Terhadap Kain yang sedang marah,
Tuhan berinisiatif untuk memberikan suatu respon. Dari sini kita belajar bahwa
Allah bukannya tidak memperhatikan suasana hati Kain, dan Allah bukan tidak
perduli pada orang berdosa.
Firman TUHAN
kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?” (Kejadian 4:6)
Inilah pertama kalinya Tuhan membuka suara
untuk berbicara kepada Kain. Penulis Kejadian tidak merincikan dengan cara apa
Tuhan berbicara, apakah secara langsung? Apakah melalui nasihat orang tuanya?
Melalui mimpi? Ataukah melalui suara hati dari Kain sendiri? [Baca juga: Mengapa Paulus rela terkutuk demi orang Israel? Klik disini.]
Saya sendiri berpendapat bahwa dalam bagian
ini, Tuhan berbicara secara langsung kepada Kain. Alasan saya yang pertama adalah karena Tuhan sudah pernah melakukan pembicaraan secara langsung kepada
Adam dan Hawa. Mengapa sulit untuk membayangkan bahwa Tuhan juga akan berbicara
langsung kepada Kain?
Alasan saya yang kedua adalah karena sejak
kisah ini bergulir, Adam dan Hawa sama sekali tidak muncul ke dalam kisah.
Penulis Kejadian tidak menghadirkan mereka secara langsung sama sekali. Hanya
jejak-jejak mereka saja yang terlihat misalnya dari bagaimana mereka berespon
atas kelahiran bayi, bagaimana mereka menamai anak-anak mereka dan bagaimana
mereka (mungkin sekali) mengajarkan cara beribadah kepada Tuhan. Namun dari
semua jejak-jejak orang tua di dalam diri pribadi anak-anak ini, penulis
Kejadian telah menunjukkan bahwa mereka telah gagal membentuk salah seorang
anak mereka itu. Sehingga agaknya kurang tepat jika pada bagian ini kita
berpikir bahwa mereka memberi nasihat kepada anak mereka. [Artikel lain: Tuhan ingin kita selalu mencintai ajaran dan perintah-Nya. Klik disini.]
Alasan ketiga adalah cara penulis Kejadian
menyampaikan pertanyaan Tuhan kepada Kain cukup unik dan tidak bisa dilepaskan
dari cara penulis itu menggambarkan tokoh-tokoh sebelumnya dalam hal mengajukan
pertanyaan.
Dalam Pasal 3 misalnya, kita melihat Iblis
bertanya kepada Hawa melalui perantaraan ular dengan tujuan untuk menjatuhkan
Hawa ke dalam dosa. Maka dalam pasal 4 ini sebagai kontrasnya, kita melihat
Allah bertanya kepada Kain tanpa mediator makhluk lain untuk tujuan
menghentikan (mencegah) Kain dari perbuatan yang lebih buruk lagi.
Memperlihatkan kontras antara satu bagian
dengan bagian lain dari Alkitab adalah hal yang cukup sering terjadi di
Alkitab, apalagi di Perjanjian Lama. Jika Iblis berbicara secara tidak langsung
kepada Hawa, maka sangat mungkin di bagian ini Allah berbicara secara langsung
kepada Kain. Jika Iblis ingin menjatuhkan Hawa, maka pada bagian ini Allah
ingin mencegah Kain dari kejatuhan yang lebih dalam. Suatu gambaran yang
kontras, bukan? Sifat kontras yang muncul dalam gambaran ini, menampilkan suatu
picture tentang betapa buruknya
kerusakan yang telah terjadi di dalam diri Kain.
Sangat menarik jika kita memperhatikan pula
isi dari pertanyaan Tuhan kepada Kain. Pertanyaan tersebut tentu bukan
pertanyaan yang timbul akibat ketidaktahuan. Allah adalah Pribadi yang
Mahatahu, Ia tidak bertanya sesuatu karena Ia tidak tahu. Pertanyaan Tuhan
kepada Kain lebih merupakan dorongan atau bujukan kepada Kain untuk melakukan
introspeksi diri, ketimbang sekedar meminta informasi. Hal ini mengingatkan
kita pada pertanyaan Tuhan kepada Adam “Di manakah engkau Adam?” Pertanyaan
yang pada dasarnya juga merupakan pertanyaan introspeksi untuk Adam.
