Thursday, April 16, 2020

Eksposisi singkat Kejadian 4:6 dan Kejadian 4:7: Apakah yang Tuhan katakan kepada Kain, sebelum Kain membunuh Habel?

 

 
Terhadap Kain yang sedang marah, Tuhan berinisiatif untuk memberikan suatu respon. Dari sini kita belajar bahwa Allah bukannya tidak memperhatikan suasana hati Kain, dan Allah bukan tidak perduli pada orang berdosa.
 
Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?” (Kejadian 4:6)

Inilah pertama kalinya Tuhan membuka suara untuk berbicara kepada Kain. Penulis Kejadian tidak merincikan dengan cara apa Tuhan berbicara, apakah secara langsung? Apakah melalui nasihat orang tuanya? Melalui mimpi? Ataukah melalui suara hati dari Kain sendiri? [Baca juga: Mengapa Paulus rela terkutuk demi orang Israel? Klik disini.]

Saya sendiri berpendapat bahwa dalam bagian ini, Tuhan berbicara secara langsung kepada Kain. Alasan saya yang pertama adalah karena Tuhan sudah pernah melakukan pembicaraan secara langsung kepada Adam dan Hawa. Mengapa sulit untuk membayangkan bahwa Tuhan juga akan berbicara langsung kepada Kain?

Alasan saya yang kedua adalah karena sejak kisah ini bergulir, Adam dan Hawa sama sekali tidak muncul ke dalam kisah. Penulis Kejadian tidak menghadirkan mereka secara langsung sama sekali. Hanya jejak-jejak mereka saja yang terlihat misalnya dari bagaimana mereka berespon atas kelahiran bayi, bagaimana mereka menamai anak-anak mereka dan bagaimana mereka (mungkin sekali) mengajarkan cara beribadah kepada Tuhan. Namun dari semua jejak-jejak orang tua di dalam diri pribadi anak-anak ini, penulis Kejadian telah menunjukkan bahwa mereka telah gagal membentuk salah seorang anak mereka itu. Sehingga agaknya kurang tepat jika pada bagian ini kita berpikir bahwa mereka memberi nasihat kepada anak mereka. [Artikel lain: Tuhan ingin kita selalu mencintai ajaran dan perintah-Nya. Klik disini.]

Alasan ketiga adalah cara penulis Kejadian menyampaikan pertanyaan Tuhan kepada Kain cukup unik dan tidak bisa dilepaskan dari cara penulis itu menggambarkan tokoh-tokoh sebelumnya dalam hal mengajukan pertanyaan.

Dalam Pasal 3 misalnya, kita melihat Iblis bertanya kepada Hawa melalui perantaraan ular dengan tujuan untuk menjatuhkan Hawa ke dalam dosa. Maka dalam pasal 4 ini sebagai kontrasnya, kita melihat Allah bertanya kepada Kain tanpa mediator makhluk lain untuk tujuan menghentikan (mencegah) Kain dari perbuatan yang lebih buruk lagi.

Memperlihatkan kontras antara satu bagian dengan bagian lain dari Alkitab adalah hal yang cukup sering terjadi di Alkitab, apalagi di Perjanjian Lama. Jika Iblis berbicara secara tidak langsung kepada Hawa, maka sangat mungkin di bagian ini Allah berbicara secara langsung kepada Kain. Jika Iblis ingin menjatuhkan Hawa, maka pada bagian ini Allah ingin mencegah Kain dari kejatuhan yang lebih dalam. Suatu gambaran yang kontras, bukan? Sifat kontras yang muncul dalam gambaran ini, menampilkan suatu picture tentang betapa buruknya kerusakan yang telah terjadi di dalam diri Kain.

