Dalam tulisan sebelumnya kita
bertanya: bagaimana mengukur sikap hati seseorang ketidak melakukan
pekerjaannya? [Baca juga: Arti penting pekerjaan manusia di hadapan Allah. Klik disini.]
Sebetulnya, kita tidak pernah dipanggil untuk mengukur sikap hati orang lain, apalagi dengan sikap yang judgemental terhadap mereka. Pekerjaan semacam itu, adalah hak prerogatif Tuhan sendiri. Panggilan kita adalah untuk memperhatikan dan menjaga sikap hati kita sendiri di hadapan Tuhan. Sebab pada kenyataannya, memang kita akan sangat kesulitan untuk menilai hati manusia. Jangankan menilai hati orang lain, menilai hati kita sendiri pun sudah pasti bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Dekorasi Tabut Perjanjian. Klik disini.
Tetapi Alkitab tidak berhenti
pada apa yang terlihat oleh mata saja. Kisah di Alkitab menerobos hingga
penilaian Tuhan terhadap apa yang ada di dalam hati manusia. Dalam kisah Kain
dan Habel, sikap hati mereka terlihat dari bagaimana sikap Tuhan dalam memberi
respon terhadap persembahan mereka. [Baca juga: Apa artinya menaruh lambang di dahi dan tanda pada tangan ? Klik disini.]
Banyak orang yang mengira bahwa
alasan Tuhan menolak persembahan Kain dan menerima persembahan Habel adalah
karena persembahan Habel melibatkan unsur darah sedangkan persembahan Kain
tidak mengandung unsur darah. Bagi saya, cara pandang seperti ini tidak tepat
atau keliru sama sekali.
Jika Kain sebagai petani, tetapi
diharapkan dapat mempersembahkan sesuatu yang mengandung unsur darah, maka yang
bersalah dalam kasus ini bukan Kain, tetapi Tuhan sendiri yang keterlaluan
karena telah menuntut sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin Kain
sebagai petani mempersembahkan tanam-tanaman yang dapat mengeluarkan darah?
Jika pandangan kita seperti ini, maka seolah-olah pekerjaan Kain sebagai petani
sudah salah sejak semula, bukan? Padahal sebelum jatuh ke dalam dosa pun, Adam
telah dipanggil untuk mengelola tanah dan tumbuh-tumbuhan, suatu pekerjaan yang
tergolong dalam aktivitas pertanian (Kej 2:15).
Alasan Tuhan menolak persembahan
Kain dan menerima persembahan Habel adalah karena Habel memberi yang terbaik untuk Tuhan sedangkan Kain tidak. Habel
memberi persembahan kepada Tuhan karena Habel percaya kepada-Nya, memiliki
relasi pribadi dengan Dia.
Di sisi lain, Kain yang secara
kasat mata terlihat sama-sama memberi persembahan, sama-sama beribadah kepada
Tuhan, ternyata di dalam hatinya tidak ada relasi kasih dengan Tuhan. Kain
tidak menaruh trust kepada Tuhan.
Mengenai persembahan Kain,
Alkitab mencatat demikian: Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban
persembahan; (Kej 4:3)
Dalam bahasa aslinya tertulis demikian: Wayyabe
Qayin miperi ha adamah minechah leYahweh
Yang diterjemahkan menjadi: Dan Kain membawa
buah dari tanah persembahan kepada Yahweh.
Sebagai seorang petani, Kain
membawa buah dari tanah sebagai persembahan kepada Yahweh. Itu saja keterangan
dari Alkitab.
Sekarang mari kita bandingkan
dengan persembahan dari Habel. Alkitab mencatat peristiwa itu secara demikian:
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya, yakni lemak-lemaknya; (Kej 4:4)
Dalam bahasa
aslinya tertulis demikian:
WaHevel hebe gam-hu mibekorot zonow umechelebehen
WaHevel hebe gam-hu mibekorot zonow umechelebehen
Yang
diterjemahkan menjadi:
Dan Habel
membawa pula yang sulung dari ternaknya dan lemaknya. Atau dapat pula
diterjemahkan: yang sulung dari ternaknya (dan yang tambun/gemuk)
Berbeda dengan Kain, Habel
memberi yang terbaik dari hasil pekerjaannya sebagai seorang peternak, yaitu
sebagaimana yang dilukiskan oleh Alkitab dengan istilah “yang sulung dari
ternaknya dan yang tambun.” Selain itu, Habel juga memiliki sikap hati yang
benar di hadapan Tuhan. Habel percaya pada Tuhan yang dia sembah.