Isi dari pertanyaan itu dalam bahasa aslinya
adalah:
Lammah charah lak. Walammah naphelu paneka
Yang diterjemahkan:
Mengapa
engkau terbakar (oleh amarah)? Dan mengapa wajahmu jatuh?
Istilah “wajah jatuh “memang bukan istilah
yang kita kenal sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia istilah ini diterjemahkan
menjadi wajah yang muram. Tetapi istilah jatuh yang dipakai disini sengaja saya
tampilkan untuk memperlihatkan semacam hubungan timbal balik dalam kata-kata.
Karena amarah naik, maka wajah turun (jatuh). Mungkin nuansa dari kalimat ini
akan lebih jelas jika kita baca kelanjutan dari kalimat Tuhan kepada Kain.
Apakah mukamu
tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? (Kejadian 4:7a)
Dalam bahasa aslinya:
Halow im-teytiv seet
Diterjemahkan:
Tidakkah engkau, jika engkau
melakukan yang baik, akan naik? (wajahnya)
Saya sengaja menerjemahkan secara agak
harafiah dari kata-kata tersebut agar nuansa kata-katanya lebih terlihat. Jika
engkau naik dalam amarah, wajahmu jatuh (turun). Jika engkau berbuat baik
(amarah turun), maka wajahmu akan naik. Memang terdengar agak aneh jika dibaca
menurut pengertian kita orang Indonesia, tetapi itulah yang coba disampaikan
oleh penulis Kejadian yaitu bahwa kebahagiaan Kain terletak dari perbuatannya
sendiri. Ia tidak bahagia, karena hatinya sedang marah. Padahal jika ia berbuat
baik maka tentu ia akan merasa bahagia.
Saya mencoba mencari tahu bagaimana orang
Yahudi sendiri memahami kalimat ini. Dan rupanya di dalam Kitab Targum (semacam kitab kamus yang berisi penjelasan atas bahasa Ibrani Alkitab ke dalam
bahasa Aramaik sehari-hari) ada penjelasan mengenai kalimat tersebut yaitu demikian:
“Tidakkah jika engkau memperbaiki kelakuanmu, engkau akan diampuni?”
Jadi kita sekarang sudah memiliki dua macam
terjemahan yaitu terjemahan harafiah yang memperlihatkan semacam pertukaran
kata-kata (wajah jatuh dan wajah naik). Dan terjemahan ke dalam bahasa orang
Yahudi sehari-hari. Semoga kedua terjemahan tersebut dapat memperkaya
pengertian kita.
Tetapi jika
engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat
menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kej 4:7b)
“Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,”
Dalam
bahasa aslinya:
Weim lo teytiv
Diterjemahkan:
Dan/tetapi jika tidak engkau
melakukan yang baik
Atau jika menurut Targum: Dan jika engkau
tidak memperbaiki kelakuanmu.
“Dosa sudah mengintip di depan pintu,”
Dalam
bahasa aslinya:
Lapetah chattat rove
Diterjemahkan:
Di pintu masuk dosa sedang
berjongkok (berbaring).
Menurut Targum: Di pintu masuk liang kubur
dosa sedang berbaring.
“Ia sangat menggoda engkau,”
Dalam bahasa
aslinya:
Wa eleika tesyuqatow
Diterjemahkan:
Dan terhadap keinginannya
Targum menerjemahkan sama seperti di atas,
dengan tambahan keterangan: keinginan dosa yang bersifat konstan adalah agar
engkau terjatuh.
“tetapi engkau harus berkuasa atasnya”
Dalam
bahasa aslinya:
Weatah timshal-bow
Diterjemahkan: sama seperti Alkitab LAI kita.
