangkalan diri dan melalui penyangkalan diri inilah kita akan semakin mendapatkan pengenalan yang lebih penuh, atau epignosis (ἐπίγνωσις), akan Yesus Kristus.


2 Petrus 1:6  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,

“Dan menambahkan kepada pengetahuan penguasaan diri.” Penguasaan diri yang dimaksud disini mencakup seluruh aspek kehidupan kita. Dan terdiri dari penguasaan diri terhadap segala nafsu. Hal ini harus kita pelajari sebagai dampak dari pengetahuan yang kita miliki. Ketika kita memiliki pengetahuan, maka kita akan semakin mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat. Dan pada gilirannya, kita akan semakin bertanggungjawab untuk menginginkan yang baik dan menolak yang jahat.

Pengetahuan yang benar sepatutnya menuntun kita kepada pengendalian diri, menuju kebebasan sempurna untuk melayani Tuhan. bukan kebebasan yang dijanjikan oleh guru-guru palsu, yaitu kebejatan.

“Dan menambahkan kepada penguasaan diri ketekunan, dan pada ketekunan kesalehan” Penguasaan diri bukan sesuatu yang dilakukan sekali-sekali saja, melainkan secara berkesinambungan. Penguasaan diri, jika kita serius melakukannya, membutuhkan suatu ketabahan. Dan kita pasti akan gagal jika melakukannya dengan kekuatan sendiri. Untuk menguasai diri kita perlu secara sadar menyerahkan kehendak manusia kita kepada kehendak suci Tuhan. Pada gilirannya sikap ini akan menumbuhkan suatu kesalehan atau sikap hormat kepada Tuhan. [Baca juga: Apa yang dimaksud dengan penguasaan diri. Klik disini]


2 Petrus 1:7  dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.

Istilah "kasih akan saudara-saudara" dalam bahasa Yunani ada philadelphia (φιλαδελφία). Mengasihi adalah hal yang wajar dilakukan oleh orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus. Hal ini sejalan dengan tulisan Yohanes. “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya.” (1 Yoh 5:1).

“kasih akan semua orang” Dan sebagaimana Allah mengasihi setiap orang sehingga "menerbitkan matahari baik bagi orang yang jahat maupun orang yang baik," demikian pula orang Kristen, yaitu orang-orang yang diajar untuk menjadi serupa dengan Allah (Efesus 5:1), harus belajar mulai dari kasih terhadap saudara-saudara itu hingga menuju pada kasih yang lebih besar. Yaitu kasih yang merangkul semua orang dalam lingkaran yang semakin luas (1 Tesalonika 3:12).

Jadi kasih, yaitu yang terbesar di antara semua anugerah dalam kekristenan (ada iman, pengharapan dan kasih, lihat 1 Korintus 13:13), juga menjadi yang paling puncak atau paling klimaks dalam daftar pertumbuhan rohani yang dituliskan Petrus. Dari iman, yaitu sebagai akarnya atau awalnya, kemudian muncul tujuh buah kekudusan yang indah, di mana kasih adalah yang paling indah dan paling manis.  Seorang tokoh gereja Ignatius pernah mengatakan Arche men pistis, telos de agape (Ἀρχὴ μὲν πίστιςτέλος δὲ ἀγάπη), pada mulanya iman, pada tujuan akhirnya kasih. [Baca juga: Apa yang menjadi tujuan paling puncak dari kehidupan Kristen? Klik disini]

Tidak ada anugerah yang terus menerus dalam keadaan statis atau tetap, tidak ada perubahan apa-apa. Setiap anugerah yang kita terima dari Tuhan, secara bertahap akan membentuk sesuatu di dalam jiwa. Setiap anugerah yang Tuhan berikan cenderung akan mengembangkan dan menguatkan anugerah yang lain; hingga pada akhirnya mencapai puncaknya di dalam kasih. Tanpa itu semua, maka siapa pun yang hidup akan tetap dianggap mati di hadapan Tuhan.


2 Petrus 1:8  Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

“Sebab apabila semuanya itu ada padamu,” kata yang digunakan uparchonta (ὑπάρχοντα) dan menyiratkan pengertian: kepemilikan yang sebenarnya, atau benar-benar milikmu sendiri, berarti dapat diobservasi oleh diri kita sendiri pula.

