Oleh: Izar Tirta
Lalu Kain pergi
dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden. (Kejadian 4:16)
Kisah Kain dan
Habel berakhir dengan nuansa yang sad ending, yaitu ketika Kain pergi dari
hadapan Tuhan. Siapakah yang dapat hidup tanpa Tuhan? Dan jika kita memahami
Tuhan sebagai Dia yang Mahaada, bagaimanakah seseorang dapat pergi dari
hadapan-Nya?
Tentulah ini
merupakan bahasa figuratif untuk menjelaskan bahwa sekalipun Tuhan itu Mahaada
dan Mahatahu, hubungan antara Tuhan dan Kain secara relasi pribadi sudah tidak
ada lagi. Kain tidak akan pernah lagi pergi ke hadirat Tuhan, pun Tuhan tidak
akan lagi menegur Kain dengan Firman-Nya ataupun melalui kehadiran-Nya yang
penuh rahmat. Masing-masing seolah berjalan sendiri-sendiri tanpa relasi
apapun. Sungguh merupakan sebuah tragedi, bukan? Tetapi berapa banyakkah
manusia di bumi ini yang sedang menempuh perjalanan hidup yang serupa dengan
Kain? Yaitu sebuah kehidupan yang tanpa relasi dengan Tuhan?
Kain pergi ke
sebuah daerah bernama Nod yang dalam bahasa Ibrani berarti mengembara. Suatu
nama daerah yang persis menggambarkan hidup Kain yang mengembara, jauh dari
relasi pribadi dengan Tuhan.
“Menetap di tanah
Nod,”
Dalam bahasa aslinya adalah: Wayesef beerez nod
Yang saya
terjemahkan menjadi:
Dan menetap di
tanah mengembara (atau: Dan menetap di tanah Nod)
Saya tertarik
dengan perpaduan antara kata “menetap” dan kata “Nod” atau “mengembara.” Bukankah jika seseorang mengembara maka ia tidak bisa menetap? Atau seorang
yang menetap pada dasarnya sudah tidak mengembara lagi? Mengapa dua kata yang
berseberangan ini dipadukan dalam satu kalimat?
Saya melihat seni
pengaturan kata-kata di sini sengaja dilakukan oleh penulis Kitab Kejadian
untuk menjelaskan bahwa kondisi ke-pengembara-an Kain bersifat menetap atau
permanen. Kain dilukiskan akan mengembara selamanya tanpa tempat untuk
menetap, mengadu atau bahkan sekedar beristirahat. Jika tubuhnya masih bisa
beristirahat pada saat ia tertidur, maka setidaknya kalimat ini ingin
mengatakan bahwa jiwanya tidak akan lagi menemukan tempat untuk berlabuh.
UNTUK
DIRENUNGKAN
Tanpa terasa kita
sudah tiba di titik akhir dari kisah yang besar ini. Kita mengawalinya dari
ayat 1 dan kini sudah tiba di ayat 16. Kisah Kain adalah gambaran dari jiwa
seorang manusia yang berdosa. Ironisnya, era postmodern yang kita hidupi ini
justru semakin menolak konsep keberdosa-an itu sendiri.
Tetapi
sebagaimana Kain yang tidak mampu menghindar dari penghakiman Tuhan, demikian
pula orang-orang di dalam era postmodern ini. Suka atau tidak suka semua orang
harus berhadapan dengan Tuhan di dalam keberdosaan masing-masing.
Ketidakpedulian
seseorang sama sekali tidak akan mengubah realita bahwa Tuhan ada, dan bahwa
Dia akan menghukum dosa manusia (termasuk menghukum ketidakpedulian
tersebut). Persoalannya kini bukan apakah Tuhan akan menghukum atau tidak akan
menghukum. Persoalannya adalah kapan realita itu datang menjemput?
Tanpa kasih
karunia dari Yesus Kristus melalui karya penebusan di atas kayu salib, tidak
mungkin seorang manusia dapat siap menghadapi hari yang menakutkan itu. Kita
boleh saja mencoba berlindung di balik agama, ritual, status sosial, kekayaan
bahkan jabatan rohani selama di dunia ini. Tetapi simaklah perkataan rasul
Paulus berikut ini: Aku tidak menolak kasih
karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah
kematian Kristus. (Galatia 2:21). Jika ada jalan lain di luar Kristus
untuk manusia boleh diselamatkan, maka Kristus adalah pria paling bodoh dan
paling malang yang pernah lahir ke dunia ini.
Semoga tulisan ini dapat semakin memperkaya
sudut pandang kita selama ini bukan saja terhadap kisah Kain dan Habel yang
cukup populer tersebut, melainkan terhadap berbagai pandangan yang penting di
dalam Alkitab. Tuhan memberkati.
Silahkan menghubungi WA: 087712051970
Kami akan berdoa bagi Anda
Kami akan mengirimkan artikel Kristen secara gratis untuk Anda
Kelanjutan dari Kisah Kain dan Habel dari Kitab Kejadian dapat diikuti pada website kami yang lain, yaitu dengan click disini.
Kelanjutan dari Kisah Kain dan Habel dari Kitab Kejadian dapat diikuti pada website kami yang lain, yaitu dengan click disini.