Bagian ini terus terang memang agak sulit kita
pahami karena mengandung perkataan-perkataan yang rasanya sangat tidak umum
bagi kita. Itu sebabnya saya berusaha menjelaskan dan menterjemahkan secara
satu frasa demi satu frasa. Dan apabila kita baca kembali kalimat di atas maka
barangkali secara bahasa sehari-hari kalimat tersebut dapat saya terjemahkan
menjadi:
“Mengapa engkau terbakar oleh amarah dan merasa tidak bahagia? Jika
engkau memperbaiki kelakuanmu tentu engkau akan merasa bahagia. Tetapi jika engkau
tidak memperbaiki kelakuanmu, maka ketahuilah bahwa dosa senantiasa menunggu
engkau di depan pintu kuburmu dan ia sangat menginginkan engkau jatuh, dan
engkau bertanggungjawab untuk mengalahkan keinginannya itu.”
Dari bagian ini kita belajar bahwa inti
perkataan Tuhan kepada Kain adalah:
- Kegusarannya yang amat sangat itu adalah akibat ulahnya sendiri, bukan karena ulah adiknya, bukan pula karena Tuhan.
- Jika ia tidak segera memperbaiki sikap, maka ia akan terjerat dosa yang lebih besar lagi.
- Dan apakah dirinya akan terjerat atau tidak terjerat oleh dosa, semua itu adalah tanggung jawab pribadinya sendiri.
Sejauh ini kita melihat bahwa Tuhan telah menyampaikan perkataan yang cukup panjang kepada Kain. Sulit mengesampingkan fakta bahwa Tuhan sudah melakukan yang terbaik untuk mencegah Kain melakukan kejahatan yang lebih besar. Dibandingkan dengan Adam dan Hawa yang sama sekali tidak sempat mendapat nasihat sebanyak ini, maka dapat dikatakan bahwa Kain sebenarnya mendapat anugerah Tuhan yang lebih besar. Sudah sewajarnya jika Kain menghargai kesempatan yang telah diberikan kepadanya untuk berbalik arah. Kain bukan tidak pernah diberi peringatan.
Lantas, bagaimanakah kira-kira tanggapan Kain terhadap perkataan Tuhan? Kita akan membahas hal tersebut dalam tulisan berikutnya.
Beberapa pokok pikiran di dalam tulisan ini:
Eksposisi Kejadian 4:6
Apakah yang Tuhan katakan kepada Kain sebelum Kain membunuh Habel?
Apakah yang Tuhan sampaikan kepada Kain setelah Kain merasa marah?
Bagaimana cara Tuhan berbicara kepada Kain?
Apakah Tuhan berbicara secara langsung kepada Kain?
Ataukah Tuhan berbicara secara tidak langsung kepada Kain?
Bahan khotbah dari Kejadian 4:6
Apakah Allah peduli pada para pendosa?
Apakah maksud pertanyaan Tuhan kepada Kain?
Mengapa hati Kain menjadi panas?
Perenungan singkat dari Kejadian 4:6
Mengapa wajah Kain menjadi muram?
Apa yang diajarkan melalui Kejadian 4:6
Apakah bahasa Ibrani (bahasa asli) dari Kejadian 4:6?
Apakah arti kata-kata: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?" dalam Kejadian 4:6
Apakah arti kata-kata: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?" dalam Kejadian 4:6
Eksposisi Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik?" dalam Kejadian 4:7
Bahan khotbah dari Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Dosa sudah mengintip di depan pintu?" dalam Kejadian 4:7
Perenungan singkat dari Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Ia sangat menggoda engkau," dalam Kejadian 4:7
Apa yang diajarkan melalui Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: “tetapi engkau harus berkuasa atasnya?” dalam Kejadian 4:7
Apakah inti dari perkataan Tuhan: "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu Ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya?" dalam Kejadian 4:7.
Apakah Kain mendapat anugerah dari Tuhan?
Apakah Kain akhirnya diselamatkan oleh Tuhan?