Monday, April 20, 2020

Eksposisi singkat Kejadian 4:10-12: Jangan menyalahkan Tuhan

Oleh: Izar Tirta
 
 
Dalam tulisan sebelumnya kita melihat bagaimana sikap Kain yang penuh kebencian, baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Hasrat membunuh di dalam diri manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa sudah sedemikian besar sehingga nasihat Tuhan pun diabaikan. [Baca juga: Mengapa manusia tega membunuh sesamanya? Klik disini.]

Dalam tulisan ini kita akan melihat lebih jauh tentang Betapa rusaknya jalan pikiran seseorang yang sudah jatuh ke dalam dosa. Bukan saja mereka tidak ingin memikul tanggungjawab, melainkan secara aktif mereka berusaha melemparkan kesalahan itu ke pundak orang lain, bahkan ke pundak Tuhan jika memungkinkan.

Waktu Adam jatuh ke dalam dosa, Adam juga menyalahkan Tuhan karena telah menempatkan Hawa di sisinya. “Gara-gara perempuan kiriman-Mu ini aku terjatuh,” demikian Adam mencoba memprotes Tuhan.

Ada semacam benang merah antara kejadian yang satu dengan kejadian yang lain, antara peristiwa Adam dan peristiwa Kain, yaitu kecenderungan dari manusia berdosa untuk menyalahkan Tuhan atas segala kekacauan yang telah dibuatnya sendiri.

Sebagai kakak, tentu sudah selayaknya Kain bertindak sebagai penjaga bagi adiknya yang lebih muda. Namun jangankan menjaga adiknya dari bencana, Kain justru adalah sumber bencana itu sendiri. Kain bukan saja telah membunuh, ia juga dengan entengnya berdusta kepada Tuhan. Agaknya bukan saja hati Kain yang telah menjadi gelap, melainkan pikirannya pun telah menjadi gelap gulita. Kelakuan Kain ini sungguh amat mirip dengan gambaran Tuhan Yesus tentang iblis yang merupakan pembunuh dan bapa segala dusta.

Penulis Kitab Kejadian telah berhasil membawa pembacanya melihat bagaimana dosa mula-mula yang barangkali terlihat begitu “sederhana” kini telah berkembang sedemikian mengerikan dalam kurun waktu yang tidak lama, hanya dalam satu generasi berikutnya. (Sebetulnya tidak ada yang sederhana dari suatu keberdosaan di hadapan Tuhan. Fakta bahwa dosa Adam dan Hawa terlihat sederhana oleh orang jaman sekarang, hanya membuktikan betapa dalamnya dunia kita ini telah jatuh.) [Baca juga: Apakah semua orang pada dasarnya baik? Klik disini.]

Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. (Kej 4:10). Pertanyaan Tuhan kali ini lebih merupakan sebuah ungkapan penyesalan atau kekecewaan yang mendalam atas buruknya keadaan pada waktu itu. Dan Sang Penanya meminta kepada sang pelaku untuk merenungkan konsekuensi buruk yang akan segera datang akibat perbuatannya tersebut.

Darah yang berteriak dalam kalimat ini tentu saja merupakan bahasa figuratif untuk menggambarkan bahwa orang yang mati terbunuh itu keberadaannya tidak begitu saja tanpa jejak. Walau pun wujudnya tidak terlihat, orang itu bisa datang ke hadirat Allah untuk meminta bantuan-Nya.

Kata “berteriak” di sini melukiskan betapa kerasnya atau betapa urgent-nya permohonan akan pertolongan tersebut. Sang korban bukan berbisik malu-malu kepada Allah melainkan berteriak karena sadar bahwa ia telah diperlakukan secara tidak adil dan ia yakin bahwa Allah adalah sumber segala keadilan yang pasti akan melakukan tindakan yang sewajarnya. Dan Allah Yang Mahaadil tidak mungkin gagal mendengar atau memperhatikan permohonan tersebut.

Jadi walaupun sang korban sudah tiada di dunia ini, bukan berarti ketidakadilan yang ia terima akan sama sekali sirna atau tak terperhatikan dari dunia. Walaupun nama Habel berarti sia-sia, walaupun hidup Habel terlihat seperti sia-sia, tetapi di hadapan Allah seruan keadilan Habel tidak akan sia-sia.

Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. (Kej 4:11)

Kain adalah manusia pertama yang secara langsung dikutuk oleh Allah. Dalam peristiwa kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, yang mendapat kutukan adalah ular dan juga tanah, tetapi kutukan itu tidak diarahkan langsung kepada Adam dan Hawa sendiri, mereka dihukum, tetapi tidak sampai dikutuk. Dalam peristiwa Kain, ia sendiri yang mendapat kutukan tersebut dari Yang Mahakuasa. Allah tidak akan melepaskan seorang pembunuh dari hukuman.

Kain adalah orang yang benar-benar terbuang. Jangankan Tuhan mau menerima Kain, bahkan tanah pun tidak bersedia menerima dia.( Ini adalah suatu ungkapan tentang betapa marahnya alam semesta terhadap perbuatan manusia yang begitu keji. Bahkan Habel yang telah mati itu pun masih diterima kucuran darahnya, tetapi Kain telah ditolak bahkan ketika ia masih bernafas.

Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi." (Kej 4:12)

Pada waktu Adam jatuh ke dalam dosa, Adam diusir dari Taman Eden untuk mengusahakan tanah. Jadi setidaknya masih ada sebuah tempat yang menerima dia, yang menjadi tempat perlindungan dan tempat ia beristirahat.

Kini pada saat Kain jatuh ke dalam dosa, Kain bahkan diusir dari tanah tempat ia bekerja. sehingga ia harus lari dan mengembara di dunia. Dalam gambaran ini kita lihat bahwa bukan saja kadar dosa yang mengalami peningkatan, kadar hukuman pun mengalami peningkatan. Kain yang pongah itu pun, pada akhirnya sadar juga akan betapa buruknya situasi yang sedang ia hadapi.

Meskipun Tuhan terlihat sabar kepada para pendosa dan terbuka untuk memberi kesempatan kepada mereka untuk berbalik, namun Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan adalah Hakim Yang Mahaadil. Ia tidak terus menerus akan mentolerir dosa dan kejahatan. Pada waktunya, Tuhan pasti akan menjatuhkan hukuman kepada orang yang berdosa. Allah bukanlah Allah yang baik, jika Ia bahkan tidak mampu bersikap adil. Sementara di sisi lain, Allah juga bukan Allah yang baik, jika Ia tidak berminat menyelamatkan orang-orang yang berdosa.

Jadi, di satu sisi mengasihi, tetapi di sisi lain Ia harus menghukum orang yang berdosa. Dengan cara apakah Allah menyelesaikan dilema yang rumit ini? Alkitab mengajarkan bahwa Allah menyelesaikan dilema tersebut di dalam diri Yesus Kristus.

Yesus Kristus mati di kayu salib untuk menanggung dosa-dosa manusia dan Ia bangkit untuk memberi manusia hidup yang kekal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan diselamatkan, tetapi barangsiapa yang tidak percaya, maka orang itu tetap berada di bawah hukuman. (Yoh 3:16 dan 18)

Orang yang percaya adalah orang yang menyadari keberdosaannya, memohon ampun kepada Tuhan dan bersedia untuk belajar sebagai murid yang taat di bawah kaki Tuhan Yesus. Orang yang percaya, bukanlah orang yang sempurna, mereka adalah orang yang punya kelemahan, keterbatasan dan bahkan bisa jatuh pula ke dalam dosa. Tetapi orang percaya juga bukan orang yang sama sekali tidak memikirkan kehendak Tuhan atau sama sekali tidak berusaha untuk hidup menyenangkan hati Tuhan. Orang yang sungguh percaya ditandai dengan sikapnya yang berubah terhadap dosa, terhadap Alkitab, terhadap relasi dengan Yesus.
 

Kain berdosa, dan Tuhan menjatuhkan hukuman. Apakah kira-kira respon Kain terhadap hukuman tersebut? Akankah dia sadar dan bertobat? Kita akan membahas respon Kain tersebut dalam tulisan selanjutnya.

Tuhan Yesus memberkati. Amin.