Tentang sikap hati Habel
tersebut, penulis kitab Ibrani mengatakan demikian: Karena iman
Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada
korban Kain (Ibrani 11:4). Habel percaya pada Tuhan yang dia sembah. Habel
mengenal Dia. Inilah perbedaan yang sangat besar antara Habel dan Kain.
Dan Alkitab
pun kemudian memberi kesaksian tentang respon Tuhan terhadap persembahan Habel
tersebut. Kitab Kejadian mencatat: maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (Kej 4:4)
Dan terhadap persembahan Kain,
Alkitab mencatat: tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. (Kej
4:5)
Seseorang boleh saja terlihat
sama-sama beribadah kepada Tuhan, tetapi bagaimanakah sikap hati orang itu
ketika ia beribadah kepada-Nya? Seseorang boleh saja terlihat sama-sama
memiliki pekerjaan yang baik, tetapi seperti apakah sikap hati orang itu dalam melakukan
pekerjaannya? Di dalam Alkitab, ibadah bukan melulu berbicara tentang datang
ke tempat-tempat keagamaan. Ibadah adalah keseluruhan hidup kita, baik
kehidupan spiritual maupun kehidupan jasmani kita, termasuk kehidupan kita di
dalam dunia pekerjaan sehari-hari.
Rasul Paulus, pernah berkomentar tentang arti ibadah yang sejati, yaitu demikian: Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1)
Mata manusia sangat terbatas pada
hal-hal yang kelihatan saja. Tetapi mata Tuhan menembus ke dalam hati dan jiwa
masing-masing orang. Meskipun Tuhan memberi kesempatan yang sama kepada setiap
manusia untuk bekerja dan beribadah kepada-Nya, tetapi Tuhan tidak
memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama. Bagaimana sikap hati
seseorang terhadap Tuhan ketika mereka bekerja dan beribadah, sangat
mempengaruhi respon Tuhan terhadap orang tersebut.
Kiranya
melalui kisah Kain dan Habel, khususnya dalam kaitan dengan pekerjaan dan
ibadah mereka, kita semakin mengenal isi hati Tuhan terhadap diri kita,
khususnya dalam kaitan dengan hidup kita secara keseluruhan, baik hidup
spiritual, maupun hidup jasmaniah. Baik ketika kita melayani di gereja, maupun
ketika kita melayani masyarakat di dalam dunia pekerjaan kita sehari-hari. Tuhan
memberkati. (Oleh: Izar Tirta)
Beberapa pokok pikiran dalam tulisan ini:
Eksposisi singkat Kejadian 4:3
Persembahan seperti apakah yang diberikan oleh Kain?
Eksposisi singkat Kejadian 4:4
Persembahan seperti apakah yang diberikan oleh Habel?
Mengapa TUHAN mengindahkan persembahan yang diberikan oleh Habel ini?
Apa keistimewaan persembahan yang diberikan oleh Habel?
Mengapa persembahan yang diberikan oleh Habel dianggap lebih baik daripada persembahan yang diberikan oleh Kain?
Eksposisi singkat Kejadian 4:5
Mengapa TUHAN menolak persembahan yang diberikan oleh Kain?
Apakah kekurangan yang terdapat di dalam persembahan yang diberikan oleh Kain?
Apakah persembahan Kain ditolak karena tidak ada unsur darah yang dicurahkan?
Apakah persembahan Habel diterima karena ada unsur darah yang dicurahkan?
Mengapa gagasan tentang persembahan yang harus mengandung unsur darah kurang tepat dalam kisah Kain dan Habel ini?
Apa hubungan antara kisah Kain dan Habel ini dengan makna ibadah?
Apakah makna ibadah yang sesungguhnya?
Pengertian singkat Kejadian 2:15 tentang pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang mulia.
Pengertian singkat Ibrani 11:4 tentang alasan persembahan Habel diterima oleh TUHAN.
Pengertian singkat Roma 12:1 tentang makna ibadah