“dengan berlimpah-limpah,” karena semua kualitas rohani yang disebutkan dalam ayat sebelumnya merupakan milik sendiri dan kita berjuang atau berusaha untuk menambahkannya, sehingga ada proses dimana jiwa kita ditempa oleh perjuangan tersebut, maka secara natural atau wajar karakter itu akan bertambah dan berlipat ganda di dalam diri kita. Mengapa? Karena kasih karunia Allah adalah sesuatu kuasa yang sangat dinamis. Suatu kuasa yang tidak tinggal diam, melainkan akan terus mendorong kita untuk maju hingga mencapai apa yang direncanakan Allah.

“kamu akan dibuatnya giat dan berhasil,” artinya semua kualitas yang kita miliki secara berlimpah itu akan membuat kita terbebas dari keadaan mandul atau tidak berbuah. Sebaliknya kita akan memperoleh pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.

Kita pasti akan menjadi giat, tidak bermalas-malasan dalam mencapai pengenalan penuh. Kata Yunani untuk "pengenalan" adalah epignosis (ἐπίγνωσις) Di dunia ini, kita hanya mengenal sebagian, kita melihat seperti melalui kaca dengan gelap atau cermin yang kotor. Tetapi pengenalan yang tidak sempurna itu terus bertumbuh dan bertambah dalam kepenuhannya.

Berbagai anugerah Allah berupa karakter kristiani yang terwujud dalam hati, akan membawa kita menuju pengenalan yang lebih penuh tentang Kristus. Jika semua itu benar-benar milik kita, maka kita tidak mungkin akan bermalas-malasan dalam menghasilkan buah perbuatan baik. Dan kehidupan kebenaran oleh iman tersebut akan membawa orang Kristen terus maju di dalam pengenalan akan Kristus (lihat juga Filipi 3:9, 10; Kolose 1:10).


2 Petrus 1:9  Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

Kata “picik” dalam ayat ini lebih tepat jika diterjemahkan “tidak dapat melihat jauh,” sedangkan kata “menjadi buta” lebih tepat jika diterjemahkan “adalah buta.”

sehingga kalimatnya menjadi “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu ia adalah orang buta, dan tidak dapat melihat jauh.

Kita tidak dapat mencapai pengenalan akan Kristus tanpa anugerah Allah. Orang yang tidak dapat melihat jauh disebut juga rabun dekat. Orang seperti itu hanya dapat melihat hal-hal yang terletak dekat di sekelilingnya - hal-hal duniawi. Ia tidak dapat mengangkat matanya dengan iman dan melihat "negeri yang sangat jauh;" dia tidak bisa "melihat Sang Raja di dalam segala keindahannya" (Yesaya 33:17).

Kata untuk “picik atau short sighted atau pandangan pendek" adalah muopazon (μυωπάζων) hanya muncul di sini dalam Perjanjian Baru.

“Karena ia lupa bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan,” Jika diterjemahkan secara harfiah dari bahasa aslinya “sedang melupakan pembersihan (cleansing) dari dosa-dosa lamanya.” Agaknya Petrus mengaitkan hal ini dengan pembersihan melalui baptisan. Ananias pernah berkata kepada Saulus, "Bangunlah, dan berilah dirimu dibaptis, dan basuhlah dosamu" (Kisah Para Rasul 22:16). Petrus sendiri pun pernah berkata, dalam khotbah yang pertama, "Bertobatlah, dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam Nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa."

Jadi orang-orang yang tidak memiliki karakter kristen di dalam hidup mereka, adalah orang yang buta, hanya bisa melihat hal yang duniawi dan melupakan atau mengabaikan anugerah yang besar melalui pembaptisan. Mereka tidak menggunakan pemberian dari Tuhan untuk mencapai anugerah yang lebih tinggi, yaitu hal-hal yang telah dibicarakan oleh Petrus. Satu talenta yang pernah dipercayakan kepada mereka akan diambil kembali dari mereka beserta labanya, tetapi mereka mengubur dan tidak menghasiljan apa-apa, bahkan mereka tidak punya pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus (lihat juga 1 Korintus 6:11; Efesus 5:26; 1 Petrus 3:21)


2 Petrus 1:10  Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh” atau jika diterjemahkan secara harafiah dari Yunani, berbunyi “Oleh karena itu, saudara-saudara bertekunlah.” Dua kata pertama, dio mallon, (διὸ μᾶλλον), yaitu "oleh karena itu," bagi beberapa orang dipahami sebagai merujuk hanya pada klausa terakhir; seolah-olah Petrus berkata, "Daripada mengikuti mereka yang buta, picik dan lupa bahwa mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka sebelumnya, maka berusahalah sungguh-sungguh.."