Sangat menarik jika kita memperhatikan pula isi dari pertanyaan Tuhan kepada Kain. Pertanyaan tersebut tentu bukan pertanyaan yang timbul akibat ketidaktahuan. Allah adalah Pribadi yang Mahatahu, Ia tidak bertanya sesuatu karena Ia tidak tahu. Pertanyaan Tuhan kepada Kain lebih merupakan dorongan atau bujukan kepada Kain untuk melakukan introspeksi diri, ketimbang sekedar meminta informasi. Hal ini mengingatkan kita pada pertanyaan Tuhan kepada Adam “Di manakah engkau Adam?” Pertanyaan yang pada dasarnya juga merupakan pertanyaan introspeksi untuk Adam.

Isi dari pertanyaan itu dalam bahasa aslinya adalah:
Lammah charah lak. Walammah naphelu paneka 
Yang diterjemahkan:
Mengapa engkau terbakar (oleh amarah)? Dan mengapa wajahmu jatuh?

Istilah “wajah jatuh “memang bukan istilah yang kita kenal sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi wajah yang muram. Tetapi istilah jatuh yang dipakai disini sengaja saya tampilkan untuk memperlihatkan semacam hubungan timbal balik dalam kata-kata. Karena amarah naik, maka wajah turun (jatuh). Mungkin nuansa dari kalimat ini akan lebih jelas jika kita baca kelanjutan dari kalimat Tuhan kepada Kain.

Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? (Kejadian 4:7a)
Dalam bahasa aslinya:
Halow im-teytiv seet
Diterjemahkan:
Tidakkah engkau, jika engkau melakukan yang baik, akan naik? (wajahnya)

Saya sengaja menerjemahkan secara agak harafiah dari kata-kata tersebut agar nuansa kata-katanya lebih terlihat. Jika engkau naik dalam amarah, wajahmu jatuh (turun). Jika engkau berbuat baik (amarah turun), maka wajahmu akan naik. Memang terdengar agak aneh jika dibaca menurut pengertian kita orang Indonesia, tetapi itulah yang coba disampaikan oleh penulis Kejadian yaitu bahwa kebahagiaan Kain terletak dari perbuatannya sendiri. Ia tidak bahagia, karena hatinya sedang marah. Padahal jika ia berbuat baik maka tentu ia akan merasa bahagia.

Saya mencoba mencari tahu bagaimana orang Yahudi sendiri memahami kalimat ini. Dan rupanya di dalam Kitab Targum (semacam kitab kamus yang berisi penjelasan atas bahasa Ibrani Alkitab ke dalam bahasa Aramaik sehari-hari) ada penjelasan mengenai kalimat tersebut yaitu demikian: “Tidakkah jika engkau memperbaiki kelakuanmu, engkau akan diampuni?”

Jadi kita sekarang sudah memiliki dua macam terjemahan yaitu terjemahan harafiah yang memperlihatkan semacam pertukaran kata-kata (wajah jatuh dan wajah naik). Dan terjemahan ke dalam bahasa orang Yahudi sehari-hari. Semoga kedua terjemahan tersebut dapat memperkaya pengertian kita.

Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kej 4:7b)

“Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,”
Dalam bahasa aslinya: 
Weim lo teytiv
Diterjemahkan:
Dan/tetapi jika tidak engkau melakukan yang baik
Atau jika menurut Targum: Dan jika engkau tidak memperbaiki kelakuanmu.

“Dosa sudah mengintip di depan pintu,”
Dalam bahasa aslinya:
Lapetah chattat rove
Diterjemahkan:
Di pintu masuk dosa sedang berjongkok (berbaring).
Menurut Targum: Di pintu masuk liang kubur dosa sedang berbaring.

“Ia sangat menggoda engkau,”
Dalam bahasa aslinya: 
Wa eleika tesyuqatow
Diterjemahkan:
Dan terhadap keinginannya
Targum menerjemahkan sama seperti di atas, dengan tambahan keterangan: keinginan dosa yang bersifat konstan adalah agar engkau terjatuh.

“tetapi engkau harus berkuasa atasnya”
Dalam bahasa aslinya:
Weatah timshal-bow
Diterjemahkan: sama seperti Alkitab LAI kita.