Tetapi tampaknya lebih baik untuk merujuk (διό) kepada seluruh bagian (ayat 3-9), dan untuk memahami μᾶλλον dalam arti "lebih-lebih/terlebih lagi," (seperti dalam 1 Tesalonika 4:10). Sehingga pengertian kalimat tersebut menjadi: “Karena Tuhan telah menganugerahkan karunia-karunia pada manusia, karena penggunaan karunia-karunia itu mengarah pada pengenalan penuh tentang Kristus, oleh karena itu lebih-lebih rajinlah.”

Panggilan dan pemilihan adalah perbuatan Allah di dalam kedaulatan-Nya (1 Petrus 1:2; 1 Petrus 2:21). Banyak orang yang dibaptis, banyak orang yang menyandang nama Kristus, banyak orang yang dipanggil ke dalam Gereja, tetapi sedikit yang secara  dipilih (ὀλίγοι δὲ ἐκλεκτοί, Matius 20:16). Kita melihat, adanya suatu kedalaman misteri pemerintahan Allah yang berdaulat.

Kita tidak dapat membaca daftar orang-orang yang diberkati, yaitu yang nama-namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba. Kita tidak dapat mengangkat diri kita sendiri ke titik yang cukup tinggi untuk memahami rahasia hubungan Tuhan dengan umat manusia, dan untuk menyelaraskan secara sempurna hubungan antara kemahatahuan dan kemahakuasaan Ilahi dengan kehendak bebas manusia. Tetapi kita dapat merasakan kekuatan dari kehendak bebas itu di dalam diri kita dan kita tahu bahwa Kitab Suci meminta kita untuk mengerjakan keselamatan kita. Kita diingatkan pula oleh Kitab Suci yang sama akan adanya orang-orang yang menerima kasih karunia Allah tetapi menyia-nyiakannya. Contoh paling jelas terdapat pada 2 Korintus 6:1 Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima. Kita juga membaca bahwa manusia bisa menolak kasih karunia Allah (Galatia 2:21).

Dan kita dapat merasakan betapa pentingnya nasihat Petrus untuk membuat panggilan dan pemilihan kita itu menjadi pasti. Yaitu melalui upaya untuk sungguh-sungguh menghayati panggilan dan pemilihan itu, untuk menerima tanggung jawab sekaligus dan pengharapan yang ada di dalamnya untuk kita pikul dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai manusia yang telah dipanggil ke dalam persekutuan dengan Allah, yang dipilih untuk hidup kekal, kesetiaan kita dalam mengikuti nasihat Petrus merupakan tanda yang meyakinkan dari pemilihan Allah itu. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel pernah menyatakan tanda kepercayaan mereka melalui suatu ikrar ketaatan. Keluaran 24:7  Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan."

Ketaatan kita pada Firman Tuhan menjadi penanda bahwa janji Tuhan itu merupakan hal yang pasti. Kekudusan hidup dari orang-orang percaya adalah bukti pemilihan Allah atas orang percaya, sebab kekudusan hidup itu menyiratkan kehadiran yang nyata dari Roh Kudus yang dijanjikan oleh Kristus.

"Sebab jikalau kamu melakukannya,” yaitu melakukan "hal-hal ini," bentuk jamak menunjukkan bahwa Petrus mengacu pada banyak tindakan" Ada pula versi lain yang melihat kalimat ini lalu memahaminya dengan cara: "Jika kamu membuat panggilan dan pilihanmu menjadi pasti."

“kamu tidak akan pernah tersandung,” berarti sementara orang Kristen "melakukan hal-hal ini," sementara mereka membuat panggilan dan pilihan mereka pasti melalui kekudusan hidup, mereka tidak dapat tersandung; pada saat-saat yang tidak dijaga itulah mereka jatuh ke dalam pencobaan.


2 Petrus 1:11  Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Petrus menyiratkan akan adanya derajat kemuliaan yang sebanding dengan kesetiaan kita dalam menggunakan karunia-karunia Allah. Tujuan terbesar dari pengharapan orang Kristen adalah masuk ke dalam kerajaan abadi Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Ayat ini menyiratkan suatu kemuliaan dan kepenuhan yang akan dialami atau diberikan kepada orang percaya yang sungguh-sungguh berjuang. Ada penafsir PB yang mengatakan bahwa kalimat Petrus ini memberi gambaran dari prosesi untuk menyambut para pemenang.

Istilah “dikaruniakan” merupakan bentuk pasif yang memiliki arti yang sama dengan “ditambahkan.” Jika dalam nasihat Petrus orang percaya diminta untuk “menambahkan,” maka pada bagian ini kepada orang percaya itu akan “ditambahkan” oleh Allah.