Bagian ini terus terang memang agak sulit kita pahami karena mengandung perkataan-perkataan yang rasanya sangat tidak umum bagi kita. Itu sebabnya saya berusaha menjelaskan dan menterjemahkan secara satu frasa demi satu frasa. Dan apabila kita baca kembali kalimat di atas maka barangkali secara bahasa sehari-hari kalimat tersebut dapat saya terjemahkan menjadi:

“Mengapa engkau terbakar oleh amarah dan merasa tidak bahagia? Jika engkau memperbaiki kelakuanmu tentu engkau akan merasa bahagia. Tetapi jika engkau tidak memperbaiki kelakuanmu, maka ketahuilah bahwa dosa senantiasa menunggu engkau di depan pintu kuburmu dan ia sangat menginginkan engkau jatuh, dan engkau bertanggungjawab untuk mengalahkan keinginannya itu.”

Dari bagian ini kita belajar bahwa inti perkataan Tuhan kepada Kain adalah:
  1. Kegusarannya yang amat sangat itu adalah akibat ulahnya sendiri, bukan karena ulah adiknya, bukan pula karena Tuhan.
  2. Jika ia tidak segera memperbaiki sikap, maka ia akan terjerat dosa yang lebih besar lagi.
  3. Dan apakah dirinya akan terjerat atau tidak terjerat oleh dosa, semua itu adalah tanggung jawab pribadinya sendiri.

Sejauh ini kita melihat bahwa Tuhan telah menyampaikan perkataan yang cukup panjang kepada Kain. Sulit mengesampingkan fakta bahwa Tuhan sudah melakukan yang terbaik untuk mencegah Kain melakukan kejahatan yang lebih besar. Dibandingkan dengan Adam dan Hawa yang sama sekali tidak sempat mendapat nasihat sebanyak ini, maka dapat dikatakan bahwa Kain sebenarnya mendapat anugerah Tuhan yang lebih besar. Sudah sewajarnya jika Kain menghargai kesempatan yang telah diberikan kepadanya untuk berbalik arah. Kain bukan tidak pernah diberi peringatan.
 
Lantas, bagaimanakah kira-kira tanggapan Kain terhadap perkataan Tuhan? Kita akan membahas hal tersebut dalam tulisan berikutnya.



Beberapa pokok pikiran di dalam tulisan ini:
Eksposisi Kejadian 4:6
Apakah yang Tuhan katakan kepada Kain sebelum Kain membunuh Habel?
Apakah yang Tuhan sampaikan kepada Kain setelah Kain merasa marah?
Bagaimana cara Tuhan berbicara kepada Kain?
Apakah Tuhan berbicara secara langsung kepada Kain?
Ataukah Tuhan berbicara secara tidak langsung kepada Kain?
Bahan khotbah dari Kejadian 4:6
Apakah Allah peduli pada para pendosa?
Apakah maksud pertanyaan Tuhan kepada Kain?
Mengapa hati Kain menjadi panas?
Perenungan singkat dari Kejadian 4:6
Mengapa wajah Kain menjadi muram?
Apa yang diajarkan melalui Kejadian 4:6
Apakah bahasa Ibrani (bahasa asli) dari Kejadian 4:6?
Apakah arti kata-kata: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?" dalam Kejadian 4:6
Apakah arti kata-kata: "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?" dalam Kejadian 4:6
Eksposisi Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik?" dalam Kejadian 4:7
Bahan khotbah dari Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Dosa sudah mengintip di depan pintu?" dalam Kejadian 4:7
Perenungan singkat dari Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: "Ia sangat menggoda engkau," dalam Kejadian 4:7
Apa yang diajarkan melalui Kejadian 4:7
Apakah arti kata-kata: “tetapi engkau harus berkuasa atasnya?” dalam Kejadian 4:7
Apakah inti dari perkataan Tuhan: "Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu Ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya?" dalam Kejadian 4:7.
Apakah Kain mendapat anugerah dari Tuhan?
Apakah Kain akhirnya diselamatkan oleh Tuhan?