“Hak penuh” dalam bahasa aslinya sama artinya dengan “abundantly,” yang dalam hal ini dapat diterjemahkan menjadi sambutan yang hangat seperti orang tua yang menyambut anaknya pulang sambil membawa kemenangan. Bukan sekedar menyambut seorang asing yang tanpa kesan sama sekali.

Jadi di dalam bagian ini Petrus mengajarkan, karena kematian adalah suatu perpindahan atau kepergian dari situasi terbelenggu menuju kepada pintu masuk ke dalam Kerajaan Allah, maka kita selagi masih hidup ini harus mengalami perubahan yaitu dengan menghasilkan buah. Kita tidak ada kemungkinan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kecuali dalam hidup ini sudah ada kebiasaan memasuki tempat Mahakudus itu melalui darah Kristus.

Hak penuh disini juga dapat dipahami sebagai “richly,” yang mengandung pengertian bahwa tidak akan ada keraguan lagi bahwa orang-orang semacam itu akan disambut di gerbang kemenangan dengan tangan terbuka.

“Ke dalam Kerajaan Kekal,” tentu saja mengacu pada sorga. Sebutan “kekal” disini mengingatkan kita bahwa rencana penebusan ini akan dijamin selamanya dan tidak akan pernah dibatalkan.


2 Petrus 1:12  Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.

Petrus akan mengambil setiap kesempatan untuk mengingatkan para pembacanya tentang kebenaran dan tugas yang telah ia uraikan. Hal itu disebabkan karena iman akan kebenaran-kebenaran itu dan ketaatan akan tugas panggilan Tuhan merupakan satu-satunya jalan menuju kerajaan kekal Kristus.

Petrus tampaknya selalu mengingat tanggung jawab yang diberikan oleh Sang Juruselamat dalam Lukas 22:32: “ tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."


2 Petrus 1:13  Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.

“Kemah tubuh” mengacu pada kesementaraan kita hidup di dunia ini. Mengingatkan kita bahwa dunia ini, bukan tempat tinggal permanen. Kata itu mengingatkan kita pada 2 Korintus 5:1-4, di mana Paulus menggunakan metafora yang sama; dan juga kata-kata Petrus pada Transfigurasi, "Mari kita membuat tiga kemah." Petrus ingin membangkitkan suatu rasa tanggung jawab serius dalam diri pembacanya.


2 Petrus 1:14  Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Petrus mungkin memaksudkan bahwa kematiannya sudah dekat, atau bahwa, ketika kematian itu datang, maka sifatnya akan tiba-tiba dan bahkan berlangsung dengan kejam, bukan jenis kematian yang disebabkan oleh penyakit yang berkepanjangan atau karena usia tua. Petrus pasti sedang memikirkan nubuatan Tuhan kita, yang pernah dicatat oleh Yohanes (Yohanes 21:18); Petrus tidak akan pernah bisa melupakan pembicaraan di tepi danau yang menyentuh itu; setidaknya ia sudah menyebutkannya satu kali dalam 1 Petrus 5:2.


2 Petrus 1:15  Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

Petrus tidak hanya ingin menggugah pikiran para pembacanya selagi ia masih hidup, tetapi ia akan memberikan dorongan pula agar mereka tetap mengingat nasihatnya, khotbahnya bahkan setelah kematiannya sekalipun. Kata-kata ini mungkin tidak hanya merujuk pada Surat ini saja; melainkan tampaknya cukup wajar jika kita menduga bahwa ada niat atau komitmen untuk menulis sesuatu yang kelak kita kenal sebagai Injil. Jika memang demikian, maka kita mendapatkan semacam penegasan bahwa Injil Kedua yang ditulis oleh Markus itu, sebetulnya juga merupakan perkataan Petrus yang didiktekan kepada muridnya yang masih muda itu.


Penutup

Pertumbuhan rohani bukan saja merupakan sesuatu yang perlu terjadi di dalam kehidupan orang percaya, melainkan justru merupakan tanda yang harus ada di dalam diri orang percaya. Sebagai orang Kristen kita harus serius dalam memikirkan hal ini dan bahkan harus serius dalam mengupayakan pertumbuhan itu, sekalipun kita tahu bahwa hanya Tuhan yang dapat memberi pertumbuhan. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita semua untuk bertumbuh. Amin.


Catatan:

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih menyeluruh dari Surat 2 Petrus, mari membaca Pengantar Surat 2 Petrus disini.